Ervina Yuni Sinaga

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Anakku Bukan Barang Jaminan

Hari ini setelah pulang dari tempat bekerja, saya sempatkan singgah ke kantor pos untuk membayar tagihan listrik. Tapi sayangnya setibanya disana, jaringan terganggu. Mau tidak mau, saya dan anak saya harus berpindah tempat. Tidak boleh ditunda karena hari ini adalah tanggal terakhir untuk pembayaran rekening listrik. Kami berpindah ke loket pembayaran lainnya yaitu indomaret.

Belajar dari pengalaman, saya hanya mempersiapkan uang tunai sesuai dengan perkiraan seperti biasanya. Dan karena merasa cukup, akhirnya saya langsung antri didepan cashier Indomaret. Dengan santai, saya menunjukkan resi pembayaran listrik bulan lalu. Setelah dimasukkan dalam aplikasi,si petugas menyampaikan nominal yang akan dibayarkan. Spontan saya kaget. Tagihannya naik dua kali lipat.

Sejenak ku terdiam. Lalu si petugas berkata "bu, jadi ga bayarnya?". Kemudian saya menjawab "boleh ga saya bayarkan auto debet saja?" sambil menyodorkan kartu atm. Namun si petugas menggelengkan kepalanya sambil menjelaskan bahwa kartu atm sy tidak bisa dipakai di mesin gesek mereka.

"Kl begitu, boleh sy minta tolong tunda dulu pembayarannya. Besok saya kembali lagi kesini". Namun si petugas mengatakan bahwa pembayaran tidak bisa dibatalkan karena sudah terlanjur masuk pada sistem mereka.

Akhirnya aq mencoba negosiasi bahwa saya akan kembali dalam beberapa menit lagi. Saya harus mencari mesin atm terlebih dahulu. Terlihat dari wajah sipetugas keraguan yang sangat jelas. Wajahnya seolah-olah saya akan melarikan diri. Saya mencoba meyakinkannya dengan berkata" jangan kuatir, saya akan kembali".

Karena ragu, akhirnya si petugas tersebut memanggil salah satu temannya. Temannya juga tampak ragu-ragu. Sekali lagi saya mencoba meyakinkan mereka berdua dengan berkata "pak, saya tidak membawa uang tunai yg cukup untuk membayar tagihan ini. Ijinkan sy ke atm dan akan kembali secepatnya. Saya tidak menduga tagihannya akan semahal ini". "Yakinlah pak, saya tidak akan kabur. Saya ini seorang guru di smp didaerah juga kok". Akhirnya, mereka setuju.

Dalam kata setuju mereka, saya marah. Mereka setuju dengan catatan bahwa saya meninggalkan anak saya tetap berada di Indomaret. "Wah....ga bisa. Kamu kira anak saya barang jaminan? kamu masih belum percaya?" kataku. Tanpa bertanya lagi, saya langsung menuju pintu keluar dan membawa anakku.

Beberapa menit kemudian, seperti janjiku, sisa tagihan listrik telah selesai dilunaskan. Setelah menerima uang kembalian, aku masih menyempatkan diri menceramahi si petugas. "Mbak, lain kali jika ada kejadian seperti ini, jangan minta orang untuk meninggalkan anaknya sebagai jaminan. Kl mbak td minta ktp atau identitas lainnya, pasti sy akan kasi. Tp jangan sekali kali mbak minta saya meninggalkan anak sy disini". Petugas itupun hanya terdiam dan pura-pura sibuk melayani pelanggan lainnya.

Pesan moral:

Jangan pernah dengan gampang menitipkan anak kepada siapapun.

#Anakku bukan barang jaminan#

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Seharian of line. Kantor pos nya. On pukul 11. Bun. Salam

20 Apr
Balas

Ngeri juga ya mba.

20 Apr
Balas



search

New Post