Dari pagi sebelum kbm dimulai, ku umumkan pemberitahuan melalui wa grup. "Hari ini kita belajar melalui google meet." Sepi tak ada balasan chat dari siswa. Tetap tenang, berprasangka baiklah. Berbisik pada hati. Pada saat kbm mereka masuk satu persatu ruang rapat, menggunakan akun belajar.id.

Inilah saatnya ku sampaikan pada peserta didik pentingnya membalas sebuah pesan dalam media sosial. Pada era disrupsi seperti sekarang ini, etika dan akhlak tetap dijaga.

Di tengah kesibukan ngoceh di depan layar laptop, pesan singkat bermunculan. Chat pribadi dari siswa yang tidak bisa ikut pembelajaran daring secara sinkronus.

Isi chat bermacam- macam. Ada siswa yang tidak ikut rapat karena sakit. Siswa yang sedang keperluan keluarga karena berada di luar rumah. Salah satu chat berkata, " Assalamu'alaikum bu. Saya sudah masuk ke google meet namun signal saya muter- muter aja jadi keluar lagi."

Baiklah, saya hargai siswa yang mengkonfirmasi ketidakhadirannya. Belum saya balas, tapi sudah saya baca pesannya. Kini giliran siswa presentasi. Kupikir bisa membalas chat pribadi satu persatu. Dan sambil memperhatikan peserta didik menjelaskan tayangan presentasi.

Kepada peserta didik yang sakit ku balas "semoga lekas sembuh". Yang ada keperluan cukup jawab "oke". Sudah saya balas semua pesan singkat. Ketika pelajaran sudah saya selesai. Saya iseng buka kembali pesan wa pribadi, terbuka satu pesan yang berisi signalnya jelek tidak bisa bergabung di google meet. Saya belas "semoga lekas sembuh".

Ya ampun, salah kirim balasan pikirku. Ku kirim balasan pesan "maksudnya semoga lekas sembuh jaringannya. Dengan emotikon senyum malu. Peserta didik membalas ,"hehehe siaap bu". Dengan emotikan ketawa ngakak.