evanur liana

Guru SMA Negeri 1 Meulaboh Aceh Barat.Mengampu bidang studi Biologi, kwu dan prog.kreativitas siswa...

Selengkapnya
Navigasi Web
Sisi Hati Sang Ibu (1)

Sisi Hati Sang Ibu (1)

Tiga bulan dua belas hari sudah....

Hari itu tanggal 10 juli 2018...kantung air mataku rasanya sudah kering kerontang. Seperti ada bongkahan batu di tenggorokanku menahan udara segar masuk, rasanya sesak sekali..ingin menjerit tapi sekuat tenaga harus kutahan...kulihat ia berdiri di sana..di sudut persimpangan jalan..ia tegar, tak menangis...bibirnya di paksakan untuk tersenyum, memperlihatkan sederet gigi yang tersusun rapi.."Ummi jangan menangis, Aisyi kuat koq. Ummi doakan Aisyi biar kuat ya, biar betah jadi santri.pokoknya ummi jangan menangis...Aisyi berjanji untuk belajar yang baik".....dan bla..bla..bla...tak sempat kuperhatikan lagi kata- katanya....diantara harus tegar di depan anak, sementara hatiku remuk mengingat ia harus kutinggalkan jauh di sini...ku peluk ia erat sekali,satu- satu air mataku jatuh juga sampai jadi aliran yang deras, Deras sekali..sederas air hujan yang jatuh malam ini.

Begitulah.. kutinggalkan ia bersama ustaz dan ustazah yang kompeten, sambil berharap dan berdoa agar anak kami ini sehat dan betah berada di pondok pesantren. Toh di sini ia tidak sendiri. Ia bersama ratusan anak lainnya yang mempunyai mimpi yang sama. Ya sama- sama berharap, minimal dapat bertahan sampai menjadi alumni. Pikiran inilah yang sering kuhadirkan untuk berdamai dengan perasaan sedihku berpisah dengannya..

Hari- hari berganti bagiku adalah hari - hari yang penuh ikhtiar..ya ikhtiarku dalam ikhlas berjauhan dengan salah seorang " bijeh mataku". Bayangkan bagaimana perasaanku ketika aku mendengar ceritanya tentang ia yang kehilangan nafsu makan, tentang ia yang tubuhnya mulai di serang penyakit gatal- gatal, tentang ia yang kehilangan waktu istirahatnya, tentang ia yang mulai kewalahan dengan jadwal yang padat, tentang ia yang masih belum menemukan sahabat yang sehati, tentang kerinduannya untuk berjumpa dengan kami( jarak antar kota tempat kami tinggal dan tempat ia mondok memakan waktu 12 jam perjalanan )dan tentang - tentang lainnya...kadang diri ini merasa bingung bagaimana harus menenangkannya...."Sabarlah Nak semua akan menjadi indah pada saatnya nanti".. terkadang hanya kalimat itu yang mampu ku ucapkan sambil menahan sesak di dada..

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post