Perjuangan Seorang Bunda
# Tantangan Gurusiana # Tantangan menulis hari ke-73 Perjuangan Seorang Bunda Kesibukan membuat sarapan pagi mendadak terhenti sejenak manakala tabung gas habis. Saya mendatangi 3 toko kelontong di sekitar rumah, jawabnya stock kosong. Akhirnya membeli lauk dan sayur untuk sarapan menjadi pilihan. Saya menuju ke warung makan di ujung gang. Pemiliknya seorang ibu yang telah berumur yang biasa saya panggil bunda. Bunda sosok yang energik, ramah, dan pandai memasak. Aneka sayur dan lauk disediakan dan dimasak sendiri olehnya. Pelanggannya cukup banyak dari para ibu rumah tangga, para pekerja yang mencari bekal sarapan, dan warga sekitar. " Assalamualaikum, Bun," ucapku sambil melihat beliau yang sedang masak. Di lemari kaca sudah terlihat 5 menu yang sudah matang dan 3 penggorengan di atas kopor berisi masakan yang sedang diolah bunda. Bunda seperti kaget melihat kehadiran saya. " Walaikumussalam, eh ibu guru, kemana saja sudah lama bunda tidak lihat, apa kabarnya?" jawabnya sambil tangannya sibuk membolak balik masakannya. " Alhamdulillah baik, boleh saya bantu, Bunda?" kata saya sambil menawarkan diri untuk membantunya, kasihan melihat beliau bekerja sendiri. " Sudah tidak perlu, duduk saja di sini, neng guru mau beli apa?" Beliau berhenti sejenak menanyakan keperluan saya. Oh ya bunda suka memanggil saya dengan panggilan neng guru. " Sambal goreng kentang, tetapi sepertinya belum selesai dibumbui, Bun," kata saya melihat potongan kentang dan udang yang telah digoreng namun belum diberi bumbu sambal. " Neng guru mau menunggu sebentar?" tanya bunda. Saya menganggukkan kepala tanda setuju. Sambil menunggu beliau memasak pesanan, saya melanjutkan perbincangan. Sejujurnya saya ingin mengetahui sosok bunda yang sekilas dari postur tubuh, sikapnya, energik dan keterampilan memasaknya seperti almarhum mamah saya. " Bunda, sudah mulai membuka usaha warung makan sejak kapan?" tanya saya. "Sudah lama neng, semenjak suami meninggal saat ketiga anak bunda masih sekolah, suami meninggal mendadak dan bunda besarkan anak-anak sampai sekarang mereka sudah berhasil, Alhamdulillah," jawab bunda sambil terus membolak balik masakan dan sesekali menambahkan bumbu serta mencicipi. Saya terus memperhatikan bagaimana bunda memasak dan terbayang wajah mamah almarhumah sedang memasak masakan katering, usaha almarhumah mamah semasa saya masih remaja. Inilah yang membuat saya senang berlama-lama datang ke warung makan bunda. " Bunda berjuang sendiri membesarkan anak-anak, apakah keluarga tidak membantu,Bun?" tanya saya kembali. " Mereka menawarkan untuk membantu dengan memberikan modal, tetapi bunda tidak mau neng, bunda lebih suka mandiri dan tidak mau minta-minta, bunda punya tabungan, itu yang bunda pakai untuk modal usaha ini," jawab bunda dengan mata berkaca-kaca. " Bunda hebat, saya salut sama bunda," puji saya ke bunda. Saya melihat bunda tersenyum dan terus tangannya tak berhenti bergerak, dari penggorengan berisi ikan pesmol, sambal goreng kentang, dan ayam ungkep. " Bunda, bagaimana mempersiapkan semua lauk dan sayuran ini?" tanyaku lagi. " Dulu bunda dibantu ketiga anak bunda, tetapi sudah 2 tahun ini, bunda dibantu si bungsu saja. Ade pukul 04.00 pagi sudah ke pasar, saat dia ke pasar bunda sudah menyiapkan dan mengolah bumbunya. Biasanya pukul 05.00, dia sudah datang. Ade membantu bunda sampai pukul 6.00, setelah itu dia pulang membersihkan diri dan berangkat kerja. " Bunda tentu capek ya memasak dan melayani pembeli seorang diri," tanya saya. " Capek dan letih itu pasti ada neng, tetapi demi anak-anak, bunda ikhlas menjalaninya, bunda bawa happy saja neng," Bunda sekarang senang anak-anak sudah besar dan berhasil. Dua anak bunda sudah menikah tinggal si bungsu. Itu sudah membuat bunda bahagia," lanjut bunda dengan mata berkaca-kaca. " Duh, saya jadi terbayang mamah saya, Bun." Saya melihat sosok mamah pada diri bunda," ucap saya sambil tak terasa bulir air mata jatuh di pipi. " Kirim Al Fatihah neng, kalau neng guru kangen datang saja ke sini sekalian temenin bunda masak," ucap bunda menghibur saya. " Terima kasih, Bun," jawab saya. " Nah, ini pesanannya neng guru, sambal goreng kentang dan tempe goreng bonus bunda buat neng guru," ucap bunda sambil tangannya dengan lihai membungkus pesanan saya dan 3 lembar puluhan ribuan saya serahkan ke bunda. " Kelebihan uangnya neng, uang pas saja, bunda belum mempunyai kembalian," ucap bunda sambil membuka laci tempat menyimpan uang. " Tidak perlu dikembalikan, untuk bundan saja, terima kasih bunda, saya pamit pulang dulu" jawab saya meninggalkan bunda yang tersenyum memandang saya. **** Di jalan menuju rumah ingatanku kembali melayang akan pengorbanan seorang ibu. Mengapa Allah muliakan seorang ibu dengan memberikan surga kepadanya, karena tugas ibu yang sangat mulia, mengandung 9 bulan lamanya, membesarkan anak-anaknya dengan segenap jiwa dan keletihan, dan sekaligus berperan sebagai istri yang harus melayani dan berbakti kepadanya. Apabila semuanya dilakukan dengan ikhlas dan baik, serta suami ridho, maka surgalah hadiah baginya. Namun dalam perjalanannya meraih surga tentunya tak semulus yang dibayangkan, akan ada banyak onak dan badai yang harus siap dihadapi. Tetapi dengan keyakinan bahwa Allah pasti akan memberikan ujian karena hambanya mampu dan Allah pasti akan memberi jalan keluar dari setiap ujian yang kita hadapi. Kuncinya ada pada ikhtiar dan doa kepada Allah, mendekatkan diri kepadaNya dan menyerahkan segala sesuatu kepada Allah setelah berikhtiar atau yang disebut tawaqal. Hidup sesungguhnya perjuangan. Roda hidup terus beeputar, tak selamanya di bawah atau sebaliknya selalu di atas. Maka sejatinya ibarat orang ingin berjuang, ia memerlukan mental dan amunisi, yaitu berupa ilmu dan keterampilan hidup. Ilmu dunia dan ilmu akhirat disertai semangat membekali diri dengan berbagai keterampilan hidup. Buanglah sikap pemalas dan bergantung pada orang lain. Seperti pesan orang bijak tangan di atas lebih mulia dari tangan di bawah. Sesungguhnya kesuksesan hidup di dunia dan akhirat berbanding lurus dengan besarnya perjuangan, pengorbanan dan doa yang kuat dari seorang hamba kepada Allah SWT. Jakarta, Jum'at, 27 Maret 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar