Esti Munafifah

Esti Munafifah. Mengajar IPA di MTsN 1Kota Blitar sejak tahun 1999 hingga sekarang....

Selengkapnya
Navigasi Web
Kamu Pilih Tawaf di Posisi Mana?

Kamu Pilih Tawaf di Posisi Mana?

Kamu Pilih Tawaf di Posisi Mana?

Ketika tawaf, sedekat apa jarak kamu dengan Ka'bah? Sering saya mendengar pertanyaan itu ketika ziarah haji atau umroh. Demikian juga, hal itu ditanyakan pada saya berulang kali.

Dulu saya selalu berpikir betapa bahagianya jika ketika tawaf bisa sedekat mungkin dengan Ka'bah. Bahkan jika memungkinkan bisa mencium hajar aswat. Selain bisa menatap Ka'bah lebih jelas, tentu mengelilingi Ka'bah tujuh kali terasa lebih ringan, serta memakan waktu relatif lebih cepat.

Ketika saya mendapat kesempatan bertawaf, hal itu juga saya lakukan. Kebetulan setelah pandemi covid-19 tempat tawaf di lantai dasar tidak terlalu penuh sesak. Jadi tempat tawaf bisa sedekat mungkin dengan Ka'bah, bisa berada di sebelah kiri Hijr Ismail. Namun di sekeliling Ka'bah diberi tali pembatas. Jarak tali membatas itu cukup dekat dengan Ka'bah, yaitu lurus dengan lengkung maqam Ibrahim. Jadi sedekat apapun kita tetap tidak bisa mencium Hajar Aswat. Pembatasan seperti itu mungkin mempertimbangkan berbagai hal, terutama masalah penularan covid-19.

Senang sekali rasanya bisa melakukan tawaf pada posisi terdekat dengan Ka'bah. Bisa meluapkan segenap perasaan yang menjejal di dada, memohon pada Allah, hingga tak terasa air mata meruah dengan derasnya. Tawaf bisa terselesaikan dengan cepat. Setelah itu bisa berdo'a berlama-lama dengan mengambil tempat menepi dan berusaha tepat di depan pintu Ka'bah. Alhamdulillah.

Tawaf ketika umroh berjalan dengan lancar bersama rombongan. Hari-hari berikutnya ketika tidak umroh, saya berusaha setidaknya sehari bisa tawaf satu kali di dekat Ka'bah. Namun ketika saya mengantar ibu tawaf sunah, harus masuk pada jalur lain, yaitu jalur kursi roda, karena ibuku ke mana-mana kudorong dengan kursi roda. Bukan karena ibu tak bisa berjalan, tapi agar ibu tidak terlalu capek. Tawaf di jalur ini ada di lantai ke dua. Jadi diameternya lumayan lebih panjang. Tawaf sunah ini kami lakukan dengan santai setelah salat asyar. Aku mendorong ibu, ibu berdo'a, dan satu lagi ada temanku bu In Yudiana yang memimpin do'a setiap satu putaran. Tawaf terselesaikan kurang lebih dua jam. Meski lumayan capek, tetap bersyukur, pencapaian yang menurutku bisa sebagai indentifikasi kesehatan. Saya sama bu In saling memandang lalu tersenyum. Meski capek, rasanya puas bisa tawaf sunah bersama ibu.

Hari berikutnya, seperti hari-hari biasanya, aku, ibu, dan bu In, berangkat ke Masjidil Haram pukul 09.30. Seperti biasanya juga, ibu minta diantar di tempat favoritnya, yaitu di lantai tiga tepat didepan Ka'bah, sehingga mata bisa langsung memandang Ka'bah sepuas hati.

Hari itu saya dan bu In ingin tawaf sunah lagi di lantai dasar. Oh ya, di lantai dasar wanita bisa sewaktu-waktu melakukan tawaf, tapi untuk laki-laki tidak demikian. Jika mereka ingin tawaf di lantai dasar haruslah berpakaian ihram. Jika berpakaian biasa maka tempat tawafnya di lantai tiga, di depan tempat favorit ibuku.

Singkat cerita, di siang hari dengan udara sekitar 41°C, dengan menutup kepala pakai topi, saya bisa tawaf di tempat paling dekat dengan Ka'bah. Sehingga tawaf bisa terselesaikan kurang lebih setengah jam saja. Setelah selesai berdo'a sepuasnya, saya segera menuju ke tempat ibu, di lantai tiga. Namun, apa yang saya lihat? Di lantai tiga banyak sekali orang bertawaf. Saya jadi berpikir, mengapa banyak yang memilih lantai tiga untuk melakukan tawaf sunah? Jawaban yang muncul dari kepalaku, karena di lantai tiga tidak panas, bahkan sejuk karena dipasang kipas angin di sana sini, meskipun diameternya sangat panjang. Mungkin jika aku yang melakukan bisa memakan waktu tiga jam.

Tapi para petawaf terlihat enjoy. Ada yang tawaf santai sekeluarga, bahkan terlihat juga ada seorang bapak mengenakan pakaian ihram sambil memanggul anaknya perempuannya yang kira-kira berusia dua tahun dan menggendong bayi yang menurutku masih belum berusia tiga bulan. Subhanallah, luar biasa semangatnya.

Setelah kuamati, pemilihan tawaf di lantai tiga ini ada banyak maksud dan tujuannya. Diantaranya kita bisa berdo'a dalam durasi waktu yang panjang. Selain itu banyak juga petawaf yang berjalan sambil membaca Al-qur'an. Ada kemungkinan mereka ingin bertawaf sambil mengkhatamkan Al-qur'an. Subhanallah.

Aku semakin merasa malu pada diriku. Aku yang hanya ingin bertawaf dengan cepat dan dekat dengan Ka'bah. Semoga Allah mengampuni ketidaksempurnaan ibadahku. Aamiin.

Kesimpulannya kita bisa memilih tempat tawaf bukan hanya sekedar dekat dengan Ka'bah, namun sesuai dengan maksud dan tujuan kita masing-masing. Semoga Allah melancarkan dan menerima ibadah kita. Aamiin.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post