Eryka Syams

Bunda guru di SMA Muhammadiyah Cileungsi, sdh. 25th..mengajar B.Indonesia dan Seni Budaya. Memiliki putra 2 orang yg.sdh.beranjak dewasa. Kegiatan sekaran...

Selengkapnya
Navigasi Web

SEPASANG SEPATU KEHILANGAN KAKINYA Oleh : Eryka Syams Sepasang sepatu kehilangan kaki Pag

SEPASANG SEPATU KEHILANGAN KAKINYA

Oleh : Eryka Syams

Sepasang sepatu kehilangan kaki

Pagi syahdu berangkat menjemput kata

Ada sepotong roti dan segelas teh pahit

Sepahit angin kehidupan yang dilaluinya

Selembar koran mengurai berita

Akhir tahun BBM naik hingga sembilan ribu lebih

Kini awal November baru saja menapak

Rupiah sudah menari tinggi di pasar-pasar

Lapak cabe, lapak bawang, bahkan lapak terasi

Kau tahu .. lapak jengkol dan pete tak mau ketinggalan

Padahal itu makanan favorit orang kecil seperti dirinya

Sepasang sepatu kehilangan kakinya

Yang dulu berani menapak teras bupati

Yang dulu lantang menginjak ruang tamu pak lurah

Kini, lututnya mulai gemetar dan nyali mulai menciut

Saat mendaki bukit terjal dan curam

Pembatas harapan dan kenyataan

Jemari kaki sudah kapalan, bahkan membengkak tak lagi kuasa bersepatu

Orang menyebutnya kaki gajah

Semestinya sebagai gajah ia merasa besar

Namun, itu bukti sisa kemiskinan pagi ini

Sepasang sepatu kehilangan kaki

Bahkan bukan saja dirinya

Di ujung kota tepatnya di pinggir kanal

Yang ditinggalkan Rezim Orde Baru

Ada seonggok harapan pada penguasa hari ini

Tolong pilihkan kami apa yang mesti kami tangis

Bahkan apa yang mesti kami tertawalah

Aku, dia dan mereka ! Kami... ya kami !!!

Sudah tak bisa membedakan air yang menetes di wajah ini

Keringat peluhkan ?

Air matakah ?

Ingus kah ???

Air liur kah ?!

Tapi semua peran air di wajah itu sama

Tanda kelelahan

Tanda kebosanan

Tanda kepedihan

Sepatu itu masih kokoh

Kaki yang memakainya telah keropos

Bahkan sekarat berat

Tak lagi dapat tempat bergantung dan dia ingin istirahat

Hingga matahari kembali bersinar ia tak ingin terjaga

Biarlah sepatu itu hanyut menemukan kaki yang selalu kuat dan tegar

Karna kakinya kini ingin tertidur

Dalam lelap seperti Presiden yang wafat penuh mimpi.

Cileungsi, 07112014; 07:45 wib.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post