eva suzana

Cikgu ini lahir di Payakumbuh pada tanggal 20 April 1969. Saat ini bertugas sebagai guru IPA di SMP Negeri 2 Kec.Harau Kab.Lima Puluh Kota Sumbar...

Selengkapnya
Navigasi Web

Mengawal Ujian

"Penyakit" menyontek saat ujian memang sukar dihilangkan. Hal ini tidak lepas bagaimana anggapan siswa terhadap ujian dan bagaimana guru menepatkan posisi ujian dalam pembelajaran. Selagi guru menekankan pentingnya nilai ujian atau nilai pada rapor atau menganakemaskan nilai ujian dibanding proses pembelajaran maka siswa akan cenderung menggunakan berbagai cara untuk memperoleh hasil ujian yang baik. Jika cara yang ditempuh baik misalnya mempersiapkan diri secara maksimal tentu tidak masalah namun jika menggunakan jalan pintas seperti mencontek maka hal itu tentu tidak dapat dibiarkan.

Sebagai guru tentu kita menginginkan proses ujian berlangsung dengan jujur, tak ada yang menyontek sehingga hasil ujian memang menunjukkan kemampuan siswa yang sebenarnya. Bukan nilai yang seragam akibat menyontek berjamaah saat ujian. Untuk mengantispasi terjadinya kecurangan tersebut maka peran pengawas saat ujian berlangsung sangat menentukan kejujuran proses ujian. Bukan rahasia lagi, siswa akan memantau siapa guru yang akan mengawas mereka saat ujian nanti. Mereka sangat ahli menilai guru mana yang ketat dan mana yang longgar saat mengawas. Untuk itu guru perlu punya persepsi yang sama saat mengawas, setidaknya selalu berusaha melakukan tugas pengaasan sebaik mungkin dengan meminimalisir terjadi kecurangan saat ujian.

Untuk bisa menjalankan tugas pengawasan biasanya guru punya kiat masing masing agar penyakit menyontek bisa ditekan seminimal mungkin. Seperti yang dilakukan oleh salah seorang rekan guru. Dia bukannya fokus pada siswa yang rawan mencontek tetapi dia mengawal siswa pintar yang menjadi sumber contekan atau andalan mereka dalam memproleh contekan jawaban. Dia memperkecil akses siswa lain berkomunikasi kepada siswa pintar. Ada juga yang menggunakan trik mencatat siswa yang tertangkap mencontek pada kertas untuk disampiakan ke guru mata pelajaran yang bersangkutan.

Terlepas dari semua cara yang kita gunakan saat mengawas ujian maka hal itu hanya bersifat sementara dan tidak akan menghilangkan kebiasaan mencontek tersebut. Mungkin akan lebih efektif jika kita berusaha mengubah pandangan siswa tentang makna belajar yang sesungguhnya , bahwa proses belajar itu untuk meningkatkan komptensi pengetahuan dan ketrampilan serta mengembangkan karakter. Salah satu cara dengan memfasilitasi proses pembelajaran dengan pembelajaran yang bermakna yang berpusat pada siswa. Selanjut menjelaskan tujuan penilaian dalam setiap proses pembelajaran itu untuk mengetahui seberapa besar pencapaian siswa terhadap komptensi yang dipelajari. Bagaimana siswa belajar, bukan hanya fokus pada hasil. Jika prosesnya baik maka hasilnya tentu akan baik pula. Sekali lagi, belajar bukan sekedar memperoleh angka angka tetapi untuk meningkatkan kompetensi dan mengembangkan karakter siswa kita. Tugas kita untuk bisa memenuhi hal tersebut dengan terus belajar meng update diri, menjadi pembelajar sepanjang hayat.

*

Payakumbuh, 18 Desember 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post