Ernawati Sulistiyaningsih

Ernawati Sulistiyaningsih, biasa dipanggil Erna. Lahir di Purwokerto, 01 Januari. Kini mengajar di SDN POndok Bambu 01 Pagi, Jakarta Timur. Tinggal di daerah Pu...

Selengkapnya
Navigasi Web
Mbah Yani, Penyapu Jalan yang Ihsan
Obbo.sg Sapu Lidi

Mbah Yani, Penyapu Jalan yang Ihsan

#Tantangan Gurusiana #Tantangan menulis hari ke-84 Mbah Yani, Penyapu Jalan yang Ihsan Profesinya bukan seorang Petugas Pemelihara Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) atau yang sering disebut "Pasukan Oranye" di Jakarta. Profesinya juga bukan pengemis yang meminta belas kasih orang untuk mendapatkan sesuap nasi. Dia membersihkan jalan-jalan kecil di sekitar rumah dengan sapu lidi, hampir setiap pagi. Penampilannya sangat sederhana, memakai baju dan bawahan kain yang lusuh, bersandal jepit, dan kain gendong (jarit) yang diikat di bahunya. Sampah yang berserakan dia kumpulkan dengan sapu lidi dan diambil oleh tangannya, lalu dibuang ke tempat sampah yang ia temui. Tangan yang kotor, ia lap dengan ujung jaritnya. Pendiam, tak banyak kata terucap. Hanya senyum ketika orang menyapa. Dia akan berpindah tempat apabila jalan kecil yang disapunya terlihat sudah bersih. Tak ada tangan terulur meminta belas kasih. Tetapi ada saja orang yang simpatik dengan apa yang dikerjakannya, rupiah dia terima dengan senyum tanda terima kasih. Mbah Yani, orang memanggil namanya. Saya tertarik ingin mengetahui lebih jauh sosok beliau. Dari kabar yang saya peroleh, beliau kini tinggal seorang diri di rumah warisan orang tua. Ia memiliki seorang putra yang dibesarkan seoarang diri sejak usia 1 tahun karena sang ayah pergi entah kemana. Dulu Mba Yani bekerja apa saja untuk membesarkan putra semata wayangnya, menjadi pembantu, menjual baju, dan sayuran. Kini putranya sudah berumah tangga dan tinggal jauh di Kalimantan. Dan sudah memberikan seorang cucu kepadanya. Untuk hidup sehari-hari, Mbah Yani memiliki kontrakan peninggalan orang tuanya. Uang pemberian dari orang, ia kumpulkan untuk dibelanjakan kebutuhan bahan pokok dan diberikan kepada saudara atau tetangga. Saya jadi berfikir apakah ini bentuk amal unggulan Mbah Yani yang akan menjadi pemberat amal shaleh di akhirat kelak? Saya merasa malu, masih belum memiliki amal unggulan yang rutin dan ikhlas karena Allah, tanpa orang lain harus tahu. Dari Mbah Yani, saya banyak belajar. Ia tak pernah pamer atas apa yang dilakukannya. Ia selalu rutin menjaga amalnya. Dia tak pernah minta diakui pekerjaannya oleh orang lain dan tak pernah meminta imbalan. Diusia yang sudah tua, Mbah Yani masih bersemangat berbuat baik untuk orang lain, satu contoh yang patut ditiru oleh kita khususnya anak muda zaman sekarang. Jakarta, Selasa, 7 April 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wow keren Bu

07 Apr
Balas

Alhamdulillah .. terima kasih Bapak Sunindio ... Baarakallah

08 Apr

amal unggulan!

08 Apr
Balas

InsyaAllah ... baarakallah pak Ari

10 Apr

Salut dengan Mbah Yani. Teladan yang patut di tiru

07 Apr
Balas

Aamiiin ... terima kasih bu Reda apresiasinya, baarakallah ibu Reda

08 Apr



search

New Post