erpidawati

Nama erpidawati pemberian dari orangtu saya dilakhirkan tepatnya kamis malam pada tanggal 1 janurai 1982, di sebuah desa Kampung Batu Dalam Kecematan Lemb...

Selengkapnya
Navigasi Web

KONTRIBUSI MOTIVASI KERJA DAN SIKAP INOVATIF TERHADAP KINERJA PROFESIONAL GURU SD NEGERI KECAMATAN DANAU KEMBAR KABUPATEN SOLOK

KONTRIBUSI MOTIVASI KERJA DAN SIKAP INOVATIF TERHADAP KINERJA PROFESIONAL GURU SD NEGERI KECAMATAN DANAU KEMBAR KABUPATEN SOLOK

Erpidawati

Fenomena yang ditemui dilapangan bahwa sebagian guru kurang mampu berinteraksi dengan siswa dalam melaksanakan proses belajar mengajar, guru dalam mendidik dan mengajar serta mendidik siswa kurang memperhatikan bakat dan tingkat kemampuan siswa, kurangnya kemampuan guru dalam menguasai materi atau bahan ajar, sebagian guru kurang kreatif dalam mengelola program pembelajaran, sebagian guru kurang menyediakan waktu dan kesempatan dalam membina siswa yang mengalami kesulitan belajar. Tujuan penelitian adalah 1) Kontribusi motivasi kerja terhadap kinerja profesional guru SD Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok, 2) kontribusi sikap inovatif terhadap kinerja profesional guru SD Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok dan 3) Kontribusi motivasi kerja dan sikap inovatif secara bersama-sama terhadap kinerja profesional guru.

Jenis penelitian adalah kuantitatif korelasional, populasi dan sampel adalah seluruh guru SD yang berstatus PNS di Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok sebanyak 148 orang. Teknik pengambilan sampel stratified proporsional random sampling. Sampel dalam penelitian ini berjumlah70 orang. Instrumen penelitian menggunakan angket dengan model skala Likert.. Analisis data secara deskripsi data, uji persyaratan analisis dan pengujian hipotesis yang diolah dengan menggunakan komputer SPSS versi 17.

Hasil penelitian ini mengambarkan bahwa,Motivasi kerja guru berkontribusi terhadap kinerja profesional guru SD Negeri Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok dengan besaran kontribusi sebesar 24,9%, ini berarti bahwa motivasi kerja yang baik yaitu adanya sikap tekun dalam bekerja, bersemangat, penuh kegairahan dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas disekolah. Secara deskriptif dapat digambarkan bahwa kinerja profesional guru di SD Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok berada pada kategori sedang (75,8% dari skor ideal), motivasi kerja berada pada kategori baik (78,27% dari skor ideal) dan sikap inovatif berada pada kategori cukup (79,0% dari skor ideal).Sikap inovatif berkotribusi terhadap kinerja profesional guru SD Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok dengan besaran sebesar 16,8%. Ini berarti dengan adanya sikap inovatif yang kondusif terhadap kinerja profesional guru, ini berarti bahwa semakin tinggi sikap inovatif maka semakin tinggi pula kinerja profesional guru, dan begitu juga sebaliknyaMotivasi kerja dan sikap inovatif secara bersama-sama berkontribusi terhadap kinerja profesional guru sebesar 30,6%. Hal ini menjelaskan bahwa untuk meningkatkan kinerja profesional guru yang baik dan ideal sebaiknya dilakukan melalui peningkatan motivasi kerja dan sikap inovatif dalam melaksanakan tugas akan meningkatkan kinerja guru secara profesional.

PENDAHULUAN

Pendidikan memegang peranan yang penting untuk mengembangkan pengetahuan pada peserta didik agar hasil yang dicapai berkualitas. Tingkat ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicapai oleh suatu bangsa biasanya dipakai sebagai tolak ukur kemajuan bangsa. Di abad 21 ini kemajuan suatu bangsa dan negara sangat ditentukan oleh kemajuan sumber daya manusia yang memiliki dan menguasai IPTEK. Oleh karena itu, penyiapan SDM harus dilaksanakan secara sungguh-sungguh dan terencana dengan baik sejak usia dini. Pendidikan dan pelatihan (di sekolah dan di luar sekolah) sebagai pranata (means) utama dalam membangun SDM, harus secara jelas berperan membentuk pesertanya (siswanya) menjadi asset bangsa, yaitu SDM yang memiliki keahlian profesional, produktif, dan mandiri dalam menghadapi persaingan pasar bebas.

Sejalan dengan pemikiran di atas, dengan dilandasi oleh Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 dan PP Nomor 25 tahun 2000 tentang kebijakan otonomi daerah juga akan membawa perubahan dalam penyelenggaraan pendidikan yang arah kebijakannya antara lain 1) upaya peningkatan mutu pendidikan dilakukan dengan menetapkan tujuan dan standar kompetensi pendidikan melalui konsensus nasional antara pemerintah dengan seluruh lapisan masyarakat, 2) peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan mengarah pada pengelolaan pendidikan berbasis sekolah, dengan memberi kepercayaan yang lebih luas kepada sekolah untuk mengoptimalkan sumber daya yang tersedia 3) meningkatkan relevansi pendidikan berbasis masyarakat, yang dalam hal ini meningkatkan peran orang tua dan masyarakat pada level kebijakan dan level operasional melalui dewan sekolah.

Guru adalah profesi yang dituntut untuk tidak boleh salah dan keliru, apalagi sampai berbohong. Jika dokter salah memberikan resep obat, maka pasien langsung mati. Jika guru salah menerapkan sebuah konsep, keliru dalam memahami dan menilai sebuah rumusan, maka bisa fatal. Apalagi jika guru sampai berbohong menye-mbunyikan kebenaran, bahkan maju mundurnya bangsa tergantung pada generasinya. Kalau generasinya loyo dan lemah akibat salah pengajaran oleh guru yang tidak menggunakan profesinya dengan benar, maka tunggulah kehancuran negara itu. Dengan kata lain tugas seorang guru adalah sangat mulia dan perlu profesional dalam mengajar dan mendidik generasi bangsa.

Guru merupakan komponen pendidikan yang sangat dominan dalam peningkatan mutu pendidikan. Hal ini disebabkan oleh karena guru adalah orang yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran di sekolah. Agar proses pembelajaran berkualitas maka guru-gurunya juga harus berkualitas dan professional. Guru yang professional memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan, sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Di samping itu, guru sangat erat kaitannya dengan mutu lulusan sekolah. Oleh karena itu, profesi sumber daya guru perlu terus menerus tumbuh dan berkembang agar dapat melakukan fungsinya secara professional. Cara untuk menumbuh kembangkan kemampuan sumber daya guru adalah meningkatkan kompetensi guru.

Untuk mencapai keberhasilan kerja, guru harus memiliki kemampuan dasar untuk melaksanakan tugasnya, sebagai tenaga yang profesional yang tidak lain adalah sepuluh kompetensi guru yaitu : (1) menguasai bahan, (2) mengelola program belajar mengajar, (3) mengelola kelas, (4) menggunakan media sumber belajar, (5) menguasai landasan kependidikan, (6) mengelola interaksi belajar mengajar, (7) menilai prestasi siswa untuk kepentingan pembelajaran, (8) mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan, (9) mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, dan (10) memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pembelajaran.

Hal ini terlihat belum optimalnya mutu guru menurut J. Sudarminta (2000) antara lain tampak dari gejala-gejala berikut: (1) lemahnya penguasaan bahan yang diajarkan, (2) ketidak sesuaian antara bidang studi yang dipelajari dengan kenyataan di lapangan yang diajarkan, (3) kurang efektifnya cara pengajaran, (4) kurangnya wibawa guru di hadapan murid, (5) lemahnya motivasi dan dedikasi untuk menjadi pendidik yang sungguh-sungguh semakin banyak yang kebetulan menjadi guru dan tidak benar-benar menjadi guru, (6) kurangnya kematangan emosional, kemandirian berpikir, dan keteguhan sikap guru sehingga kepribadian mereka sebenarnya tidak siap sebagai pendidik, kebanyakan guru dalam menjalin hubungan dengan murid masih hanya berfungsi sebagai pengajar dan belum sebagai pendidik.

Guru merupakan salah satu faktor yang menentukan baik atau buruknya mutu pendidikan. Jika mutu pendidikan merosot dimungkinkan kinerja profesional guru juga rendah, dan motivasi kerja guru juga rendah. Rendahnya motivasi kerja ini disebabkan salah satunya yaitu tidak adanya perhatian atau dorongan dari kepala sekolah. Kepala sekolah tidak dapat menampung aspirasi/pendapat semua bawahan, hanya memperhatikan pendapat orang-orang (guru) tertentu yang dianggap menguntungkan dan mau bekerja sesuai dengan keinginan kepala sekolah.

Keberhasilan guru dalam mengajar ditentukan tiga faktor utama, 1) harus memiliki kemampuan untuk mengajar, yaitu suatu kemampuan yang merupakan kombinasi dari kemampuan alami yang :”dibangunkan” melalui pendidikan dan pelatihan, 2) harus mempunyai dan mampu menggunakan alat (perangkat dan media pembelajaran) yang tepat untuk mengajar, 3) harus memiliki dorongan atau motivasi yang tinggi serta memiliki sikap inovatif dan memiliki kepribadian kreatif dan dinamis. Kreatif adalah proses pengembangan prespektif, alami, inovatif dan imajinatif pada berbagai kondisi dan situasi yang terjadi. Dengan sikap ini guru akan termotivasi memacu dirinya berimprovisasi dalam pembaharuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mendorongnya untuk tidak mudah puas dengan hasil kerja yang telah dicapainya, melainkan akan terus mamacu dirinya untuk lebih sehingga menghasilkan prestasi kerja yang maksimal.

Sikap guru terhadap pekerjaan merupakan keyakinan seorang guru mengenai pekerjaan yang diembannya, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada guru tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara tertentu sesuai pilihannya. Sikap guru terhadap pekerjaan mempengaruhi tindakan guru tersebut dalam menjalankan aktivitas kerjanya. Bilamana seorang guru memiliki sikap positif terhadap pekerjaannya, maka sudah barang tentu guru akan menjalankan fungsi dan kedudukannya sebagai tenaga pengajar dan pendidik di sekolah dengan penuh rasa tanggung jawab. Demikian pula sebaliknya seorang guru yang memiliki sikap negatif terhadap pekerjaannya, pastilah dia hanya menjalankan fungsi dan kedudukannya sebatas rutinitas belaka. Untuk itu amatlah perlu kiranya ditanamkan sikap positif guru terhadap pekerjaan, mengingat peran guru dalam lingkungan pendidikan dalam hal ini sekolah amatlah sentral di sertai dengan motivasi kerja yang tinggi.

Robbins (1996:56) mendefinisikan motivasi sebagai kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi ke arah tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi suatu kebutuhan individual. Munandar (2001:45) mengatakan bahwa motivasi adalah suatu proses dimana kebutuhan-kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah ke tercapainya tujuan tertentu.

Guru yang memiliki motivasi kerja yang rendah biasanya kurang memberikan perhatian kepada murid, demikian pula waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang sangat sedikit. Sebaliknya seseorang guru yang memiliki komitmen yang tinggi biasanya tinggi sekali perhatiannya dalam bekerja. Demikian pula waktu yang disediakan untuk peningkatan mutu pendidikan sangat banyak. Sedangkan tingkat abstraksi yang dimaksudkan di sini adalah tingkat kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, mengklarifikasi masalah-masalah pembelajaran, dan menentukan alternatif pemecahannya.

Guru yang memiliki motivasi dapat dilihat dari kemampuan dan keberhasilannya dalam melaksanakan tugas, sehingga secara nyata mampu meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran, serta akan membimbing siswa melebihi yang dicapai guru lain. Dengan demikian guru yang memiliki motivasi kerja yang tinggi dapat dijadikan panutan atau tauladan oleh siswa, rekan sejawat maupun masyarakat sekitarnya.

Sejalan dengan pendapat Syaiful (2004:17) dalam meningkatkan kinerja guru secara profesional, pe-rlunya suatu upaya pembinaan terhadap guru dalam melaksanakan tugas kompetensinya artinya kemampuan guru dalam melaksanakan tugas kom-petensinya dapat ditingkatkan melalui pembinaan. Ibrahim (2009:41) men-yatakan bahwa pembinaan terhadap guru sekolah dasar sehingga menjadi guru yang profesional dan siap meni-ngkatkan mutu pendidikan di sekol-ahnya, secara mandiri, pembinaan profesional guru dengan cara ) peningkatan kemampuan profesional guru, 2) supervisi klinis sebagai upaya peningkatan kemampuan profesional guru, 3) peningkatan motivasi kerja dan pengawasan kinerja guru.

Fenomena yang ditemui di lapangan terlihat bahwa 1) sebagian guru kurang mampu berinteraksi dengan siswa dalam melaksanakan proses belajar mengajar, seperti dalam menyampaikan pengajaran masih sering mengajar dan bukan mengarahkan, 2) Guru dalam mendidik dan mengajar serta membimbing siswa kurang memperhatikan bakat dan tingkat kemampuan siswa seperti siswa bertanya kurang direspon secara positif dan penjelasan yang rinci, 3) guru dalam melaksanakan pembelajaran kurang berhasil, hal ini terlihat masih rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa, 4) kurangnya kemampuan guru dalam menguasai materi atau bahan ajar, 5) sebagian guru kurang kreatif dalam mengelola program pembelajaran, 6) sebagian guru kurang inovatif dalam mengelola kelas,

Motivasi kerja guru untuk meningkatkan kompetensinya relatif rendah hal ini terlihat 1) ada sebagain guru jarang memperhatikan tugas pokonya karena sibuk dengan tugas diluar sekolah, 2) sebagian guru kurang menyediakan waktu dan kesempatan dalam membina siswa yang mengalami kesulitan belajar, 3) sebagian guru datang ke sekolah jika hanya ada jam mengajar saja, 4) sebagian guru kurang peduli dengan kesulitan guru lain, 5) sebagian guru kurang berupaya dalam menemukan berbagai inovasi-inovasi dalam melaksanakan pengajaran masih rendah serta 6) sikap inovatif yang dimiliki guru masih terbatas.

Kinerja atau unjuk kerja dalam konteks profesi guru adalah kegiatan yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan melakukan penilaian hasil belajar (Rusman, 2011:95). Standar kinerja guru perlu dirumuskan untuk dijadikan acuan dalam mengadakan perbandingan terhadap apa yang dicapai dengan apa yang diharapkan, atau kualitas kinerja adalah wujud dari perilaku atau kegiatan yang dilaksanakan dan sesuai dengan harapan dan kebutuhan atau tujuan yang hendak dicapai secara efektif dan efisien. Untuk mencapai hal tersebut sering kali kinerja guru dihadapkan pada berbagai hambatan atau kendala sehingga pada akhirnya dapat menimbulkan bentuk kinerja yang kurang efektif.

Kinerja profesional guru akan terwujud apabila semua persyaratan profesionalnya terpenuhi. Menurut Jhonson dalam (Ali Idrus:2009:55), menyatakan bahwa ” kinerja guru adalah seperangkah perilaku yang ditunjukan oleh seorang guru pada waktu ia memberikan pelajaran kepada siswanya”. Menurut Buchari Alma (2008:141), seorang guru yang profesional memiliki kemampuan atau kompetensi yaitu seperangkat kemampuan sehingga dapat mewujudkan kinerja profesionalnya.

Kinerja profesional guru akan terwujud apabila semua persyaratan profesionalnya terpenuhi. Menurut Jhonson dalam (Ali Idrus:2009:55), menyatakan bahwa ” kinerja guru adalah seperangkah perilaku yang ditunjukan oleh seorang guru pada waktu ia memberikan pelajaran kepada siswanya”. Menurut Buchari Alma (2008:141), seorang guru yang profesional memiliki kemampuan atau kompetensi yaitu seperangkat kemampuan sehingga dapat mewujudkan kinerja profesionalnya.

Sutrisno (2011:109) motivasi adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu aktivitas tertentu, oleh karena itu motivasi sering kali diartikan pula sebagai faktor pendorong perilaku seseseorang. Gray (dalam Winardi, 2002:2) mengemukakan ”Motivasi kerja merupakan hasil sebuah proses yang bersifat internal atau eksternal bagi seseorang individu yang menyebabkan timbulnya sikap entusiasme dan persistensi dalam hal melaksanakan pekerjaan

Fhatoni (2006:132) menyatakan bahwa motivasi kerja merupakan keinginan seseorang yang mendorongnya untuk melakukan pekerjaan yang dapat dilihat dari kesungguhan dan kesukaan terhadap pekerjaan dan dilakukan dengan penuh tanggung jawab, sedangkan Sudarman (2004:23) mengemukakan motivasi kerja adalah dorongan yang muncul pada diri individu untuk secara sadar melakukan pekerjaan yang dihadapi. Selanjutnya menurut Usman, (2009:250) Motivasi kerja dapat diartikan sebagai keinginan atau kebutuhan yang melatar belakangi seseorang sehingga ia terdorong untuk bekerja

Menurut Rahmat (2008) dalam www.gurupembaharu.com menciptakan suatu yang baru memerlukan sikap yang tidak kenal menyerah. Pada saat orang lain tidur atau sudah tidak sanggup lagi melakukan sesuatu karena dihadapkan pada kesulitan, maka guru yang berjiwa wirausaha masih terus memperdalam pengetahuan dan mengasah keterampilan agar dapat menghasilkan sesuatu yang tidak dapat dibuat oleh orang lain. Jadi sikap inovatif dapat diartikan sebagai penyesuaian terhadap perubahan, orang yang mampu melakukan penyesuaian terhadap perubahan adalah orang yang kreatif.

Penyesuaian terhadap perubahan dapat dikatakan sebagai sikap inovatof dan untuk perubahan dibutuhkan suatu kreativitas diri seseorang, sehubungan dengan itu, Manan menjelaskan bahwa orang-orang yang bersikap inovatif adalah orang yang memiliki kepribadian kreatif dan dinamis (Irawan, 2003:17).

METODE

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif Korelasional, Agus Irianto (2004:133) menyatakan bahwa metode penelitian korelasional digunakan untuk mengetahui hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lainnya, sedangkan untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel bebas dengan variabel terikat diperlukan perhitungan dalam bentuk koefisien korelasi.

Data penelitian dianalisis secara deskriptif dan inferensial. Analisis deskriptif dimaksudkan untuk menga-mbarkan kondisi variabel sebagaimana adanya tanpa memberikan perlakuan dan menarik generalisasi dari sampel terhadap populasi. Inferensial digunakan untuk mengungkapkan kontribusi variabel bebas (independen variable) terhadap variabel terikat (independent variable). Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2012, yang berlokasi di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok.

Populasi penelitian ini adalah seluruh guru Sekolah Dasar yang yang PNS di Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok yang berjumlah 129 orang. Sampel dalam penelitian ini diambil secara stratifiet random sampling Variabel bebas (independen variable) penelitian ini adalah motivasi kerja dan sikap inovatif sedangkan variabel terikat Kinerja Profesional Guru

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data penelitian ini adalah berupa kuesioner dengan menyediakan alternatif jawaban dan skor sebagai berikut : Untuk mengetahui motivasi kerja dan sikap inovatif, dan kinerja profesional guru dapat diukur dengan menggunakan skala Likert dengan kategori pengukuran yaitu : 1) SL (Selalu); dengan kategori nilai : 5, 2) S (Sering); dengan kategori nilai : 4, 3) KK (Kadang Kadang); dengan kategori nilai : 3, 4) JR (Jarang); dengan kategori nilai : 2, 5) Tidak Pernah (TP); dengan kategori nilai : 1 (Arikunto, 2008 :303)

Teknik Pengumpulan DataTeknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket tertutup, yang telah disusun sesuai dengan variabel penelitian yang akan diberikan kepada responden. agar pengumpulan data dapat berlangsung secara teratur, sistematis dan sukses. Teknik Analisis Data, data ketiga variabel, disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi. Berdasarkan data frekuensi tersebut didapatkan skor mean, (nilai rata) modus (nilai yang sering muncul), median (nilai tengah), dan standar deviasi. Untuk mengetahui tingkat pencapaian responden pada setiap variabel digunakan rumus, Uji Persyaratan Sebelum analisis data dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan terhadap persyaratan analisis, Sudjana (1982) mengemuka-kan persyaratan tersebut sebagai berikut: a) Pemeriksaan Normalitas data Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui normalitas sebaran ketiga variable penelitian., Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik korelasi dan regresi sederhana dan regrasi berganda dibantu dengan program SPSS versi 17.00, Hipotesis pertama dan kedua di uji dengan menggunakan teknik korelasi dan regresi sederhana. Besarnya koefisien korelasi r dihitung dengan menggunakan rumus product moment regresi sederhana untuk motivasi kerja dan sikap inovatif terhadap kinerja guru profesional yang dihitung dengan model persamaan Ý = a + bx, Hipotesis ketiga diuji dengan menggunakan teknik korelasi dan regresi ganda. Koefisien korelasi ganda (R) digunakan untuk mengetahui hubungan dan kontribusi dari kedua variabel secara bersama-sama terhadap kinerja profesional guru. Analisis regresi ganda digunakan untuk memprediksi bagaimana pengaruh variabel terikat bila variabel bebas sebagai faktor prediktor. Persamaan regresi ganda untuk dua prediktor adalah Ý= a+ b1X1 + b2 X2.

HASIL PENELITIAN

Secara deskriptif hasil penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 1. Tingkat Pencapaian Respon Setiap Indikator Kinerja Profesional Guru

Indikator

TCR %

Kategori

Mengelola materi pembelajaran

82,0

Tinggi

Mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

82,0

Tinggi

Mengembangkan Materi Pembelajaran

70,5

Sedang

Mengembangkan keprofesionalan

73,0

Sedang

Memanfaatkan teknologi informasi

73,0

Sedang

Keseluruhan Skor Kinerja profesional guru

75,8

Sedang

Selanjutnya untuk motivasi ker ja tingkat capaian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabe l 2. Tingkat Pencapaian Respon Setiap Indikator Motivasi Kerja

Indikator

% Tingkat Pencapaian

Kategori

Ketekunan

75,8

Sedang

Semangat

86,8

Tinggi

Kegairahan

77,42

Sedang

Tanggung Jawab

79,21

Sedang

Keinginan

81,50

Tinggi

Keseluruhan Skor Motivasi Kerja

79,27

Sedang

Secara umum hasil deskriptif di atas mengambarkan bahwa motivasi kerja guru SD Negeri Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok dengan tingkat capaian 79.27% termasuk kategori sedang. Selanjutnya secara deskriptif sikap inovatif guru SD Negeri Kecamatan Danau kembar dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3. Tingkat Pencapaian Respon setiap Indikator Sikap Inovatif

Indikator

% T CR

Kategori

Kecenderungan menggunakan ilmu pengetahuan

81,40

Tinggi

Responsif terhadap perubahan

64,40

Kurang

Bersikap kreatif

88,50

Tinggi

Sikap inovatif secara keseluruhan

79,00

Sedang

Secara umum tingkat capaian skor sikap inovatif guru SD Negeri Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok (79,00%) dari skor ideal. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa sikap inovatif guru termasuk kategori sedang.

Hasil analisis data penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi kerja berkontribusi sebesar 24,6% terhadap kinerja profesional guru. Selanjutnya variabel sikap inovatif berkontribusi sebesar 16,9% terhadap kinerja profesional guru, variabel motivasi kerja dan sikap inovatif secara bersama-sama berkontribusi sebesar 30,6% terhadap kinerja profesional guru. Selanjutnya pencapaian skor variabel kinerja profesional guru, variabel motivasi kerja dan variabel sikap inovatif menunjukkan tingkat yang sedang. Dengan demikian dapat diyakini bahwa variabel motivasi kerja dapat menjadi prediktor terhadap variabel kinerja profesional guru, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. Rangkuman hasil Penelitian

Variabel

r

R2

Motivasi Kerja

0.499

24.6

Sikap Inovatif

0.410

16.9

Kinerja Profesional guru

0.553

30.6

Berikut ini akan diuraikan secara holistik sehingga data penelitian diharapkan dapat memberikan makna yang berguna.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi kerja guru memiliki hubungan yang signifikan dan memberikan kontribusi yang berarti terhadap kinerja profesional guru. Besarnya kontribusi motivasi kerja terhadap kinerja profesional guru. Penelitian ini secara empiris menunjukkan bahwa motivasi kerja yang memadai memberikan kontribusi secara signifikan terhadap kinerja profesional guru, skor variabel motivasi kerja termasuk dalam kategori baik.

PEMBAHASAN

Hasil analisis data penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi kerja berkontribusi sebesar 24,6% terhadap kinerja profesional guru. Selanjutnya variabel sikap inovatif berkontribusi sebesar 16,9% terhadap kinerja profesional guru, variabel motivasi kerja dan sikap inovatif secara bersama-sama berkontribusi sebesar 30,6% terhadap kinerja profesional guru

Berdasarkan hasil penelitian bahwa ada beberapa indikator yang termasuk kategori sedang yaitu ketekunan untuk meningkatkan motivasi kerja guru maka guru, harus tekun dalam melaksanakan pekerjaan tanpa ada paksaan dari orang lain tekun artinya rajin, giat dan bersungguh-sungguh, ulet berarti tidak mudah putus asa yang disertai dengan kemauan keras dalam berusaha mencapai tujuan dan cita-cita. Islam menganjurkan kepada umatnya untuk tekun dan ulet, sehingga menjadi umat yang kaya dan kuat dengan demikian umat islam akan menjadi umat yang mulia, terhormat dan berwibawa. Setiap orang haruslah bekerja dan berusaha dengan tekun dan ulet agar memperoleh hasil yang sempurna. Orang yang bekerja apa adanya hasilnya tidak sama dengan orang yang bekerja keras dan tekun, semua pekerjaan yang menjadi tugas bagi setiap orang hendaknya dikerjakan dengan baik.

Guru memegang peranan strategis terutama dalam upaya pembentukkan watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan, dari dimensi tersebut maka tanggung jawab guru dalam mengajar sulit digantikan oleh orang lain, guru yang bertanggung jawab adalah adalah guru yang bertugas sebagai pengajar, guru bertugas sebagai pembimbing, guru bertanggung jawab membina hubungan dengan masyarakat, untuk itu tanggung jawab guru dalam mengajar sangat diperlukan sehingga motivasi kerja guru dapat meningkat dengan baik dengan baik. Guru yang mempunyai motivasi kerja tinggi, dalam melaksanakan tugas pembelajaran maka akan bekerja secara sungguh-sungguh dan bertanggung jawab Hal ini sejalan dengan pendapat Fatah (2004:17) faktor yang mempengaruhi kinerja profesional guru salah satunya adalah motivasi kerja. Selanjutnya Gray (dalam Winardi, 2002:2) mengemukakan ”Motivasi kerja merupakan hasil sebuah proses yang bersifat internal atau eksternal bagi seorang individu yang menyebabkan timbulnya sikap entusiasme dan persistensi dalam hal melaksanakan pekerjaan.

Menurut Bafadal (2009:5) seorang akan bekerja secara profesional bilamana orang tersebut memiliki kemampuan (ability) dan motivasi, maksudnya adalah seseorang akan bekerja secara profesional bilamana memiliki kemampuan kerja yang tinggi dan kesungguhan hati untuk mengerjakan dengan sebaik-baiknya, Motivasi kerja guru dengan pertimbangan faktor ini merupakan pendorong utama setiap guru untuk lebih aktif, kreatif, inovatif, dan partisipatif melaksanakan tugas keprofesiannya sesuai ketentuan yang berlaku sebagai tenaga profesi kependidikan. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa dengan adanya motivasi yang baik, tentunya guru akan mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik, untuk lebih meningkatkan motivasi kerja guru, guru harus lebih bergairah dalam memberikan pelajaran kepada siswa, mempunyai tanggung jawab yang tinggi, mempunyai keinginan yang kuat untuk mengembangkan keprofesional dalam memberikan pelajaran di sekolah serta mempunyai keinginan untuk mengembangkan diri melanjutkan pendidikan.

Agar guru-guru respon terhadap perubahan maka, kepala sekolah hendaknya memberikan dukungan kepada guru dalam hal mengikuti seminar-seminar untuk mendapatkan ide-ide baru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, mencari informasi terbaru tentang penggunaan sumber belajar, mengikuti perubahan dan teknologi dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibrahim (2011:11) Guru sekolah dasar yang profesional adalah guru yang memiliki pengetahuan yang luas dalam bidang pendidikan, memiliki kematangan yang tinggi, memiliki motivasi, memiliki komitmen yang tinggi, visioner, kreatif dan sikap inovatif dalam pembelajaran.

Untuk meningkatkan kinerja profesional guru harus mempelajari cara mengembang-kan materi pem-belajaran dengan baik, meng-embangkan keprofesionalan den-gan cara melakukan sebuah penelitian tindakan kelas sehingga dapat meni-ngkatkan kemampuan siswa yang masih kurang dalam pembelajaran dan belajar memahami menggunakan tek-nologi informasi yang ada saat sekarang ini. Oleh karena itu, perlu diperhatikan secara sungguh-sungguh bagaimana memberikan prioritas yang tinggi kepada guru, sehingga mereka dapat memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas sebagai guru, guru harus diberikan kepercayaan, untuk melaksanakan tugasnya dalam melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik. jika semua ini dapat berjalan maka kinerja profesional guru dapat meningkat dengan baik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis pada BAB IV maka dapat disimpulkan berikut ini , Motivasi kerja guru berkontribusi terhadap kinerja profesional guru SD Negeri Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok dengan besaran kontribusi sebesar 24,9%, ini berarti bahwa motivasi kerja yang baik yaitu adanya sikap tekun dalam bekerja, bersemangat, penuh kegairahan dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas disekolah. Secara deskriptif dapat digambarkan bahwa kinerja profesional guru di SD Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok berada pada kategori sedang (75,8% dari skor ideal), motivasi kerja berada pada kategori baik (78,27% dari skor ideal) dan sikap inovatif berada pada kategori cukup (79,0% dari skor ideal).

Sikap inovatif berkontribusi terhadap kinerja profesional guru SD Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok dengan besaran sebesar 16,8%. Ini berarti dengan adanya sikap inovatif yang kondusif terhadap kinerja profesional guru, ini berarti bahwa semakin tinggi sikap inovatif maka semakin tinggi pula kinerja profesional guru, dan begitu juga sebaliknya. Motivasi kerja dan sikap inovatif secara bersama-sama berkontribusi terhadap kinerja profesional guru sebesar 30,6%. Hal ini menjelaskan bahwa untuk meningkatkan kinerja profesional guru yang baik dan ideal sebaiknya dilakukan melalui peningkatan motivasi kerja dan sikap inovatif dalam melaksanakan tugas akan meningkatkan kinerja guru secara profesional.

Hasil analisis data dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa motivasi kerja guru dan sikap inovatif secara bersama-sama maupun secara parsial ternyata berkontribusi terhadap kinerja profesional guru SD Negeri Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok. Jika motivasi dan sikap inovatif tidak ditingkatkan maka akan berpengaruh terhadap kinerja profesional guru dan akan berdampak kepada mutu pendidikan, seterusnya dapat dikatakan bahwa membuat rencana pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengevaluasi, melaksanakan bimbingan kelas dan melaksanakan manajemen kelas perlu di laksanakan.

Kinerja profesional guru dapat berjalan dengan baik dapat ditingkatkan hendaknya kepala sekolah meningkatkan motivasi kerja guru dan menimbulkan sikap inovatif sehingga kinerja profesional guru dapat meningkat dengan baik. Diantara kedua faktor prediktor tersebut motivasi kerja guru memberikan sumbangan yang sangat besar terhadap kinerja profesional guru dibandingkan dengan sikap inovatif. Berikut ini akan dikemukakan beberapa implikasi hasil penelitian tersebut kedalam konsep-konsep hubungan masing-masing pre-diktor dengan kinerja profesional guru dalam kaitanya dengan upaya-upaya pencapaian tujuan atas kinerja profesional guru.

Bagi setiap guru bangkitkan motivasi kerja dari dalam menjalankan tugas, pembelajaran yang dilakukan tanpa motivasi yang ada akan membuat keinginan untuk mencapai kemajuan, kesuksesan akan mengalami hambatan, sumbernya ada yang berasal dari dalam diri guru itu sendiri, jadi pelaksanaan pembelajaran suatu cara untuk mencapai tujuan pendidikan. Kepala sekolah diharapkan menciptakan suasana yang nyaman, lingkungan yang kondusif sehingga suasana dalam proses belajar mengajar dapat ditingkatkan kearah yang lebih baik. Kompetensi profesional guru sangat diperlukan guna mengembangkan kualitas dan aktivitas tenaga kependidikan dalam hal ini guru. Guru merupakan faktor penentu mutu pendidikan dan keberhasilan pendidikan di sekolah. Oleh karena itu tingkat kompetensi profesional guru di suatu sekolah dapat dijadikan barometer bagi mutu dan keberhasilan pendidikan di sekolah dasar.

Inovasi dalam pembelajaran pada hakekatnya merupakan suatu yang baru mengenai pembelajaran, bisa berupa ide, program, layanan, metode, teknologi dan proses pembelajaran. Dalam kaitan dengan inovasi pembelajaran akan berdampak terhadap profesional guru dalam memberikan pembelajaran kepada siswa

Saran

Dari temuan penelitian ini diajukan beberapa saran sebagai rekomendasi kepada berbagai pihak sebagai berikut: 1) Guru SD Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok untuk meningkatkan motivasi guru disarankan guru hendaklah berusaha tekun dalam melaksanakan pekerjaan, bergairan dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas di sekolah,2) Guru diharapkan meningkatkan sikap inovatif dalam pembelajaran diharapkan guru lebih responsif terhadap perubahan terutama dalam perkembangan teknologi dan informasi yang ada pada saat sekarang ini, jika guru respon terhadap perubahan maka kinerja profesional guru dapat ditingkatkan.

Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi diharapkan selalu berusaha meningkatkan kinerja profesional guru. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan memberikan perhatian dan kebutuhan guru-guru dalam pelaksanaan pembelajaran, hal ini dapat dilakukan dengan memotivasi guru-guru dalam melaksanakan pembelajaran, membe-rikansemangat dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di sekolah. Dalam hal upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi dan sikap inovatif yang kondusif menciptakan suasana sekolah yang nyaman, menyelesaikan konflik yang terjadi di sekolah secepatnya, bersikap lebih menghargai guru, menganggap guru sebagai teman kerja dan bukan sebagai bawahan belaka.

DAFTAR RUJUKAN

Anwar, M 2000. Adminisrtasi Pendidikan dan Manajemen Biaya. Jakarta: Rineka Cipta

Bafadal, Ibrahim. 2011. Menuju Sekolah yang Efektif.Jakarta: Bumi Aksara

_____________2009.Kompetensi Profesional Guru Sekolah Dasar. Jakarta:Bumi Aksara

Buchari Alma. 2008.Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta

Danim, Sudarman .2004. Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Penerbit Rineka Cipta

Depdiknas. 2000. Manajemen Sekolah. Jakarta: Dirjen Dikdasmen

Hasibuan H Malayu. 2007. Organisasi dan Motivasi. Jakarta: PT Bumi Aksara

Irawadi. 2001. Kontribusi Motivasi Kerja dan Disiplin Terhadap Kompetensi Guru SD Kecamatan Koto Singkarak Kabupaten Solok. Tesis Pacasarjana UNP. Tidak diterbitkan

Mulyasa, E. 2003. Managemen Berbasis Sekolah. Bandung : Penerbit PT Remaja Rosdakarya.

Rusman.2009. Model-Model Pembelajaran Guru Profesional. Jakarta: Bumi Aksara

Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:Raja Grafindo Persada

Syaiful Sagala. 2004. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung Alfabeta

Sondang P Siagian. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara

Saudagar, Fachruddin; Ali Idrus. 2009. Pengembangan Profesionalitas Guru. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap bunda...

02 Apr
Balas

Salam kenal dari MAN 1 Bukittinggi. Asli org aie dingin lembah gumanti

02 Apr
Balas

Salam kenal juga bu noerhayati satu kampung kita beda kecamatan ya bu

02 Apr



search

New Post