Tak Ada Rotan Akarpun Jadi Pukul 04.00 WIB, Nuna sudah bangun. Setelah ritual bangun pagi, berdoa dan minum air putih, ia meminta meja lukis dan alat tulis. Nuna kini berusia 3 tahun. Ia sedang senang menggambar, menarik garis, dan mengenal huruf dan angka. Sepertinya masa peka Nuna mulai muncul. Aku segera menyiapkan keperluan Nuna belajar. Tempat pinsil, buku, dan meja lukis. Ia mulai memegang pinsil seperti yang pernah aku contohkan. Ia memintaku menuliskan huruf " i " yang banyak dibuku, dan ia menirukan apa yang aku tulis. Ia menulis sambil mengucapkan hurufnya tanpa aku perintahkan. Tiba-tiba ia meminta penghapus, aku yang sejak tadi mendampingi segera mencarikannya. Penghapus tak ada di tempat pinsil dan laci meja. Dia menunggu. Aku tak ingin mengecewakan dan membuat moodnya hilang. Alhamdulillah idepun muncul. Segera aku menuju ke dapur. Tiga karet gelang berharap menjadi penyelamat. Aku mengambil pinsil yang dipegang Nuna. Karet gelang kuikat pada ujung pinsil. Nuna memperhatikan dengan seksama. Setelah karet terikat di ujung belakang pinsil, aku memberi contoh Nuna, menghapus tulisan pelan-pelan. Nuna tersenyum, ia ingin mencobanya sendiri. Dan ia melanjutkan kembali menulis berekspresi dengan goresan tangannya. Karet gelang yang kusulap menjadi penghapus membantu Nuna untuk terus melanjutkan kegiatannya. Tiga puluh menit kemudian, ia menyelesaikan menulisnya dan beranjak tidur kembali. **** Aku jadi teringat saat masa-masa sekolah. Karet gelang menjadi alternatif pengganti penghapus. Jika dipikir sungguh kreatif anak jaman dahulu. Tak ada rotan akarpun jadi, istilah pribahasanya. Pengalaman masa kecil yang indah walau penuh keterbatasan. Ternyata aku telah menularkan pengalaman masa kecil kepada Nuna, berharap ia memiliki kemampuan berfikir kreatif Dalam mendidik Nuna, aku tak pernah memaksa, hanya memberikan stimulus berupa poster angka huruf dan bilangan yang kutempel di dinding dan beberapa buku anak. Ada yang memang ia pilih sendiri saat ke toko buku, pameran buku, dan ada yang memang aku belikan untuknya secara khusus. Dari buku perkembangan añak yang pernah aku baca, usia 0-8 adalah masa golden age, dimana anak mengalami perkembangan kognitif yang cepat dan perkembangan syaraf yang cepat bila diberi stimulus rangsangan positif. Anak seusia Nuna juga ada pada fase meniru. Ia melihat apa yang dilakukan orang dewasa disekitarnya dan ingin mencoba melakukannya. Orang tua memegang peranan besar terhadap perkembangan anak usia dini. Orang tua yang suka membaca buku, menulis, bercerita, dan mengajaknya bermain bersama adalah beberapa kegiatan yang bagus untuk merangsang kemampuannya. Masa golden age tak datang dua kali. Maka gunakan masa itu sebaik-baiknya, agar mereka tumbuh menjadi anak cerdas yang berakhlak mulia. Jakarta, Kamis, 16 April 2020 #Masa Kecil yang Indah