Ernawati Sulistiyaningsih

Ernawati Sulistiyaningsih, biasa dipanggil Erna. Lahir di Purwokerto, 01 Januari. Kini mengajar di SDN POndok Bambu 01 Pagi, Jakarta Timur. Tinggal di daerah Pu...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menyikapi Musibah

Menyikapi Musibah

#Tantangan Gurusiana #Tantangan menulis hari ke-78 Menyikapi Musibah Pagi tadi saya menerima chat di whatshap dari sahabat, namanya Lia Amelia, saya biasa memanggilnya Mba Lia. (L) Assalamualaikum mba Er. Apa kabarnya ? Sehat kah ? (E ) Waalaikumussalam Mbak Lia Alhamdulillah sehat, bagaimana kabar, Mbak? (L) Sehat mba, cuma lagi sebel saja, toko di rumah sepi, ada sih pembeli tapi tidak sebanyak hari-hari biasanya (E) Oh tapi masih bisa makan, masih ada pembeli, masih sehat anak dan suamikan? (L) Iya masih memang kenapa mba? (E) Iya bersyukur saja ... tak perlu mengeluh Hening kembali, tak ada balasan chat saya. ***** Bersyukur dalam keadaan lapang itu sesuatu yang biasa. Bersyukur mendapatkan kenikmatan atau rezeki tentunya suatu yang wajar dan sering kita alami sehari-hari. Tetapi, bagaimana jika mendapatkan keburukan, musibah, atau berkurangnya rezeki, apakah kita masih bisa mengucap syukur kepada Allah? Ada kisah yang dialami orang tua murid saya, beliau bercerita ternyata rumah mewah yang ditempati saat ini adalah milik bos suaminya, yang bekerja sebagai supir pribadi. Ia tak menyangka ketika bosnya membuka usaha di luar daerah, sang suami diserahkan untuk merawat rumahnya dan sejak itulah suami memboyong istri dan anaknya menempati rumah si bos. Dan tak hanya rumah, sang suami diizinkan menggunakan mobil pick up bos untuk menjalankan bisnis kecil-kecilan menjual masakan matang olahan sang istri. Beliau tidak menyangka karena sebelumnya hanya menempati rumah sedehana yang ia harus bayar sewanya tiap bulan serta hidup sederhana yang penting bisa makan sehari-hari. Beliau sangat berterima kasih kepada bosnya yang telah meringankan beban hidupnya. Nah, ketika sang bos kembali ke Jakarta, orang tua murid saya ini kembali tinggal di kontrakan tak jauh dari rumah bosnya. Meraka menjalani kehidupannya seperti dulu, sang suami kembali menjadi supir pribadi dan istrinya menjual nasi uduk di depan rumah. Meski tak lagi tinggal di rumah mewah orang tua murid saya mengatakan ia sangat bersyukur bisa merasakan tinggal di rumah besar yang nyaman untuk beberapa tahun tanpa harus mengelurkan biaya sewa. Bagaimana dengan kita? Ketika Allah mengambil apa yang kita miliki, misalnya kita terpaksa menjual mobil untuk membayar hutang, apakah kita terus menerus mengingatnya, menyesal berkepanjangan dan menggerutu saat harus berdesak-desakan di angkutan umum, padahal Allah pernah memberikan kenikmatan berupa kendaraan pribadi yang begitu nyaman. Atau saat barang berharga harus berpindah ke tangan orang lain, bagaimana kita menyikapinya? Stress, depresi, menggerutu, atau menyalahkan orang lainkah? Padahal barang itu ada ditangan kita karena seizin Allah yang Maha Kaya. Dalam Al-Quran dalam surat Al Baqarah secara jelas diterangkan bagaimana sikap seorang beriman dalam menerima musibah. Allah berfirman yang artinya; " ( Yaitu ) orang-orang yang apabila ditimpa suatu kesusahan, mereka berkata: Sesungguhnya kami kepunyaan Allah san kepada Allah jualah kami kembali. ( QS 2 : 156 ) Namun, masih ada saja diantara manusia yang lebih mendahulukan suudzon ( berburuk sangka ) kepada Allah dengan mengatakan Allah tak adil, Allah tak sayang ketika cobaan kesusahan datang menghampirinya. Astagfirullah Contoh curhat sahabat saya di atas karena wabah penyebaran virus covid 19, dan warga harus stay di rumah selama 2 minggu ini menyebabkan penghasilannya berkurang, tidakkah berbaik sangka kepada Allah bahwa saat pertama kali memulai berjualan sampai sebelum wabah muncul Allah sudah memberikan kelancaran rezeki dati usahanya tersebut? Sesungguhnya rasa bersyukur itu akan muncul kalau kita selalu berpositif thinking, berbaik sangka terus kepada Allah. Dan yang perlu disadari bahwa kenikmatan yang kita terima sesungguhnya bisa menjadi sebuah ujian, yang akan kita jadikan sebagai tiket untuk naik kelas ke level yang lebih tinggi, mendapatkan kehidupan yang lebih baik di dunia dan akhirat. Jakarta, Rabu, 1 April 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semoga kita yermasuk orang-orang yang pandai bersyukur ya bu Erna

01 Apr
Balas

InsyaAllah ....Aamiiin Ya Allah .. terima kasih bu Reda

01 Apr



search

New Post