Suamiku Ternyata ODHA (57)
57. Hadiah Terakhir
"Ustaz Iqbal, mari silakan masuk!"
Ternyata ustaz Iqbal yang datang bersama istrinya Ustazah Dini.
Setelah saling menanyakan kabar, ustaz Iqbal memulai percakapan,
"Tujuan kami ke sini yang pertama adalah silaturahmi. Yang kedua kami mengantarkan barang-barang almarhum yang masih tertinggal di pondok."
Ustaz Iqbal mengangsurkan sebuah tas berisi laptop dan sebuah kardus yang tertutup rapat dan terikat tali.
Aku menerima keduanya,
"Terima kasih, Taz. Untuk bimbingan panjenengan dan keluarga besar di pondok. Selanjutnya saya atas nama almarhum mohon dibukakan pintu maaf atas segala hilaf almarhum selama di sana. Yang terakhir, jika almarhum memiliki hutang mohon disampaikan untuk saya lunasi."
Aku mengakhiri kalimatku dengan suara yang terdengar parau. Jujur aku masih dalam kondisi belum stabil setelah kepergian Mas Soni.
"Alhamdulillah, almarhum tidak memiliki hutang, Bu. Dan InsyaAllah kami semua keluarga besar di pondok talah memaafkan dan mengikhlaskan almarhum. Saya bersaksi bahwa almarhum orang baik dan berusaha menjadi lebih baik. Semoga Allah merahmatinya."
Aku mengaamiinkan sepenggal doa yang dilangitkan oleh ustaz Iqbal. Setelah dirasa cukup, ustaz Iqbal dan istri mohon diri.
*
Sepeninggal tamuku, aku berniat untuk melanjutkan rehatku yang tertunda. Tetiba seperti ada magnet yang menarikku untuk membuka kardus yang tertutup rapat dan terikat tali itu.
Setelah kardus terbuka, kulihat ada beberapa helai baju koko dan lima buku bacaan. Di bagian paling bawah terdapat sebuah kotak kecil dan sebuah amplop berwarna putih yang berbalut sajadah.
Dengan bismillah kotak kecil itu kubuka. Ternyata isinya sebuah cincin bertahtakan berlian. Kilaunya sungguh indah dan menyilaukan pandangan.
Fokusku beralih ke sebuah amplop berwarna putih yang menyertainya. Perlahan ujung amplop itu kusobek, terlihat tulisan tangan Mas Soni yang sangat rapi.
"Hann, kebodohan terbesar dalam hidupku adalah saat aku meminta bercerai darimu. Saat melepaskanmu, sungguh aku hanya menginginkan kebahagiaan menyertaimu. Karena aku tak mungkin menghadirkan kebahagiaan itu mengingat kondisiku.
Namun tes terakhir Alhamdulillah hasilnya aku telah negatif HIV.
Maukah kamu melanjutkan perjalanan dalam satu biduk lagi bersamaku?
Aku menunggumu,"
Seketika seluruh tubuhku bergetar hebat setelah membaca kata demi kata yang tertulis dalam secarik kertas tersebut.
Luka hati yang masih menganga kini kembali berdarah. Aku menangis tersedu-sedu seperti anak kecil yang kehilangan mainan kesayangannya. Sungguh, aku merasakan separuh jiwaku pergi.
"Tunggulah aku dipintu surga, Mas."
Bisikku lirih.
*
Dari arah jendela yang terbuka lebar, tercium aroma bunga kemuning yang diembuskan oleh sang bayu.
Aku berjalan pelan lalu duduk ditepi kolam, memandangi ikan koi yang berkejaran kesana-kemari.
Kulemparkan beberapa genggam makanan instan untuk mereka. Kecipak air yang ditimbulkan oleh ikan-ikan itu menodai hijab biru yang kukenakan. Aku tersenyum sambil mengusap beberapa titik air yang menghampiri wajahku.
Sementara itu, pantulan warna jingga dari ufuk barat sebagai pertanda siang akan segera berganti dengan malam. Sebagaimana kehidupan, semua ada batasnya.
Maka Mahasuci Allah yang menguasai segala kerajaan dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun. QS. 67:1-2
TAMAT
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Terharu. Keren kisahnya bunda
Mantap cerita yg menarik
Thanks mom
Masya Allah cerita yang keren, lanjut karya berikutnya Jeng.
Alhamdulillah. Jazakillah khoir ukhti
Cerita yang sangat menarik Bunda.
Alhamdulillah, jazakillah khoir ukhti
Kisah yg selalu inspiratif bunda. Luar biasa
Subhanallah kisah yang mengharukan bunda
Alhamdulillah. Iya jeng. Sehat n sukses selalu ya. Barokallah
Jangan terpuruk Hanna. Masih ada mentari untuk hari esok. Terus semangat meniti hari
Thanks Nin bageur
Thanks Nin bageur
Keren bun ceritanya
Ya Allah membaca surat nya membuat hati ini ikut merasakan pilu bund hiks, cerita yang sangat luar biasa bunda sayang
Thanks neng. Muach
Aduhhh...meski crt berakhir, hatiku tetap teraduk2 dinda. Dtggu crt keren berikutnya
Pergi ke dapur Oma, terus aduk kopi aja, wkwkwk. Terima kasih sudah berkenan singgah. Sehat n sukses selalu. Salam.
Hahaha...aduk kopi trs kopi paste...
Keren ceritanya. Sudah tamat Bun? Ditunggu cerita berikutnya. Semoga sehat selalu Bunda.
Alhamdulillah. Aamiin. Doa terbaik kulo kagem panjenengan.