Fenomena yang tejadi dalam kehidupan manusia selalu menarik untuk dibahas, bahkan di tengah pandemi sekalipun. Bencana non-alam yang melanda negeri telah berjalan cukup lama dari yang diperkirakan. Kenaikan angka kasus yang kian meningkat seolah menyibakkan tanda pandemic ini beum berakhir dalam waktu dekat. Meski kabar terbaru telah ditemukan vaksin Covid-19, namun untuk pemakaiannya masih akan menuai pro kontra dari beberagai lapisan masyarakat yang lagi-lagi akan menjadi masalah dalam kehiduapan manusia yakni individu dengan individu lainnya atau bahkan individu dengan komunitas atau komunitas dengan komunitas. Masalah sehari-hari terus bermuncul dan pastinya takkan pernah berhenti, berhenti satu maslah, lalu akan dipertemukan dengan masalah lainnya. Seperti itu kehidupan manusia, sehingga fenomena sosial menjadi sebuah fenomena yang tidak pernah berhenti di satu titik kata tuntas.

Kemajuan teknologi yang ditandai dengan era revolusi Industri 4.0 mendukung efisiensi kebutuhan manusia yang hadir bak solusi dalam masa pandemi. Lapar dan butuh makan, cukup meletakkan jari di atas layar android klik berbagai aplikasi untuk memesan makanan. Kebutuhan layanan Pendidikan, cukup klik aplikasi belajar yang sekarang dijadikan sebagai media belajar antara guru dengan murid. Untuk keperluan pelayanan publik pun telah Sebagian lengkap dengan aplikasi pelayanan publik. Dengan adanya kemajuan teknologi dan adanya pandemi, seolah-olah membawa kehidupan manusia kepada satu kehidupan baru (Perubahan gaya hidup) dengan seolah hilangnya budaya lama dan hadirnya budaya baru.

Interaksi manusia yang berjalan secara tidak langsung memiliki pola budaya yang berbeda dengan interaksi secara langsung. Misalnya dalam interaksi sebelum pandemik, budaya bersalaman saat bertemu dengan rekan atau cium tangan oleh siswa kepada guru saat bertemu di sekolah atau saat mulai serta mengakhiri pelajaran, budaya ini seolah mulai bergeser dan bisa saja tergerus lupa dikarena interaksi yang semua dilakukan jarak jauh dengan perantara teknologi. Namun di sisi lain, pola budaya baru tercipta dalam pola hidup manusia dalam berinteraksi. Misalnya mencuci tangan yang hampir selalu dilakukan di setiap waktu dan memakai masker sehingga lebih teratur dalam merokok yang biasanya sering terjadi di tempat umum. Kebiasaan baik dalam jangka waktu yang lama dapat menciptakan pola hidup bersih dan sehat.

Dalam masa pandemi ini, manusia sebagai individu diharapkan dapat bijaksana melalui individualisasi. Proses individualisasi ini diharapkan dapat memetik pelajaran dari setiap kejadian dan berbuah kebaikan bila dapat memetik setiap hikmah dan tentunya jangan sampai budaya positif atau etika yang sudah terbangun lama tidak dilupakan. Dalam kondisi pandemic, setiap individu mempunyai tanggungjawab untuk menjaga karakter dan integritas individu dalam masyarakat dan masyarakat sebagai bagian dari negara agar tidak kehilangan karakter orisinil bangsa. Selama pandemi kuantitas jabat tangan atau cium tangan atau bersalaman kuantitasnya sangat jarang sekali dilkakukan. Setelah pandemi MARI KITA SEMUA BERSALAMAN untuk merayakan kemerdekaan.

# Tantangan Menulis Hari ke-5

# Media Guru Indonesia