Erniwita

Mengikuti writing camp amatlah membahagian. Sebagai guru yang sangat awam dengan dunia tulis menulis. saya sangat termotivasi dengan adanya kegiatan ini d...

Selengkapnya
Navigasi Web

Tak Seperti Bintang

Malam ini begitu pekat. Rembulan belum muncul. Bintangpun enggan menampakkan diri. Tanah basah disiram hujan sore tadi. Aroma khasnya menyentakkan indra penciuman Ayuni.

Ayuni gadis ceria itu kini mendung. Lebih banyak diam, tidak seperti biasanya. Pertengkaran kecil dengan sang kekasih masih menggelantung di benaknya.

"Aku akan melamarmu, tapi tunggu waktu yang tepat, saat ini aku fokus kepindahan tugasku ke luar daerah, kamu yang sabar dong," kata Bram meninggi

"Masalahnya umurku sudah mendekati kepala tiga mas Bram, lagian adek-adekku juga sudah terbilang pantas untuk usia gadis dikampungku," sahut Ayuni datar, berusaha menekan suaranya.

"Yaaa, kamu jangan memaksa githu lah, aku ngerti, kita memang sudah waktunya, namun untuk saat ini belum bisa, " nada suara Bram makin tidak sabar. Berlalu meninggalkan Ayuni yang menutup mukanya menyembunyikan airmata. Dengan helaan nafas berat Ayuni menahan agar butiran itu tidak tumpah.

************

Dengan gontai Ayuni membuka pintu kamar merebahkan badan di ranjang untuk menumpahkan semua rasa yang campur aduk. Tumpah sudah airmatanya seperti sungai kecil.

Merasa betapa punya kekasih tidak mengenakkan. Lihatlah adeknya Rara sudah perkenalan tanpa proses yang memusingkan seperti dirinya. Seorang yang penuh tanggungjawab melamarnya tanpa hubungan special sebelumnya. Sekarang lamaran itu terhalang dengan keadaan Ayuni. Rara tidak ingin melangkahi kakaknya. Kasihan dan tabu bagi tradisi kampungnya di sebuah kota kecil di Padang.

Kelelahan akhirnya membawa Ayuni ke alam bawah sadar. Suara azan Subuh membangunkannya, tak semangat dia bangkit untuk membersihkan diri, dalam keadaan lagi berhalangan untuk shalat semakin membuatnya tak bisa menumpahkan segenap rasa di atas sajadah.

*****************************

Tiga tahun sudah sejak pertengkaran itu Ayuni tidak terima kabar dari Bram. Bagai raib ditelan Bumi. Menunggu, itu yang bisa dia lakukan mencoba untuk setia. Rara sudah memiliki bocah lelaki yang lucu. Ayuni mengikhlaskan untuk kebahagiaan adeknya. Lagian memang Ayuni yang mengambil langkah salah untuk berpacaran. Beda prinsip dengan Rara yang mengharamkan hubungan tanpa status itu.

Sebuah undangan biru muda tergeletak di atas meja yang ditujukan buat Ayuni. Membuka dengan malas sambil membaca nama yang mengundangnya. Bagai petir siang hari menimpanya Ayuni terduduk lunglai, nanar matanya dan perlahan menganak sungai setelah membaca deretan nama yang melangsungkan akad nikah,Bram yang ditunggu dengan setia akan mengadakan resepsi tiga hari lagi. Hampa sudah harapan Ayuni....

#tantanganharike1

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post