evanur liana

Guru SMA Negeri 1 Meulaboh Aceh Barat.Mengampu bidang studi Biologi, kwu dan prog.kreativitas siswa...

Selengkapnya
Navigasi Web
Goresan Emak Zaman Now

Goresan Emak Zaman Now

Dari Emak Zaman Now agar si Anaknya Berkilau

Eva Nurliana

Ketika dua pasang sejoli telah sepakat tuk melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan, maka sebenarnya mereka secara sadar juga bersepakat untuk menghadapi segala pahit manis kehidupan keluarga, sepakat juga untuk melewati onak duri di jalan kebersamaan mereka.

Awal pernikahan mungkin akan terasa sangat manis [mudah-mudahan begitu selanjutnya], lalu masa bergulir seiring pergantian siang dan malam. Mulailah pasangan saling dan terus mengenal karakter, sifat, kebiasaan masing-masing. Ada penerimaan walaupun kadang ada penolakan. Namun intinya berbesar hati dan terus belajar menerima keaadaan pasangan itulah yang utama, selebihnya doa dan usaha mencapai cita-cita keluarga untuk mencapai keluarga sakinah mawaddah warrahmah.

Lalu adakah hal lain yang membuat pasangan itu tersenyum bahagia? Selain kehadiran anak-anak penerus cita-cita keluarga? Ya betul, kehadiran buah hati penyejuk jiwa, darah daging pelepas lelah. Bagaimana lagi cara mengungkapkan perasaan ayah ibu, abi-ummi, ketika mendengar tangisan pertama bijeh matanya selain ucapan hamdalah bertubi-tubi...lalu dimulailah babak baru kehidupan keluarga sebenarnya.

Si bayi terus bertambah besar selaras bertambahnya usia kebersamaan dengan kedua orang tuanya. Tentu dengan harapan akan bertambah pula kebijaksanaan dan ilmu mereka dalam kehidupan berkeluarga. Mulailah tampak apa yang dimaksud dengan berbagi itu sebenarnya. Menurut penulis, ketika kita berbagi kepada pasangan itu sebenarnya bukan berbagi, tetapi lebih kepada ungkapan rasa perhatiaan awal. Karena berbagi sebenarnya adalah ketika kita dengan betul-betul begitu ikhlas dan rela jika segala hal yang biasa kita dapat penuh namun harus “terlihat” berkurang dan tak utuh.... ya dalam segala hal.

Kebersamaan dan Kedekatan: agar si Anak Berkilau

Semakin bertambah besar tentu semakin bertambah akal si anak, begitu yang biasanya terjadi. Tentu sebagai orang tua kita tak hanya menikmati pertumbuhan fisik sang anak saja. Kita ingin mempersiapkan si anak agar mampu menghadapi dunia dan berkilau kehidupannya. Lalu cukupkah kita hanya mengandalkan ilmu turunan yang kita peroleh dari leluhur kita yang lalu? Penulis rasa tidak, untuk zaman sekarang rasanya tak cukup kalau kita hanya berbekal ilmu turunan dari orang tua terdahulu. Lalu apa yang mesti kita lakukan?

Memperdalam ilmu pasti itu solusinya, ilmu boleh didapat dari bertanya pada yang lebih berpengalaman. Bisa juga dengan penghayatan, membaca literatur, mengikuti seminar, menonton, dan melihat rekaman CD atau mendengar pengalaman orang lain. Lalu kita aplikasikan dalam mengasuh anak.

Sepertinya gampang ya...hanya mencoba mempraktikkan dalam keseharian kita. Apakah segampang mempraktikkan resep kue yang ada di majalah?; dimulai dengan menyiapkan bahan dan alat dan tentu disertai dengan daya dukung seperti modal dan waktu. Lalu jadilah seresep kue yang siap disantap. Tapi, oppsss...ternyata membuat kue saja kadang ada salahnya, kue jadi keras, terlalu kembang atau terlalu lembek. Juga ada yang lengket dan tak mau terpisah dari loyang.

Pelajarannya, kegagalan membuat kue masih bisa ditolerir, karena bisa diganti dan dicoba ulang. Tidak sama halnya dalam mendidik anak yang menjadi penanda keberhasilan leluhur sekaligus sebagai penerus estafet nilai-nilai keluarga dalam rangka memaknai kehidupannya yang lebih luas.

Maka kita mesti memandang anak dan menerima pribadinya yang spesial dan berbeda satu sama lain. Sebagai sosok yang perlu diperhatikan lebih dan dianggap istimewa. Sebagai anak, ia ingin terus didengar ketika berkisah. Sang anak sangat ingin dipandang matanya ketika bercerita. Sementara lainnya ingin diperlakukan dengan sangat lembut dan hati-hati. Dalam kebersaman dan kedekatan itulah kita menanamkan nilai hidup sesungguhnya. Juga tak lupa mengenalkan Hadis Nabi dan Quran Mulia beserta adab sehari-hari.

Demikianlah sedikit goresan seorang emak tentang keberadaan si biji mata bagi kehidupan suami istri. Kehadirannya diharapkan menjadi kemilau zaman dan penyejuk mata yang mendamaikan dua kehidupan.

Eva Nurliana

Guru di SMA Negeri 1 Meulaboh. Emak dari 6 0rang anak.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Selamat untuk edisi percobaan yang luar biasa. Ditunggu tulisan-tulisan selnjutnya

20 Oct
Balas

Insya allah buku Dgn motivasi rekan2 disini

20 Oct

Buah hati, belahan jiwa. Membuat hidup menjadi lebih hidup. Mantaffff, bunda. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah.

20 Oct
Balas

Terimakasih paparan yg bermanfaat dan barakallah

20 Oct
Balas

Sangat bermanfaat tulisan ini. Semoga hidup ini benar-benar berharga. Anak adalah Kita. Ketika kita ingin dihargai orang lain saat berkomunikasi, begitupun anak. Mantap Bu tulisannya.

20 Oct
Balas

Tks pak

20 Oct

Terima kasih..atas bacaan yang berisi ini..teruslah menulis...

19 Oct
Balas

Terima ksh.Buk

19 Oct

Salam kenal Bu..terus semangat menulis.

20 Oct
Balas

Sangat penting, ulasannya bila dipersingkat unt versi blog akan lebih ringan dibaca...slmat berbagi karya di gurusiana Sip!

20 Oct
Balas

Salam kenal semua Ini edisi percobaan,setelah beberapa kali swasunting Moga bisa trus berbagi

19 Oct
Balas



search

New Post