Dari Anas r.a, ia menuturkan: Pernah ada seorang laki-laki datan menemui Nabi SAW dan berkata, “Ya Rasulullah, saya telah melanggar hadd, maka laksanakanlah (hukuman) hadd itu terhadap saya.”

Ketika itu, sudah tiba saatnya shalat. Ia pun shalat bersama Rasulullat. Setelah selesai shalat, orang itu berkata lagi, “Ya Rasulullah, saya telah melanggar had, maka laksanakanlah (hukuman) hadd itu terhadapku sesuai dengan Kitabullah.”

Beliau bertanya, _“Apakah kamu tadi mengerjakan shalat bersama kami?”

“Ya” jawabnya.

Beliau lantas bersabda, "Telah diampunkan dosamu” (Hadis Muttafaq 'alaih).

Ashabtu haddan (melanggar had) maksudnya orang tadi telah berbuat maksiat yang mengharuskan dirinya dikenai sanksi. Jadi, maksudnya bukan hadd syar'i yang hakiki seperti orang berzina, minum arak atau semacamnya, sebab hukuman atas maksiat semacam ini tidak dapat gugur hanya dengan shalat saja. Seseorang pemimpin (imam) tidak boleh mengabaikan hal ini.

Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam tema “Al-Muharaban” (Orang-orang yang Diperangi) (6823), dan oleh Muslim dalam “At-Taubah”, hadis nomor 2764.

Hikmah Hadis

Shalat dapat melebur dosa-dosa, dan bisa menjadi sebab terhapusnya dosa-dosa. Semua itu tiada lain atas kemurahan dan rahmat Allah SWT.