Ketika situasi memburuk secara tiba tiba tanpa sempat ada jeda menjadikan kenangan manis sebagai pelarian, pertanda hati yang tak rela semuanya berubah. Saat saat manis itu terasa nyata dan tulus serta bukan sandiwara. Semua percaya dan berharap banyak kepada mereka. Ah...terlalu muluk impian kita terhadap kehidupan orang lain. Meski dengan membela diri kita bisa saja semua itu kita sebut takdir yang harus dijalani namun jangan lupa juga kita perlu instropeksi diri. Tak mungkin semua itu terjadi begitu saja. Pasti ada proses yang dijalani yang mungkin saja luput dari perhatian kita. Bisa saja sinyal itu telah ada sebelumnya hanya saja kita yang tidak peka. Kita menganggap semua baik baik saja.

Wajar semua berempati dan mengirim doa. Apa yang terjadi sungguh mewakili banyak hati yang selama ini takut bersuara dengan berbagai pertimbangan. Tak semua berani mengambil langkah ini, meski tak ada yang akan lebih mendorong selain kasih sayang orang tua. Setiap orang tua akan selalu menjadi pelindung. Sekali mereka jauh dan mereka menitip pesan agar semua tak berubah dan san anak selalu mendapat perlindungan layaknya perlindungan mereka selama ini.

Apakah tindakan ini adalah yang diharapkan sang anak atau tidak tentu perlu dipertanyakan saat ini. Biarlah waktu yang akan menjawab, seberapa panjang drama ini akan dilakoni. Apakah ada kata maaf dan semuanya menjadi kenangan buruk yang perlu di kenang dan kembali membuat jejak manis untuk dikenang saat waktu itu berlalu? Ataukah semua harus menjalani apa yang seharusnya dijalani sebagai bentuk tanggung jawab? Kita hanya bisa berdoa semoga mereka mendapat solusi yang baik untuk kedua belah pihak. Aamiin !!

*

Payakumbuh, 3 Oktober 2022

#tantangangurursiana_22