Estu Pitarto

TETAP BERSEMANGAT DAN TERUS BERKARYA, adalah moto hidupnya. Lelaki idaman istrinya yang lahir di Batang, 3 Juli 1982 ini menamatkan studi S1 di IKIP Vetera...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menakar Kadar
Photo by Fancycrave.com from Pexels

Menakar Kadar

Kadar merupakan suatu ukuran untuk menentukan sesuatu. Menelisik kata kadar ini terbersit kata "Lailatul Qadar". Ya, suatu malam yang dinantikan oleh setiap muslim di bulan Ramadan tuk mengharap datangnya hidayah Allah sehingga ia mendapatkan keistimewaannya. Saya yakin setiap diri kita pasti mengetahui mengenai hal ini. Oleh karena itu saya tidak akan membahas secara detil mengenai Lailatul Qadar mengingat kefakiran ilmu yang saya miliki.

Menakar kadar dapat dilakukan oleh siapapun sebagai wujud muhasabah diri seberat apa timbangan takaran keimanan dan ketaqwaan pada diri masing-masing. Tak heran ada beberapa yang mencoba menakarnya dengan berdiam diri di masjid. Kita menyebutnya dengan I'tikaf. Masjid merupakan tempat yang kondusif bagi hamba untuk masyhuk dengan Sang Khaliq. Mereka mengisinya dengan berbagai macam aktifitas seperti mentadaburi Al Quran sebagai usaha untuk memahami keinginan Allah pada manusia melalui firman-Nya. Ada pula yang mengisinya dengan mendengarkan kajian-kajian yang disampaikan dalam halaqah-halaqah peserta i'tikaf.

Semua aktifitas tersebut sejatinya merupakan trigger bagi setiap diri untuk menakar kesadaran diri sebagai hamba Allah yang bertaqwa. Pertanyaannya ialah, apa yang akan kita lakukan setelah kita dapat menakar kadar keimanan dalam diri ini? Selayaknya timbangan sebagai alat menakar, tentu ada satu ukuran tertentu untuk membandingkan muatan pada sisi yang lain. Satu kilo, seperempat ataukah satu ons? Tentu saja jika muatan yang kita takar tidak seberat ukuran tertentu yang kita jadikan acuan tentu kita harus menambah takarannya. Minimal hasil yang diharapkan ialah seimbang. Jika takaran kita lebih berat daripada acuan pemberat dapat diartikan kita mendapatan bonus dari penjualnya.

Menakar kadar, sudahkah kita semua melakukannya dan berusaha untuk minimal menyeimbangkan agar sesuai dengan ketentuan yang diharapkan? Semoga hidayah tercurah bagi orang-orang yang mampu dan mau menakar kadar keimanan dan ketaqwaan sebagai hamba Allah. Jika demikian kita berharap keistimewaan tersebut dapat kita raih. Keistimewaan Lailatul Qadar.

Wallahu'alam Bi Shawwab

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keseimbangan dan kesetimbangan... Dalam bahasa filsafat puritan, itulah yg disebut istiqamah. Semoga kita termasuk hamba Allah yg pandai bersyukur dan termasuk golongan orang-orang yang bertobat. Semoga lail al-qadr bisa kita raih dg ketawadukan dan kepasrahan kepada Rabb azza wajalla.. Aamiin yaa Aziiz yaa Ghofar yaa Robbal alamiin

26 May
Balas



search

New Post