Budayakan Antri
Hari ini seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke sedang merayakan pesta demokrasi. Masyarakat memberikan suaranya di TPS masing-masing sesuai dengan yang sudah ditentukan berdasarkan pendataan pada bulan-bulan sebelumnya.
Sebut saja di TPS kami, kebetulan berada di pasum depan rumah, kumelihat jam 5 pagi sudah ada nampak beberapa petugas yang mungkin siap siaga untuk melaksanakan kegiatan hari ini. Karena masih terlalu pagi, aku memutuskan untuk memasak dan beres-beres dulu dirumah.
Tepat Jam 7 pagi satu per satu masyarakat sudah mulai mendatangi lokasi TPS. Berhubung karena ada sesuatu kendala maka pendaftaran ditunda hingga dinyatakan siap untuk dimulai. Sebagian orang sudah berada pada posisi berdiri dibarisan. Sebagian orang lagi memilih untuk mengambil tempat untuk santai mengobrol sejenak dengan para tetangga sambil menunggu aba-aba dari panitia pelaksana.
Aku salah satunya warga yang ikut menyambung antrian yang sudah ada sebelumnya dibarisan. Berdiri berbaris mulai dari jam 8 pagi. Tak terasa warga mulai kelelahan. Dibawah terik matahari, salah satu warga mulai teriak menyerukan kepada panitia agar segera memulai kegiatan pencoblosan. Satu per satu dan semakin bertambah warga yang mulai resah dan marah. Ntah itu karena kelelahan ataupun karena belum sempat sarapan.
Ditengah keributan, warga semakin bertambah berdatangan. Ada yang langsung masuk ke barisan antri. Ada yang masih melihat-lihat kondisi sekitar. Adapula yang memutuskan untuk kembali kerumah.
Pukul 09.30 panitia mengumumkan pendaftaran akan dimulai. Warga yang sudah siaga sejak awal dibarisan akhirnya tersenyum dan bersemangat kembali. Berdiri tegak sabar menunggu panggilan. Warga yang tadinya berkelompok duduk ngobrol, membubarkan diri dan mencoba masuk ke barisan. Ada yang sadar diri dan masuk kebarisan yang paling terakhir. Ada yang mencoba negosiasi dengan panitia ingin diprioritaskan dengan alasan ada urusan. Ada yang mencoba memotong barisan, namun akhirnya kembali ke barisan paling ujung; setelah mendapat semprotan dari warga yang lain.
Ada juga ibu-ibu yang tidak perduli dengan antrian. Dari awal dia datang, aku memperhatikan dia tidak langsung masuk kebarisan. Namun dia sibuk berdiri dibelakang para saksi. Saat matahari semakin terik, ibu tersebut tanpa basa basi langsung memotong barisan. Spontan ibu yang baris berada dibelakangku teriak "budayakan antri". "Bu, ibu kan baru datang, tolong baris dibelakang ya bu. Kami sudah dari tadi berdiri disini", ujarku pada ibu tersebut dengan harapan agar dia segara keluar dari barisan.
"Saya juga sudah dari tadi antri tapi didepan", balasnya. Dan akupun langsung menyambung, "Waduh......ibu, kl didepan itu namanya bukan antri. Kl antri itu nyambung barisan dari belakang". Meskipun hati sudah panas ditambah cuaca yang panas, namun tetap berusaha melemparkan senyum yang agak dipaksakan sedikit.
Mungkin karena sudah malu atau karena ibu-ibu lainnya yang berkomentar semakin banyak, akhirnya si ibu tadi bergerak keluar barisan menuju antrian paling belakang.
Antri sepertinya masalah sepele. Tapi dari perilaku antri, kita bisa menilai sikap dan karakter seseorang. Tidak "Antri" bisa juga membuat keributan dan kekacauan. Tidak heran mengapa dikebanyakan negara Eropa; misalnya Newzealand, Australia, memasukkan Budaya Antri didalam dunia pendidikan mereka. Karena bagi mereka Budaya Antri itu sangat penting.
Marilah mengajarkan "Antri" kepada anak-anak kita dimulai dari rumah kita masing- masing. Jika sudah terbiasa "antri" dari rumah maka akan terbawa-bawa juga kebiasaan tersebut saat berada diluar rumah, khususnya saat menggunakan fasilitas umum.
Dengan antri, kita bisa menjadi lebih tertib dan teratur. Lebih disiplin, tegas dan penuh kesabaran. Lebih menghargai orang lain serta lebih menghargai diri sendiri. Semoga budaya antri dikembangkan dan ditanamkan dalam diri sendiri agar tercipta suansana yang aman tentram dan damai.
#Cintailah Budaya Antri#
Edisi PEMILU
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Itulah hebatnya orang kita, sulit untuk antri. Salam kenal.