Ternyata Suamiku ODHA (48)
48. Titik Nol
"Jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu."
Nasehat robbani tersebut selalu kuingat, apalagi dalam kondisi seperti sekarang ini. Namun bagaimana pun jua, aku adalah manusia biasa. Iman di dada kadang naik kadang turun. Dan kini aku merasa sedang berada pada titik nol.
Aku harus melakukan sesuatu agar kondisiku tidak semakin terpuruk. Setelah melakukan perenungan yang panjang, aku memutuskan untuk melakukan ibadah ke tanah suci. Aku akan menata kembali kehidupanku dan memulainya dengan melakukan umroh. Setelahnya nanti aku berharap aku bisa terlahir sebagai Hanna yang baru.
"Mas Soni, boleh saya minta tolong?"
Aku menghubungi Mas Soni saat keberangkatanku ke tanah suci kurang dua hari lagi.
"Tentu saja, Hann. Apa yang bisa dibantu?"
Mas Soni merespon tanpa basa-basi.
Kemudian aku menjelaskan jika lusa aku akan berangkat umroh.
"Tolong jaga anak-anak selama aku pergi ya, Mas?"
" Tentu saja, Hann. Kamu bisa mengandalkanku. Pergilah!"
Alhamdulillah, aku bersyukur Mas Soni berkenan menjaga anak-anak. Sehingga aku dapat melakukan ibadah dengan tenang di sana.
"Terima kasih ya, Mas!"
Aku mengakhiri percakapan via WhatsApp dengan mengucapkan salam kepada Mas Soni.
Besok aku akan berangkat menjalankan ibadah umroh selama sepuluh hari. Pagi ini kusempatkan untuk berziarah ke makam mama dan papa.
Setiap kali aku berada pada kondisi sulit, pada saat yang sama aku juga merasakan rindu yang teramat sangat kepada kedua orang tuaku. Mereka berdua telah berpulang ke kampung halaman abadi sudah lebih dari dua dasawarsa lamanya.
Sinar mentari pagi terlihat berkilau bak intan berlian, saat menyetuh buliran air yang menggantung di ujung daun padi di hamparan persawahan yang kulewati. Hujan semalaman menyisakan jejak di sana-sini.
Aku sengaja berjalan kaki menuju pemakaman. Jarak antara rumah dan pemakaian hanya sekitar dua ratus meter saja.
Kesempatan langka ini kumanfaatkan pula untuk mengisi rongga dadaku dengan oksigen yang berlimpah ruah.
"Aaaaaaaaaa..."
Aku berteriak sekeras-kerasnya. Hal seperti ini sering kulakukan jika aku suntuk.
Lega rasanya bisa melepaskan beban berat di dada ini dengan cara seperti itu.
Kakiku terus melangkah menapaki jalan setapak hingga mengantarkanku di mulut gerbang pemakaman.
"Assalamu'alaikum ya ahlal kubur!"
Kulepaskan alas kakiku, lalu melangkah pelan diantara makam-makam tua.
Rumpun ilalang yang menjadi penguasa di pemakaman ini, mendampingi puluhan batang pohon Seroja yang sedang berbunga. Wangi aroma bunga seroja, sungguh menenteramkan jiwa.
Aku bersimpuh diantara kedua makam. Kuelus nisan mama lalu kucabuti rumput-rumput liar yang tumbuh subur. Setelah selesai aku membalikkan badan, berganti membersihkan makam papa, hingga tak tersisa satu rumpunpun rerumputan di kedua makam itu.
Kutengadahkan tangan untuk melangitkan doa,
"Robbigfirli wali wa lidayya warhamhuma kama robbayani sogiro."
Pelupuk mataku tak sanggup lagi menahan desakan air yang ingin keluar. Akhirnya aku menyerah.
Satu demi satu tetesan air itu jatuh melewati pipiku yang kian tirus, kian menderas menganak sungai hingga membasahi jilbab coklat tanah yang aku kenakan.
Tetiba aku merasa ada sesuatu yang menyentuh pundakku. Tentu saja aku kaget bukan kepalang karenanya. Spontan aku menoleh.
"Kamu?"
Siapakah gerangan yang menyusul Hanna ke area pemakaman?
Bersambung ya... .
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Lanjut Jeng.
Lanjuut.. Keren.. Barokalloh
Mas Sonikah yang menyusul Hana ke pemakaman next bunda
Berusaha tetap tegar ditengah badai, bukan hal mudah. Semoga bunda Yarnita sukses dan sehat selalu
Makin penasaran. Keren ceritanya. Semoga sehat dan bahagia selalu Bunda.
Alhamdulillah. Terima kasih apresiasinya Ibu cantik nan salehah. Doa yang sama untuk panjenengan sekeluarga. Barokallah.