Ternyata Suamiku ODHA (36)
36.
"Ibukota, aku datang!"
Seutas senyum terlukis di sudut bibir bersamaan dengan langkah pertama kakiku menuruni anak tangga kereta.
Fajar belum jua sempurna menyingsing saat kereta api Argo Lawu tiba Stasiun Gambir Jakarta. Delapan jam perjalanan tak terasa karena dilalui dalam buaian lelap.
Semua penumpang larut dalam hiruk-pikuk. Ada yang duduk di ruang tunggu, ada pula yang langsung melanjutkan perjalanan menuju tujuannya. Aku memilih menepi sejenak menuju musola kecil di sudut ruang tunggu.
Aliran air yang membasuh anggota wudhu, mengundang ketenangan hingga ke sekujur tubuh. Sejurus kemudian aku bergabung dengan beberapa orang yang memiliki hajat yang sama. Kini kewajiban sebagai hamba telah tertunai.
***
"Dua belas ribu, Mbak!"
Kuangsurkan pecahan uang duapuluh ribuan kepada petugas loket. Sebagai gantinya aku menerima uang kembalian beserta sebuah kartu.
Kartu inilah yang akan kugunakan sebagai ganti karcis untuk menumpang commuter Line menuju kota hujan, Bogor.
Saat memasuki gerbong kereta, aku tersihir dengan pemandangan yang tersaji di depan mata. Fasilitas yang tersedia sungguh istimewa.
Deretan kursi panjang yang terlihat empuk dan nyaman, ditata sedemikian rupa dengan warna yang serasi. Terkesan rapi dan bersih. Tak lupa dilengkapi dengan pendingin ruangan, yang membuat suasana semakin terasa begitu sempurna.
Aku memilih duduk di dekat pintu. Sepuluh menit kemudian Commuter Line mulai melaju. Jumlah penumpang belum melebihi kapasitas, terbukti dari masih banyaknya tempat duduk yang masih kosong.
Satu persatu stasiun kecil disinggahi untuk menurunkan atau menaikkan penumpang. Sambil menikmati perjalanan, anganku melayang pada seperempat abad yang silam. Saat aku sering wira-wiri Bogor-Jakarta di setiap akhir pekan. Hanya sekedar mengurai rasa jenuh sekaligus melepas rindu dengan sahabatku saat berseragam putih abu-abu. Ema ya Ema apa kabarnya sekarang. Segera kuambil gawaiku,
"Ema, numpang lewat ya!"
Kukirimkan pesan padanya. Sejurus kemudian pesan berbalas,
"Hanna, kamu dimana. Kangen nih!"
Kuceritakan bahwa aku dalam perjalanan menuju Bogor. Dan kami berjanji untuk meluangkan waktu untuk melepas rindu walau hanya beberapa menit saja.
Tak terasa, satu jam telah berlalu. Stasiun kereta api di kota hujan telah kujejak
"Hai Bogor, I'am Coming!"
Teriakku bahagia. Dan tentu teriakan itu hanya di dalam hati saja
Bagaimana serunya saat Hanna melepas rindu dengan sahabat-sahabatnya?
Bersmbung ... .
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantul
Thanks sis
Ayo Hanna waktunya berbahagia
Asiyap Nin
Selalu ditunggu kelanjutannya bunda sayang
Thanks neng geulis apresiasinya. Barokallah
Ditunggu lanjutannya Bun. Semoga sehat selalu.
Aamiin. Ibu juga