Eva Susanti

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL MELALUI KEGIATAN TERPROGRAM KEYAKINAN KELAS

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL MELALUI KEGIATAN TERPROGRAM ”KEYAKINAN KELAS ” DI KELOMPOK B TK NEGERI MITRA KENCANA

Eva Susanti, [email protected]

Program Pendidikan Profesi Guru , Universitas Muhammadiya Cirebon

Abstrak

Kondisi kelas yang cenderung ribut dan anak yang suka berebut mainan pada saat kegiatan pembelajaran di kelas menunjukkan kemampuan sosial emosional peserta didik di kelompok B TK Negeri MITRA KENCANA . Peserta didik terkadang belarian saat kegiatan pembelajaran. Kemampuan anak saat berinterkasi juga di rassa kurang. Kegiatan berkelompok sering kali terjadi perkelahian dengan merbeut beberapa mainan. Pengembangan program kegiatan dalam pengembangan sosial emosional dimulai dari pemilihan tema. Relevansi dari tema terhadap sebuah topik dapat dibuat sebuah peta konsep yang disajikan secara langsung dengan mengaitkan pengalaman nyata kehidupan anak-anak sehingga dapat menunjang mereka untuk mempelajarinya. Kegiatan terprogram merupakn kegiatan pengembangan sosial emosioan yang di rencanakan secara sistematis dan dilakssanakan secara berkelanjutan. Secara sederhana, terprogram maksudnya adalah kegiatan dan menjadi agenda dan dirancang dalam silabus guru baik untuk jangka waktu yang pendek maupun panjang, yaitu untuk satu hari, satu minggu, satu bulan maupun lebih lama lagi. Hasil belajar siklus 2 capaian berkembang sesuai harapan mencapai 17, dan berkembang sangat baik 2 peserta didik. Hal ini berarti pelaksanaan tindakan pada siklus 1 berhasil mencapai 95%. Kegiatan pengembangan pada siklus 2 tidak berbeda jauh dengan siklus 1 yaitu dengan cara berkelompok, anak tampil di depan, dan menghasilkan sebuah karya yang berhubungan dengan tema pembelajaran. Kegiatan pengembangan yang dilaksanakan pada di siklus 2 menunjukkan peningkatan kemampuan anak dalam beradaptasi, bekerja sama, menghargai orang lain dan menjalin hubungan sosial dengan teman sebaya.

Kata Kunci : sosial emosional, kegiatan terprogram, anak usia dini

PENDAHULUAN

Sosial emosional merupakan salah satu aspek perkembangan yang memiliki peran penting dan berkaitan dengan aspek perkembangan yang lainnya. Kemampuan anak untuk bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya serta kemampuan anak menyampaikan emosi secara wajar dapat mempengaruhi kemampuan yang lain.

Pengembangan sosial emosional pada anak usia 4-6 tahun dapat dilakukan pada kegiatan pembelajaran disekolah. Kegiatan pengembangan melalui kegiatan terprogram dengan menyiapkan ragam kegiatan. Stimulasi diberikan dalam ragam kegiatan bertujuan untuk melatih anak.

mengenali dan memahami diri, orang lain dan lingkungan sekitarnya. (Pujianti, 2021). Perkambangan anak banyak di pengaruhi dari lingkungan perkembangannya. Seperti lingkungan keluarga, sekolah dan bermain dengan teman sebaya.

Kondisi kelas yang cenderung ribut dan anak yang suka berebut mainan pada saat kegiatan pembelajaran di kelas menunjukkan kemampuan sosial emosional peserta didik di kelompok B TK Negeri MITRA KENCANA . Peserta didik terkadang belarian saat kegiatan pembelajaran. Kemampuan anak saat berinterkasi juga di rassa kurang. Kegiatan berkelompok sering kali terjadi perkelahian dengan merbeut beberapa mainan.

Hasil refleksi pada kegiatan pra siklus menunjukkan rendahnya kemampuan peserta didik untuk mengungkapkan emosi secara wajar dan menjalin hubungan dengan teman sebaya. Guru menyusun pelaksanaan perbaikan berdasarkan karakteristik dan kebutuhan pembelajaran. Peneliti merancang kegiatan pengembangan sosial emosional melalui kegiatan terprogram. Kegiatan terprogram adalah kegiatan yang disusun secara sitematis dan di laksanakan saat kegiatan pembelajaran.

Keberhasilan dalam hidup seseorang belum tidak hanya ditentukan dari kecerdasan intelegensia. Para ahli pendidikan menyadari bahwa kecerdasan emosional memiliki peran penting dalam kesuksesan dan kesejahteraan seseorang dalam hidupnya. Pengembangan kecerdasan emosi diawali dari usia dini. Dasar seorang anak dapat ditunjukkan dengan perilaku atau sikap pada sebuah lingkungan tertentu mereka dapat bersosialisasi dan beradaptasi serta memiliki sikap sehingga menumbuhkan hubungan relasi yang baik.

Kemampuan itulah yang menjadi tolak ukur bahwa kesuksesan seseorang tidak ditentukan dari kecerdasan intelegensi hanya saja tetapi juga kecerdasan emosi dan sosialisasi. Saat ini masyarakat meyakini bahwa kecerdasan seorang anak diukur dari kemampuannya membaca, menulis, dan berhitung. Kecapean pembelajaran juga di patok dengan angka tertinggi. Jadinya demikian pemahaman ini tidak boleh diterus benarkan.

Taman kanak-kanak merupakan lembaga yang menjadi rujukan bagi orang tua untuk mempercayakan anaknya untuk dididik dan dipersiapkan masuk SD. Guru sebagai perancang, pelaksana, dan mengevaluasi pembelajaran harus memiliki kemampuan untuk melakukan kegiatan pengembangan pada aspek perkembangan sosial emosional dan aspek-aspek perkembangan yang lainnya. Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki guru berpengaruh pada pengembangan sikap dan kemampuan anak sosial yang ditunjukkan dengan perilakunya.

Komunikasi yang terjalin memiliki variasi melalui jaringan-jaringan keahlian dan dengan saling percaya dapat berkomunikasi dengan baik. Perilaku anak yang dapat mengendalikan dorongan hati ketika menginginkan sesuatu dan dapat menerimanya dengan baik ketika sesuatu itu tidak didapatkannya. Fleksibilitas perilaku anak untuk menemukan cara/alternatif agar sasaran tetap tercapai atau mengubah sasaran jika sasaran semula tidak mungkin dijangkau. Ciri kecerdasan emosi yang lain ditunjukkan dengan kepercayaan diri yang tinggi. Kepedulian dengan orang lain ditunjukkan dalam perilaku empati yang tinggi, dan memiliki keberanian untuk memecahkan masalah dengan mengambil peran dan kemampuan bernalar kritis.

Pada hakekatnya anak adalah seorang manusia yang memiliki jiwa sosial. Sejak lahir anak membutuhkan orang lain untuk dapat memenuhi. Baik kebutuhan fisik ataupun kebutuhan yang lainnya berupa kebutuhan biologis berupa kasih sayang penghargaan dan beradaptasi di lingkungannya . Anak bersosialisasi diawali sejak anak bayi. Nampak ketika anak bayi sudah mulai tersenyum dan menggerak-gerakkan matanya untuk mencari ibunya. Mengungkapkan sesuatu dengan tangisan dengan tangisan mendapatkan sesuatu yang diinginkannya.

Perkembangan sosial emosional adalah perkembangan perilaku anak dalam pengendalian dan penyesuaian diri dengan aturan-aturan masyarakat di mana anak tersebut berada titik perkembangan sosial anak bukan hanya sekedar hasil kematangan tetapi sebagian besar merupakan hasil belajar. Untuk itu, menyediakan kondisi yang dapat meningkatkan kematangan dan kesempatan belajar sangat penting dilakukan titik pengkondisian yang baik akan menjadikan fungsi sosial emosional menjadi semakin berkembang titik pengendalian emosi dan tatanan sosial yang baik serta sehat dapat membantu anak dalam mengembangkan konsep diri yang positif dan akan menjadikan perkembangan sosialisasi dan emosi anak menjadi lebih optimal. Dengan demikian anak dapat meningkatkan peran dan aktualisasi diri sesuai dengan gendernya. Pada masa prasekolah anak mulai memahami peran nya sebagai laki-laki dan perempuan.

Perkembangan sosial emosional anak dapat dipengaruhi oleh kondisi fisik dan lingkungan perkembangannya. Anak yang memiliki kekurangan atau ketidaksempurnaan pada tubuhnya akan mengalami perbedaan pengungkapan emosi pada anak-anak yang normal. Anak yang memiliki kekurangan pada tubuhnya akan mudah tersinggung dan merasa dirinya tidak menarik serta lebih banyak berdiam dan menjauh dari lingkungan sekitarnya (Wandira, 2016)

Arah dan sasaran pembelajaran sosial emosional pada taman kanak-kanak ditunjukkan berupa perilaku anak dalam menjalin hubungan kemampuan dengan orang lain serta terbiasa bersikap baik dan santun. Nali aturan-aturan dalam kedisiplinan dan menunjukkan serta mengungkapkan emosi secara wajar.

Aktivitas dalam kehidupan seorang anak sangat berhubungan dengan perkembangan sosial emosional. Aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh anak dalam kehidupannya pengaruhi oleh reaksi positif negatif saat berinteraksi sosial dengan orang lain dan mengungkapkan emosinya. Semakin negatif reaksi yang dimunculkan anak pada saat berinteraksi maka anak tersebut memiliki aktivitas yang banyak dalam kehidupannya. Ada dengan anak yang mampu menampakan reaksi positif pada aktivitas interaksi dan mengungkapkan, tersebut akan mampu melakukan beragam aktivitas di lingkungan pertumbuhannya.

Dengan demikian, betapa pentingnya seseorang memiliki kecerdasan emosi sehingga ia dapat hidup dengan tentram dalam lingkungan sosialnya. Pengembangan kecerdasan dan emosi semakin perlu dipahami, dimiliki, dan diperhatikan mengingat kondisi kehidupan pada saat ini semakin kompleks dan memberikan dampak yang sangat buruk terhadap perkembangan emosi dan sosial anak. Hasil survei terhadap para pendidik menunjukkan adanya kecenderungan yang sama di seluruh dunia, yaitu generasi sekarang lebih banyak memiliki kesulitan emosi daripada generasi sebelumnya. Generasi sekarang lebih kesepian dan pemurung, lebih beringasan, kurang memiliki sopan santun, mudah cemas, gugup, serta lebih impulsif (Ali Nugraha , 2019).

Konsep kecerdasan emosi yang diajukan oleh Peter solove dan John Mayer terdapat uraian tentang unsur dan ciri yang seharusnya melekat pada konteks kecerdasan emosi titik dengan kata lain ciri-ciri dapat dikenali untuk memahami kecerdasan emosi antaranya adalah berbagai kualitas emosi seseorang yang meliputi; Empati, mengungkapkan dan memahami perasaan, mengalokasikan rasa marah, kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri, kemampuan memecahkan masalah antar pribadi ketekunan, kesetiakawanan, kesopanan, dan sikap hormat.

Cara atau teknik untuk melatih sesuatu dalam melakukan berbagai tindakan bisa disebut sebagai strategi. Cara yang efektif untuk mencapai tujuan agar dapat berhasil. Keberhasilan sebuah program ditentukan dari pemilihan strategi yang digunakan dan bergantung pada kemampuan guru untuk melaksanakan langkah-langkah dan ketentuan sesuai dengan strategi yang dipilih. Guru harus mampu memilih dan mengetahui apa tujuan dari pembelajarannya sehingga dapat merancang dan mempraktekkan secara konsistensi sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan sesuai dengan strategi yang dipilih untuk mencapai keberhasilan yang diharapkan.

Pengembangan kecerdasan emosi secara umum sesuai dengan kebutuhan kegiatan pembelajaran lainnya. Kegiatan pembelajaran yang ditujukan untuk peserta didik pada level yang sama akan lebih mudah dilaksanakan dengan batasan-batasan dan prinsip pengembangan sosial emosional. Kegiatan yang dirancang harus berdasarkan kebutuhan, minat dan karakteristik perkembangan anak yang menjadi sasaran pengembangan kecerdasan emosi. Prinsip orientasi perkembangan, bahwa kegiatan yang dianggap tepat apabila dapat mengakomodasi tahapan dan tugas-tugas perkembangan anak pada bidang sosial emosional. Rancangan kegiatan harus bersifat menyeluruh. Yatan semata-mata bukan hanya untuk bertujuan mengembangkan kecerdasan sosial emosional peserta didik, tetapi juga dapat memberikan stimulasi dan mempengaruhi perkembangan aspek-aspek yang lain pada ranah perkembangan anak.

Kegiatan disesuaikan dengan kondisi pengembangan kecerdasan emosi diantaranya disesuaikan dengan situasi kekeluargaan, yang penuh dengan kasih sayang dan kedamaian untuk melengkapi komponen secara bertanggung jawab. Kegiatan yang dilaksanakan guru sebagai fasilitas untuk membimbing seorang anak agar dapat berperilaku dan mengungkapkan emosi secara wajar dengan batasan-batasan tertentu sehingga dapat diterima oleh lingkungan sekitarnya dan dapat dipertanggungjawabkan.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam kehakiatan pengembangan atau pembelajaran sosial emosional pada usia TK. Menjadi contoh yang baik merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan oleh guru. Sebagai model bagi anak-anak harus memiliki perilaku dan contoh yang baik sehingga anak-anak dengan mudah mencari modeling ketika akan bersikap pada sesuatu hal. Kemampuan memahami perasaan sendiri dan memiliki kepekaan untuk memahami perasaan orang lain dapat distimulasi oleh guru dengan menjadi teman yang baik dan meningkatkan kepedulian kepada anak.

Menanggapi setiap perasaan-perasaan anak-anak dengan perhatian yang penuh kasih sayang, merupakan upaya untuk menumbuhkan rasa kepercayaan diri pada diri anak bahwa anak juga memiliki sosok yang penting di mata guru dan teman yang lainnya. Dalam pengembangan sosial emosional anak juga dilatih untuk mengendalikan diri mereka harus mampu mengungkapkan emosi secara wajar dan menunda pemuasan keinginan situasi dan kondisi tertentu. Alat melatih pengelolaan emosi dengan cara menyalurkan emosi negatif padahal hal-hal positif seperti menarik nafas panjang ketika merasa marah atau kecewa dan memahami apa yang harus diungkapkan secara tepat.

Kurikulum program untuk TK direncanakan dapat membantu pengembangan potensi anak seutuhnya. Pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran terpadu berbasis pada tema. Pembelajaran dengan berbasis tema memudahkan anak dalam membangun konsep tentang benda dan peristiwa yang ada di lingkungan sekitarnya.

Pengembangan program kegiatan dalam pengembangan sosial emosional dimulai dari pemilihan tema. Relevansi dari tema terhadap sebuah topik dapat dibuat sebuah peta konsep yang disajikan secara langsung dengan mengaitkan pengalaman nyata kehidupan anak-anak sehingga dapat menunjang mereka untuk mempelajarinya. Pelaksanaan pengembangan sosial emosional melalui kegiatan terprogram maksudnya adalah kegiatan yang dibuat secara terencana. Secara sederhana, terprogram maksudnya adalah kegiatan dan menjadi agenda dan dirancang dalam silabus guru baik untuk jangka waktu yang pendek maupun panjang, yaitu untuk satu hari, satu minggu, satu bulan maupun lebih lama lagi.

Untuk pengembangan program dengan waktu satu pekan dapat disusun dalam kegiatan perencanaan pembelajaran mingguan. RAM yang dikembangkan tentu saja mengacu pada kurikulum yang berlaku serta kebutuhan-kebutuhan anak komah baik secara umum maupun secara khusus. Mungkin saja bentuk dalam program layanan individual, akibat seorang anak memiliki gangguan sosial emosional saat dalam bimbingan guru atau sekolah.

Kegiatan pengembangan sosial emosional melalui kegiatan terprogram memiliki tujuan untuk melaksanakan stimulasi disusun dalam kurikulum secara sistematis, efektif, dan efisien. Tujuan dari kegiatan terprogram ini adalah memfasilitasi secara terarah dan profesional dalam pengembangan sosial emosionalnya melalui kegiatan yang telah dirancang sebelumnya. Guru dapat memahami dan memantau kemajuan pengembangan sosial emosional anak agar lebih terkontrol, terukur, dan mengacu pada standar perilaku dan emosi anak usia TK. Kegiatan terprogram juga memiliki fungsi sebagai tindakan preventif maupun kuratif dalam menangani segala bentuk gangguan sosial emosional dengan mendeteksi lebih awal sehingga dapat ditangani secara cepat dan tepat.

Keterlaksanaan kegiatan program pengembangan sosial emosional harus memiliki kematangan dalam perencanaan, kesiapan dukungan sarana dan kesatuan tim kerja antara guru anak dan rekan sejawat.

Rancangan program disusun dalam rpph dengan menitikberatkan kepada kegiatan pengembangan sosial emosional melalui kegiatan pemberian motivasi pada diri anak, membuat keyakinan kelas, melatih keberanian anak saat tampil di depan, dan berani menyatakan pendapat atau menyampaikan ketidaksetujuan terhadap sesuatu hal. Pengembangan terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran di kelas sehingga anak dilatih untuk memiliki sikap dan perilaku sesuai dengan pengembangan sosial emosional dalam kegiatan terprogram.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan temuan-temuan pada hasil belajar peserta didik. Temuan berdasarkan refleksi disusun dan dikembangkan dalan kegiatan perbaikan. Jenis peneltian dalam kegiatan perbaikan pembelajaran adalah peneltian tindakan kelas. Penelitian yang dilakukan berdasarkan fakta dan hambatan yang di temukan saat proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik. PTK adalah peneltian yang dilaksanakan untuk mengetahui hambatan dan menemukan solusi dalam pelaksanaan pembelajaran (Widayati, 2018) PTK dapat dijadikan sarana bagi guru untuk meningkatkan komptensi diri secara mandiri. Memahami kekuatan dan kelemahan dalam pembelajaran untuk dijadikan dasar pelaksanaan penelitian tindaka kelas.

Penelitian tindakan kelas merupakan jenis peneltia yang dilakusanakn berdasrkan temuan fakta di kelas saat pembelajaran berlangsung dan hasil pembelajaran yang dicapai. Peneltian ini merupakan salah satu upaya guru untuk meningkatkan kompetensi dirinya secara mandiri. (Oktavian, 2021). Perbaikan kualitas pembelajaran. Pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan observasi, dokumen nilai dan dokumentasi pelaksanaan pembelajaram.

Penelitian yang dilakukan peneliti berdasarkan data yang di catat dalam kegiatan belajar pra siklus. Refleksi pra siklus. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan sosial emosional peserta didik tidak sesuai dengan tujuan pembelejaran, peserta didik juga masih sering berebut mainan. Kegiatan pembelajaran sering tidak tertib, belum memahami cara memposisikan diri dalam sebuah situasi, ungkapan emosi yang meluap dan kelas tidak tertib sehingga pembelajaran tidak berjalan lancar. Dari hasil refleksi awal / pra siklus maka selanjutnya peneliti menyusun rancangan tindakan kelas pada siklus 1.

Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan oleh peneliti bertujuan untuk memperbaikai kegiatan pembelajran. Penelitian jenis PTK dilaksanakan oleh peneliti dengan dibantu rekan sejawat sebagai supervisor 2 yaitu Ibu Agustina Yawalka,S.Pd. tugas supervisor 2 adal mengobservasi seluruh kegiatan pelaksanaan PTK mulai dari rancangan, pelaksanaan dan evaluasi hasil tindakan perbaikan. Kepala Sekolah bertindak sebagai penilai yaitu Edola Sitokdana,A.Ma.Pd. Penilai memiliki tugas menilai proses perbaikan yang dilakukan peneliti.

Penelitian dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk memperoleh data dan gambaran terhadap hasil pelaksanaan perbaikan tentang kemampuan anak pada aspekperkembangan sosial emosional. Populasi data dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah tadi dek yang berada di kelompok B. Data dikumpulkan melalui catatan observasi dan hasil belajar peserta didik serta analisis hasil refleksi. PTK diawali dengan merefleksi kegiatan pra siklus yang menunjukkan hanya kemampuan sosial emosional anak di kelompok B TK Negeri Mitra Kencana. Hal ini ditunjukkan suasana belajar kelas yang tidak kondusif, anak sering berebut mainan, dan terkadang anak mengambil milik temannya.

X 100% (Syaodih, 2012)

Perencanaan merupakan awal pelaksanaan PTK dari hasil refleksi pada kegiatan pra siklus. Kegiatan perbaikan dilakukan dalam 5 rpph pada siklus 1 dan 5 rpph pada siklus 2. Setiap pelaksanaan siklus diakhiri dengan refleksi dan menganalisis hasil belajar peserta didik. Data ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik. Dan dianalisis menggunakan teknik deskriptif kuantitatif menggunakan presentase.

Keterangan:

K = Ketercapian Pembelajaran

N = hasil observasi

n = Jumlah peserta didik

Pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode PTK memiliki siklus yang sama dan dapat diulang jika belum mencapai keberhasilan seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Indikator keberhasilan peserta didik dalam kegiatan tindakan perbaikan ditunjukkan oleh kemampuan anak dalam mengungkapkan emosinya, menghargai karya orang lain dan mampu bekerja sama dalam kelompok. Peserta yang Didik yang dikatakan bersasir adalah peserta yang mencapai capaian pembelajaran berkembang sesuai harapan sebanyak 80% dari seluruh jumlah siswa yaitu 20. Kemampuan anak untuk memahami emosi dalam dirinya dan mengungkapkan secara wajar ditunjukkan dengan keadaan kelas yang kondusif tertib dan menyenangkan

PEMBAHASAN

Pelaksanaan tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus terdiri dari 5 rpph perbaikan pembelajaran pada siklus 1 dan 5 rpph pada siklus 2. Catatan data dan temuan-temuan pada saat kegiatan perbaikan dicatat dan dianalisis dalam bentuk tabel grafik, dan refleksi. Fakta-fakta yang terungkap pada saat kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan pelaksanaan perbaikan diperoleh data sebagai berikut:

1. Siklus 1

Catatan refleksi pada siklus 1 menunjukkan bahwa data yang diperoleh berupa hasil pembelajaran siswa belum menunjukkan keberhasilan. Pembelajaran mencapai hasil 60% dari seluruh jumlah siswa yaitu 20. Skenario perbaikan yang dilaksanakan pada siklus 1 belum mencapai keberhasilan. Dari hasil catatan observasi, dan disampaikan dalam refleksi siklus 1 sebagai berikut :

· Reaksi peserta didik terhadap proses pengembangan saat kegiatan pembelajaran , kurang antusias. Sebagian besar peserta didik masih malu untuk tampil didepan dan berperan sesuai dengan tokoh yang di mainkan.

· Secara keseluruhan pembelajaran memiliki beberapa kelemahan yaitu; anak belum terbiasa tmapil didepan , sehingga ketika tampil didepan anak cenderung diam

· Kelebihan dalam pembelajaran ini adalah menyusun keyakinan kelas yang di programkan sebagai bentuk kegiatan perbaikan utnuk meningkatkan kemampuan sosial emosional melalui kegiatan motivasi diri äku hebat dan aku tertib.

Hasil perbaikan dalam kegiatan perbaikan pada siklus 1 belum menunjukkan keberhasilan, hal ini dapat diperoleh dari perolehan capaian pembelajaran BSH belum memcapai 80 % dari 20 peserta didik.

Sekenario perbaikan pada siklus 2, yaitu melibatkan peserta didik untuk menyusun keyakinan kelas. Keyakinan kelas merupakan impian, harapan dan keinginnan seluruh warga kelas saat kegiatan berlangsung. Kegiatan yang dilakuakn juga melibatkan teman sebaya, melatih komunikasi , dan menghargai karya orang lain

Tabel pada siklus 2 menunjukkan bahwa di pelaksanaan tindakan mencapai keberhasilan. Hasil belajar pada capaian berkembang sesuai harapan mencapai 17, dan berkembang sangat baik 2 peserta didik. Hal ini berarti pelaksanaan tindakan pada siklus 1 berhasil mencapai 95%.

Skenario perbaikan pada siklus 2 dilaksanakan pada kegatan berbaris. Anak diminta untuk menepuk dadanya pelahan sambil mengucapkan saya hebat, saya tertib. Hal ini bertujuan untuk memotivasi anak saat akan masuk kelas. Kegiatan pembelajran dikelas pada siklus 2 diawali dengan menyusun keyakinan kelas. Melibatkan peserta didik dalam mewujudkan keinginan atas situasi dan kondisi yang diinginkan saat pembelajaran. Kegiatan pembelajaran secara berkelompok dan melatih anak untuk tampil didepan dapat mengembangakan kepercayaan diri dan penghargaan terhadap karya orang lain .

Kegiatan perbaikan yang dilaksanakan pada dua siklus bertujuan untuk mengembangkan kemampuan sosial emosional anak melalui kegiatan yang dibuat oleh guru dan disusun secara terprogram dan diintegrasikan dalam kegiatan pembelajaran. Tindakan-tindakan yang disusun secara sistematis dan menjadi sebuah program dilakukan saat kegiatan berbaris, kegiatan inti pembelajaran, dan kegiatan penutup.

Pengembangan kegiatan diawali pada saat kegiatan berbaris dengan memberikan motivasi pada diri anak yaitu dengan cara meletakkan tangan di dada dan mengucapkan "saya hebat, saya tertib". Hal ini dilakukan bertujuan untuk memotivasi diri anak bawah dirinya adalah anak yang hebat dan anak yang tertib. Harapan guru adalah ketika anak di kelas anak berani tampil di depan menghargai orang lain dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kegiatan yang sedang berlangsung. Membuat kegaduhan atau tidak membuat kegiatan sendiri di luar kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan teman-temannya.

Kegiatan pengembangan pada kegiatan inti juga diterapkan dengan program keyakinan kelas. Guru membuat keyakinan kelas untuk disampaikan kepada anak-anak agar anak-anak bisa memahami dan melaksanakan keyakinan kelas secara bersama-sama.

Kegiatan pertama pada siklus 1 adalah bekerja sama membersihkan dan merapikan kelas. Kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa kerjasama dan saling memiliki bahwa kelas itu harus dijaga kebersihannya. Selesai bermain pun harus dikembalikan ke tempatnya. Kegiatan ini adalah mengelola atau mengembangkan kemampuan sosial anak untuk dapat beradaptasi di lingkungan kelas dan menjaga lingkungan kelas agar selalu rapi bersih dan nyaman.

Kegiatan selanjutnya pada kegiatan penutup, setelah guru merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan anak menyampaikan pendapatnya bagaimana perasaannya tentang kegiatan pembelajaran yang dilakukan hari ini. Kemudian guru menutup dengan mengajak seluruh peserta didik untuk saling memaafkan dan berterima kasih. Kegiatan saling memaafkan dan berterima kasih ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan sosial anak untuk saling menghargai dengan mengucapkan terima kasih. Dan memaafkan untuk melatih pengembangan emosi anak dapat mengungkapkan emosi secara wajar.

Kegiatan pengembangan pada siklus 1 belum dinyatakan berhasil karena kemampuan dan sikap anak belum menunjukkan bahwa memiliki kemampuan untuk menyampaikan emosi secara wajar mampu menghargai orang lain dan dapat bersosialisasi dengan teman sebaya.

Pengembangan pada siklus 2 dilaksanakan dengan program yang sama untuk meningkatkan kemampuan sosial emosional anak. Langkah-langkah perbaikan pada siklus 2 diawali dari kegiatan berbaris kegiatan berbaris dengan mengucapkan saya hebat saya tertib. Diawali dengan meletakkan tangan di dada dan menepuknya secara perlahan-lahan sambil mengucapkan saya hebat saya tertib. Kegiatan ini bertujuan untuk memupuk motivasi diri anak dan anak memiliki keyakinan bahwa dirinya adalah seorang anak yang hebat dan mampu tertib dalam kegiatan pembelajaran di kelas

Hari pertama pada kegiatan pengembangan siklus 2 diawali dengan membuat keyakinan kelas. Penyusunan keyakinan kelas dengan melibatkan seluruh peserta didik yaitu memberikan pertanyaan terbuka kepada peserta didik kondisi apa yang diinginkan saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Guru menunjukkan beberapa gambar kegiatan atau situasi kondisi belajar di kelas dan ketika anak-anak menyetujui maka ditempel lah gambar itu. Kegiatan ini ditujukan untuk memberikan rasa tanggung jawab kepada diri anak bahwa mereka telah memilih keyakinan kelas dan harus dilakukan untuk mewujudkan suasana dan konsumsi belajar yang diinginkan.

Kegiatan pengembangan pada siklus 2 tidak berbeda jauh dengan siklus 1 yaitu dengan cara berkelompok, anak tampil di depan, dan menghasilkan sebuah karya yang berhubungan dengan tema pembelajaran. Kegiatan pengembangan yang dilaksanakan pada di siklus 2 menunjukkan peningkatan kemampuan anak dalam beradaptasi, bekerja sama, menghargai orang lain dan menjalin hubungan sosial dengan teman sebaya.

Capaian pembelajaran berkembang sesuai harapan, perempuan anak untuk mengekspresikan emosi secara wajar, dan memiliki inisiatif untuk mengucapkan terima kasih ketika dibantu dan tidak lagi berebut mainan. Pada kegiatan pengembangan siklus 2 ada beberapa anak yang mencapai capaian pembelajaran berkembang sangat baik. Anak tersebut mampu menunjukkan sikap dan tanggung jawabnya sebagai seorang peserta didik yang memiliki tanggung jawab untuk mengembalikan mainan ke tempatnya, meminta maaf kepada temannya, berterima kasih, serta berani tampil di depan saat menyampaikan slogan dengan tema aku sayang bumi di depan kelas.

KESIMPULAN

Kegiatan pengembangan sosial emosional melalui kegiatan terprogram merupakan salah satu metode atau upaya yang dapat diterapkan di kelas untuk meningkatkan kemampuan anak dalam menyampaikan emosi secara wajar dan melatih bersosialisasi dengan menghargai orang lain melalui ucapan terima kasih dan meminta maaf. Program yang disusun sesuai dengan kebutuhan peserta didik yang ada di kelas mudah akan mencapai capaian pembelajaran yang diharapkan. Dari hasil pelaksanaan tindakan perbaikan dapat disimpulkan sebagai berikut:

Kegiatan pengembangan sosial emosional anak melalui kegiatan terprogram dapat dilaksanakan dan diintegrasikan pada kegiatan pembelajaran di kelas. Kegiatan pengembangan dilakukan secara individu dan dan berkelompok untuk menumbuhkan kepiwaian anak dalam bergaul dengan teman sebaya. Kegiatan pengembangan dilakukan secara individu dan dan berkelompok untuk menumbuhkan kepiwaian anak dalam bergaul dengan teman sebaya. Program pengembangan yang disusun sesuai dengan kebutuhan serta didukung oleh kemampuan guru, kegiatan pengembangan akan menunjukkan hasil yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Nugraha, 2019. “Kurikulum dan Bahan Belajar TK” Universitas Terbuka, Jakarta

Ali Nugraha, 2022. “Metode Pengembangan Sosial Emosional” Universitas Terbuka, Jakarta

Bafadal, I. (2012). Dasar-Dasar Manajemen dan Supervisi Taman Kanak-Kanak. jakarta : Bumi Aksara.

IGAK Wardhani.dkk, 2008. Penelitian Tindakan Kelas , Universitas Terbuka, Jakarta

Oktavian, L. (2021). PKM PENINGKATAN PEMAHAMANGURU MENGENAIPENELITIAN TINDAKAN KELAS DAN KUALITATIF DI MAN 1 PESAWARAN. Jurnal WIDYA LAKSMI , 2.

Pujianti, R. (2021). PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA 5-6 TAHUN SELAMA PEMBELAJARAN JARAK JAUH DI RAUDHATUL ATHFA. aṣ-ṣibyānJur nal Pendidikan Anak Usia Dini, 117-126.

Rejeki, N. S. (2019). PENGARUH KEMAMPUAN GURU DALAM MENGELOLA KELAS TERHADAP PEMBELAJARAN EFEKTIF DI TAMAN KANAK-KANAK. Jurnal AUDHI, 1.

Sri Tatminingsih.dkk, 2022. Panduan Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka Indonesia

Wandira, D. (2016). KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK KELOMPOK A DI TK NURUL ULUM BAMBE DRIYOREJO GRESIK. https://core.ac.uk/download/pdf/230640501.pdf.

Widayati, A. (2018). PENELITIAN TINDAKAN KELAS. JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA, 87-93.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post