Ervina Yuni Sinaga

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Kumpulan Cerita Tentang Pengasuh Anak-anakku

Part 6

Si Risda

Katakan saja namanya adalah Risda. Dia adalah seorang anak perempuan yang baru saja menyelesaikan Sekolah Menengah Atas. Risda berasal dari keluarga susah dan anak yatim. Terkendala akan biaya untuk lanjut sekolah ke Perguruan Tinggi maka Risda memutuskan untuk merantau dan bekerja. Sebelum berangkat, kami memastikan bahwa Risda bersedia dan sanggup untuk merawat 2 orang balita dan 1 orang bayi. Kesepakatan pun terjadi dan bergegas kami membelikan tiket pesawat untuknya.

Dengan semangat Risda kami jemput ke Bandara. Hmmmm…kesan dan pandangan pertama kurang meyakinkan. Tetapi kami memutuskan untuk mencoba dan melatihnya pelan-pelan. Setibanya dirumah, pakaian yang dibawa segera dikemas disimpan dalam lemari. Dengan kondisi yang baru pulih dari lahiran, kumencoba menunjukkan dan mencontohkan apa-apa saja yang perlu dikerjakannya. Memberitahu segala hal yang harus dikerjakannya. Sambil menunggu waktu cutiku berakhir, sesekali aku membantunya untuk membenahi rumah.

Pengalaman bekerja dan pelatihan tidak pernah didapatkannya. Selama ini Risda tinggal dengan Pamannya dikampung jauh dengan Ibunya. Siapa yang melihat tidak akan percaya bahwa dia bisa bekerja dirumah dan merawat bayi. Namun dengan pelatihan yang kuberikan hanya 1 minggu saja, kumeyakinkan diri bahwa Risda akan bisa menjaga dan mengasuh anak-anakku. Untuk kebaikan anak-anak, kami memintanya untuk lebih mengutamakan mengurus anak-anak daripada mengurus rumah. Dan biasanya urusan rumah kami kerjakan secara bersama-sama.

Berhubung pakaian yang dibawa Risda dari kampung hanya beberapa potong saja, kami mengajaknya untuk membeli keperluannya. Dengan harapan Risda akan betah bekerja dan tinggal bersama kami. Kebetulan kami adalah penganut kepercayaan bahwa seseorang akan baik dengan kita jika kita menganggapnya saudara. Dan anak-anak kita juga akan dianggap seperti adiknya sendiri. Sakin baiknya, Handphone untuk sementara waktupun kami pinjamkan.

Tibalah hari dimana aku harus kembali bekerja dan meninggalkan bayiku. Dengan berdoa kepada Tuhan, memohon keselamatan dan kesehatan untuk anak-anakku selama ditinggalkan bekerja, kumenyerahkan anak-anakku untuk diasuh Risda. Hari pertama, segalanya berjalan dengan baik. Hari kedua juga demikian. Hari berikutnya, pulang bekerja aku menjumpai Risda tidur dengan anak-anakku dikamar utama. Sementara sebelumnya kami sudah berpesan untuk tidak memasuki ruang kamar tidur utama. Tidur dengan ditutupi selimut sementara anak pertama dan keduaku sibuk bermain. Dan si bayi sedang menangis. Kesal luar biasa langsung menyerang tubuhku saat itu. Kembali kami mengingatkannya akan hal-hal apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukannya.

Setiap hari Minggu biasanya Risda ikut beribadah bersama-sama kami sekeluarga. Namun pada Minggu berikutnya, Risda sudah mulai menolak untuk ikut beribadah bersama. Dengan alasan kurang enak badan. Tanpa curiga, kami membiarkannya istirahat dirumah. Kebohongan terungkap saat pulang Gereja kami tidak menjumpainya dirumah. Ternyata Risda menolak pergi beribadah hanya demi mengikuti ajakan teman-temannya. Mereka pergi bersama pemuda-pemuda yang ada disekitar komplek perumahan.

“Ma, tadi kakak tinggalin kami loh ma”, kata anak pertamaku.

“Kemana kakak pergi?”, tanyaku

“kerumah o om itu loh ma”, jawabnya sambil menunjuk rumah kost-kostan dekat rumah.

“Trus…adik bayi kita ditaruh dimana, nak?’, tanyaku penasaran.

“adik bayi kita dibawa juga, ma. O om itu merokok disana. Tante nyanyi-nyanyi karaokean dengan o om itu, ma”, jelasnya padaku.

“trus kalian berdua, dimana?”, tanyaku lagi

“kami berdua dirumah, ma. Adik bayi aja yang dibawa”, jawab anakku.

Peringatan pertama langsung kuberikan untuk Risda atas perlakuannya yang sudah membuat khawatir. Dan berharap hal seperti ini tidak akan terulang lagi. Menjelang tidur malam, anak pertama dan kedua selalu meminta kami untuk mengganti pengasuh mereka. Tetapi setiap ditanya alasannya apa, anak-anak hanya menjawab agar adik bayi tidak menangis. Sejak saat itu, hampir setiap waktu aku menelepon Risda untuk memastikan keadaan anak-anakku dirumah baik-baik saja.

Seminggu dua minggu setelah peringatan, Risda tampak bersikap lebih baik. Hati dan pikiranpun mulai berangsur tenang. Ketenangan itu hanya sebentar saja. Beberapa hari kemudian, anak sulung kami bercerita bahwa adik bayi terjatuh dari ayunan. Saat itu umur anak sulungku masih 5 tahun. Dengan sigap, dia mengangkat adik bayinya menggeser ke alas yang sudah disiapkannya. Sementara si Risda masih asik dengan teman prianya di rumah sebelah.

Sungguh kejadian ini membuat kami marah besar. Anak-anak tidak akan kami serahkan pada seorang anak pengasuh yang ceroboh. “Yang kami titipkan adalah anak manusia bukan benda”, kata suamiku dengan nada tinggi sambil menatap tajam kearah Risda. Rasa takut terlihat diwajah Risda. Ternyata selama ini perlakuannya sama saja. Anak-anak diancam untuk tidak bercerita kepada kami. Anak-anak dibungkam dengan ancaman akan ditinggal saat kami semua berangkat bekerja.

Tanpa pertimbangan dan tawar menawar, kami menghubungi pihak keluarganya dan memberitahukan bahwa Risda akan segera dikembalikan. Segala sikap dan perlakuan Risda selama ini kami laporkan pada keluarganya dikampung. Risda meminta untuk tetap tinggal di Batam bersama dengan keluarganya. Namun kami tidak mau mengambil resiko. Datang dengan baik-baik dan sehat walafiat, pulangpun harus dengan baik-baik dan sehat walafiat. Risda kami antarkan ke bandara dan meminta keluarganya untuk menjemput di Bandara tujuan, Kualanamo. Risda hanya bertahan selama 3 bulan.

Sepanjang perjalanan pulang kerumah dari bandara, anak-anak bercerita tentang Risda. Ternyata selama ini Risda sering membentak dan meninggalkan anak-anak. Risda hanya bersikap baik dan lembut saat kami dirumah saja. Anak-anak selalu mendapatkan ancaman jika mencoba-coba untuk mengadu tentang Risda. Kebenaran terungkap saat salah satu tetangga menceritakan semua apa yang pernah dilihatnya. Untung saja Risda tidak bertahan lama. Kami tidak tahu apa yang akan terjadi jika kami mempertahankan Risda sebagai pengasuh anak-anak kami.

Bersambung.....

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post