Bu Rina Widyawati atau biasa dipanggil Bu RW sangat mencintai suaminya. Selain bekerja, suaminya memiliki aktivitas lain bersama teman-temannya. Selama aktivitas suaminya positif, bagi Bu RW tidak menjadi masalah. Apalagi jika aktivitas tersebut menghasilkan cuan, maka sudah pasti Bu RW sangat mendukungnya meskipun harus ditinggalkan ke luar kota. Namun, satu hobi suaminya yang sangat dibenci Bu RW, yaitu memancing. Bu RW sudah sangat kesal dengan hobi suaminya itu. Setiap suaminya mau memancing pasti bertengkar dulu dengan Bu RW. Meskipun pulang membawa ikan, tetap saja Bu RW tidak suka, bahkan Bu RW tak pernah mau memasak ikan hasil pancingan suaminya, apalagi memakannya. Bagi dia itu pantang.

Pernah suatu hari suaminya izin mau memancing. Bu RW jelas-jelas melarangnya. Bagi Bu RW memancing itu hanya menyia-nyiakan waktu saja, kalau mau makan ikan mendingan beli aja di pasar. Tetapi suaminya tetap pergi karena sudah janjian dengan temannya. Hingga malam tiba, suaminya mengetuk pintu rumah. Bu RW sengaja tidak membukakan pintu untuk suaminya saking kesalnya. Biarlah dia tidur di luar, pikirnya. Dia sudah tidak peduli jika dihadapkan dengan hobi suaminya memancing.

Esok paginya Bu RW mendapat kiriman ikan goreng dari ibunya lengkap dengan sambal dan lalapan. Rumah Bu RW dengan ibunya tidak terlalu jauh, jadi untuk mengirim makanan saja hanya dilakukan berjalan kaki. Bu RW sangat senang karena pagi itu dia tak perlu repot-repot memasak untuk sarapan. Bu RW langsung menikmatinya dengan lahap, ditemani ibunya yang juga sama-sama sarapan sambil sesekali menyuapi cucunya. Sebelum ibunya kembali pulang ke rumahnya dia bilang, "Rin, tadi malam Ardi ke rumah ibu ngasih ikan, katanya hasil mancing sama temannya. Ngetuk pintu rumah berkali-kali tapi tak dibuka katanya, dia pikir kamu sudah tidur. Tadi malam Ardi nginep di rumah temannya. Enak juga ya ikannya. Sering-sering aja tuh si Ardi mancing." kata ibunya sambil berkemas. Dengan mata membulat dan mulut terbuka Rina tak percaya dengan ucapan ibunya. "Buuuuu..... "