#TANTANGAN MENULIS HARI KE-72

“SI BIRU-MU SI BIRU-KU JUGA”

Oleh: Fauziah Ridhwan

Belajar bisa di mana saja, kapan saja dan kepada siapa saja. Itulah salah satu konsep “alam takambang jadi guru” (alam terkembang jadi guru) yang kupahami. Pemahaman itu membawaku mengikuti kelas menulis sagusabu I Padang.

Akhirnya aku belajar bagaimana bisa melahirkan karya “indi” sehingga lahirlah novel perdanaku (Buyung Qori dan Upik Kabun) sebentar lagi Insya Allah novel suamiku (Rindu Cadas Marapi) selesai cetak. Ini hal yang membahagiakan buat kami.

Keinginan untuk menulispun tumbuh subur karena di pupuk terus lewat grup media guru.Tantangan menulis yang baru kuikuti (walaupun terlambat dari teman-teman yang lain) tetap mampu menjadi vitamin, yang menguatkan stamina menulisku terus terjaga. Meski kuakui berat, karena aktivitas yang lain juga padat.

Alhamdulillah, aku sudah dapat “Si Biru” ini bukan tujuan, tapi apresiasi yang sekali lagi menjadi vitamin menulisku. Setiap hari aku mengasah kemampuan menulis, karena jujur menulis karya fiksi itu tidak sama dengan karya ilmiah. Dosenku pun mengakui hal yang sama. Padahal beliau sudah guru besar.

Bersama media guru, aku bertemu dengan orang-orang yang bersemangat belajar dan berbagi, bukan hanya guru, tapi dari berbagai kalangan. Mereka semua guru-guruku. Mereka orang-orang hebat yang menghebatkanku. Aku ingin semangat belajar dan berbagi itu terus meracuni hati dan pikiranku.

Terimakasih guru-guruku. Terimakasih untuk mau menerimaku, membaca tulisanku, memberikan kritik dan saran untukku. Terimakasih Media Guru. Barakallah. Si Biru-mu membuat rinduku untuk melahirakan karya terus memburu, sehingga seisi rumah bilang “Si Biru-mu Si Biru-ku Juga.”