#TANTANGAN MENULIS HARI KE-83

“CINTA PERTAMA”

Oleh: Fauziah Ridhwan

Alhamdulillah, sesuatu rasanya saat menemukan kembali harta karun puluhan tahun yang lalu. Cerpen yang kuketik dengan mesin ketik, laptop belum ada waktu itu, komputerpun aku belum punya. Aku ingat betul, aku malu-malu memperlihatkan hasil ketikanku kepada anak kos di rumah, satu angkatan denganku, sama-sama kelas satu. Bedanya dia di SMA aku di MAN. Usai membaca cerpenku, dia bilang bagus ceritanya, tapi berakhir sedih. Lalu teman-teman satu kamarnya penasaran. Dia pun membacanya keras-keras. Komentar yang lain juga sama. Duch...rindunya aku akan masa itu.

Kepercayaan diriku semakin muncul, cuman karena waktu itu aku sering ikut lomba pidato dan baca puisi, kegiatan menulisku tidak terasah. Aku tidak punya pelatih khusus dalam menulis, seperti pelatih pidato dan baca puisiku. Hasil lomba pidato dan baca puisiku, tidak mengecewakan, aku pernah juara I cabang MSQ dalam MTQN tingkat Sumatera Barat, juara II pidato pertasihutkencana KNPI Tingkat Sumatera Barat, Juara I baca puisi dakwah tingkat kabupaten Pasaman. Lomba MC saja yang aku tidak pernah ikut. Padahal itu salah satu profesiku sampai saat ini. Apalagi lomba menyanyi, aku pasti kalah telak, orang minang bilang suaraku kalau menyanyi “baliang” alias fals. Hehehe...

Aku pamerin ketikanku itu sama nak bujang yang membantuku membongkar lemari buku. Dia juga heran, masih ada tulisan jadulku itu tersimpan rapi. Berarti aku membawanya ke mana-mana, mulai dari kampungku di Lubuk Sikaping, sampai di Padang aku jadi anak kos, aku menikah, tinggal di rumah nenek suami, sampai pindah ke rumah kami yang sekarang. Itu artinya cerpenku sudah berumur lebih kurang 30 tahun. Sayang aku tidak mengetik tanggal tepatnya, hanya kuingat tahunnya saja.

Judulnya cinta pertama, kisah yang terinspirasi dari kisahku sendiri lalu aku tambahkan dengan imajinasiku. Andai bisa jadi satu buku tentu akan sesuatu sekali lah ya. Aih...aih...aku semakin bersemangat. Coba ya kalau zaman 30 tahun yang lalu sudah ada mediaguru, sasisabu, aku bisa bayangkan, aku bakal merengek-rengek minta didaftarkan oleh orang tuaku untuk ikut pelatihannya.