Erna Maya Sari,S.Pd

Saya anak ke-8 dari 10 bersaudara, saya lahir di Tanjung Tiram /15 Desember 1987, meskipun saya berdarah Aceh namun saya dibesarkan di Tanah B...

Selengkapnya
Navigasi Web
KONEKSI ANTAR MATERI
Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembeljaran

KONEKSI ANTAR MATERI

3.1.A.9. KONEKSI ANTAR MATERI

Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

Pengambilan keputusan adalah proses yang menentukan sebuah pilihan dari berbagai macam pilihan yang tersedia baik itu keputusan yang efektif maupun sebaliknya , sebagai pemimpin pembelajaran baik kita seorang Guru maupun kepala sekolah kita merupakan garda terdepan dalam membentuk karakter siswa/i kita salah satunya pengambilan keputusan , tanpa kita sadari sesungguhnya siswa/i kita sedang merekam apa yang mereka alami dan akan menjadi memori terbaik mereka saat kita mampu mengambilan sebuah keputusan yang efektif, untuk itu kita sebagai pemimpin pembelajaran haruslah bijaksana dalam pengambilan keputusan tersebut.

Sekolah menjadi wadah bagi peserta didik untuk melatih diri agar bisa menjadi generasi yang memiliki Nilai-Nilai Pancasila ( beriman, bertakwa, berakhlak mulia, mandiri, gotong royong, kreatif, berpikur kritis, dan berkebinekaan global ). Dalam proses tersebut gurulah yang akan menjadi agen perubahan pada pendidik dan sekaligus sebagai pemimpin pembelajaran yang sangat menentukan karakter murid - muridnya. Guru juga dituntut untuk memiliki kemampuan dan ketrampilan dalam mengelola proses pembelajaran yang memerdekakan , dengan demikian bakat dan minat peserta didik akan berkembang secara maksimal.

Terdapat tiga unsur penting dalam Patrap Triloka , yaitu : 1. Ing Ngarsa sung tilada 2. Ing madya mangun karsa 3. Tut wuri handayani. Bapak Pendidikan kita Ki Hajar Dewantara yang memiliki filosofi ini dan yang menjadikan pedoman bagi sekolah dalam mengelola pembelajaran .

Patrap Triloka yang kemudian menjadi semboyan pendidikan di Indonesia untuk mempengaruhi perkembangan pendidikan di Indonesia. Peran Guru sebagai among pada proses pembelajaran untuk menghantarkan murid-muridnya meraih kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Meskipun demikian proses tersebut tidaklah gampang guru sering dihadapkan pada persoalan yang menyangkut dilema etika , yang melibatkan siswa, rekan guru, bahkan para pemangku kepentingan lainnya. Partap Triloka ini memiliki pengaruh terhadap proses pengambilan keputusan.

Ada Nilai-nilai kebajikan universal yang harus kita perankan sebagai individu yang bersosialisasi seperti Tanggung-jawab, kejujuran, bersyukur, lurus hati, berprinsip, integritas, rajin, komitmen, percaya diri, disiplin, peduli, empati, kasih sayang, serta keadilan. Dan itu semua merupakan kebajikan yang telah ada dalam diri kita namun bagaimana kita bisa membiasakan diri dalam memerankannya agar menjadi kebiasaan baik yang kita latih dan guru adalah contoh akan keteladan nilai – nilai kebajikan tersebut.

Proses pembelajaran saya di Program Guru penggerak pada kegiatan terbimbing di materi pengambilan keputusan memiliki keterkaitan dengan kegiatan coaching. Fasilitator dan pendamping adalah para coach atau pelatih yang selalu memberikan bimbingan, sekaligus memandu kami para CGP selaku cochee tentang bagaimana mengambil keputusan dalam kasus-kasus dilema etika dan bujukan moral.

Pada proses pengambilan keputusan saat situasi dilema etika kita membutuhkan orang terdekat kita serta orang yang kita percayai untuk meminta pendapat akan sebuah keputusan yang akan kita ambil sebagai pemimpin . Kepala sekolah, para pemangku kepentingan, rekan sesama guru atau mungkin juga keluarga terdekat kita merupan orang-orang yang dapat kita jadikan sebagai teman untuk berdiskusi demi memecahkan persoalan-persoalan terutama yang menyangkut dengan dilemma etika.

Baik sadar maupun tidak , pengambilan keputusan pada situasi dilemma etikakita pasti akan dipengaruhi oleh aspek sosial emosional . Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu mengelola emosinya agar keputusan yang diambil merupakan keputusan yang bijaksana dan memberikan pengaruh yang positif terutama bagi peserta didik sehingga petensi mereka dapat berkembang secara maksimal sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Tidak hanya itu, pembelajaran sosial emosional dan pengembangan budaya positif di sekolah merupakan bagian terpenting untuk terciptanya peserta didik yang memiliki nilai – nilai pancasila dalam diri mereka.

Ketika seorang pemimpin pembelajarn melakukan studi kasus yang berpokus pada masalah moral, tanpa disadari pengambilan keputusan yang diambil merupakan gambaran nilai-nilai moral yang diyakini atau dianutnya. Jika seorang pendidik meyakini nilai kejujuran dalam dirinya, maka dalam proses pengambilan keputusan ia akan berupaya untuk menegakkan nilai-nilai kejujuran.

Keputusan yang efektif akan menciptakan suasana yang positif dari berbagai pihak, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. seorang siswa yang terlibat dalam situasi dilema etika , ketika kepentingannya diperhatikan, maka ia pasti kita akan memberikan tanggapan yang positif karena ia merasa dihargai. Hal tersebut tentu saja akan memberikan dampak terhadap terciptanya sikap positif dalam pembelajaran.

Pengambilan keputusan untuk mencapai tahap keberpihakan kita pada peserta didik merupakan pengajaran yang memerdekakam murid – murid kita , dalam situasi dilema etika bukanlah hal yang mudah untuk mengambil keputusan yang bijaksana namun kita sebagai pemimpin pembelajaran harus melakukan tahapan – tahapan pengambilan keputusan, memilih prinsip mana yang akan kita pilih serta paradigma apa yang akan kita pakai sebagai acuan untuk memperoleh sebuah kuputusan yang efektif dan berpihak pada peserta didik.

Keterampilan kita sebagai pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan sangat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-murid kita. Guru sebagai among / coach kita berharap murid-murid kita akan tumbuh menjadi generasi yang mandiri, cerdas, kreatif , inovatif dan juga memiliki empati yang baik serta kepedulian terhadap orang lain. Sebuah keputusan yang tepat secara hukum namun mengabaikan nilai-nilai empati, kepedulian dan kasih sayang akan merusak nilai – nilai kebajikan pada pembentukan karakter siswa . Tentu saja ini akan berdampak pada kehidupan dan masa depan murid-murid kita di masa yang akan datang.

Kesimpulannya, saya sebagai pemimpin pembelajaran menyepakati bahwa Pengambilan keputusan dalam situasi dilema etika merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin pembelajaran. Tidak hanya itu, seorang pemimpin pembelajaran juga harus mampu mengenali perbedaan kerakter setiap peserta didik karena setiap mereka berbeda tidak ada satupun yang sama dalam masalahnya. Pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran sosial emosional dan praktik coaching merupakan materi yang penting untuk pengambilan keputusan karena erat sekali kaitannya untuk menciptakan pembelajaran yang merdeka, memerdekakan murid serta suasana yang merdeka. dengan kemampuan kita dalam mengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran sangat dibutuhkan keterampilan tersebut, ayo menjadi Guru yang mampu memanusiakan manusia, terus bertanya terus belajar dan terus berbuat baik menuju indonesia yang berjaya, Guru penggerak bisa. Salam Guru penggerak.

Erna maya sari_CGP Angkatan 3 Kab. Batu Bara_ SUMUT

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post