FADILLAH RAHMI

WRITER INSPAIRING 18 HARI MEMBAKAR DOSA Fadillah Rahmi Nasution S.Sos* Meletakka...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menelisik Tilik

Menelisik Tilik

Walau tergolong film lama Tilik mampu menyedot perhatian masyarakat . Alur ceritanya sederhana dengan balutan bahasa Jawa yang dominan. Terjemahan bahasa Indonesia dalam bentuk teks memudahkan penonton menikmati pesan film Tilik. Totalitas akting Bu Tejo menguatkan pesan bahwa perempuan itu tukang gosip. Padahal tak tak hanya soal perilaku mengosip yang dihadirkan dalam film ini. Banyak pesan lain yang bernuansa Sosiologis yang dapat kita jumpai dalam Tilik. Berikut petikan pesan lain dari film Tilik.

🔷 Hidup menjadi orang desa akan berhadapan dengan keterbatasan. Transportasi dan sinyal yang lemah contoh keterbatasannya.

🔷Keterbatasan transportasi umum tak menjadi halangan untuk menjaga kearifan lokal 'Tilik' (berkunjung). Budaya gotong royong jelas tergambar bagaimana warga desa mengumpulkan uang sebagai peringan beban Bu lurah yang sakit.

🔷Terlihat bagaimana budaya 'ngobrol' mampu memberikan suasana hangat dan  seru menghilang kepenatan perjalanan. Inilah yang disebut anti jenuh orang desa.

🔷Kelemahan literasi digital menyebabkan tersulutnya prasangka buruk yang mengarah pada konflik horizontal di masyarakat.

🔷Selebar apapun perbedaan pendapat pada perempuan. Jika mereka sampai pada sebuah masalah yang sama. Solidaritas dan perasaan in-group akan muncul. Lihatlah bagaimana Bu Tejo dan kawan-kawan dengan kompak dapat melepaskan supir truk dari tilang polisi.

🔷Saat dalam kesulitan selalu saja ada orang dalam sebuah kelompok merasa tidak perlu ikut serta dalam perjuangan melepaskan diri dari kesulitan tersebut. Tapi merasa harus menikmati hasil perjuangan. Bu Tejo tak mau bersusah payah mendorong truk mogok tapi mau ikut naik di dalamnya. Sosok oportunis selalu ada dalam setiap perjuangan.

🔷Pengakuan terhadap status dan simbol status selalu didambakan oleh setiap individu dari masyarakatnya. Perilaku menunjukkan simbol status (perhiasan) kerap dilakukan untuk menguatkan kedudukan dan mendapat pengakuan dalam masyarakat.

🔷 Perilaku memberi sesuatu pada orang lain dari kelompok sosial kelas atas, sering kali dikonotasikan negatif. Selalu ada maksud dan pamrih dibalik pemberian. Lihatlah bagaimana Bu Tejo memberikan uang pada supir truk yang diiringi dengan narasi suksesi kepemimpinan desa menggulirkan wacana Pak Tejo sebagai calon kepala desa yang layak

🔷 Pesan film ini seolah mengatakan perempuan selalu menjadi kelompok yang rentan dalam menerima informasi yang tidak jelas kebenarannya. Penyebaran berita semakin luas dalam kelompok ini. Gambaran  yang semakin menguatkan label perempuan sebagai tukang gosip. Padahal ada sosok perempuan cerdas yang selalu melakukan cek dan ricek terhadap informasi. Yu Ning sejak awal berusaha mengingatkan agar tidak mudah percaya pada sebuah informasi.

🔷Perilaku culture shock juga terlihat sekilas. Lihatlah saat berjuang melepaskan diri dari tilang polisi yang sangat heroik. Ada saja ibu-ibu yang melakukan swafoto di tengah suasana crowded itu. Seolah tak mau kehilangan momentum tanpa peduli masalah sekelilingnya.

🔷 Sterotipe negatif Kerap diberikan pada perempuan muda,cantik , bekerja dan sukses di kota. Ini merupakan bentuk sikap diskriminasi terhadap perempuan. Sayangnya Sterotipe dan informasi yang belum valid ini semakin dikuatkan pada adegan terakhir. Jadi yang dibicarakan Bu Tejo bukan hoax.

Sterotipe negatif  terhadap muslimah dan simbol-simbol keislaman juga tergambar. Perilaku  gosip dilakukan oleh segerombolan perempuan berjilbab. Terkesan kalau ibu -ibu berjilbab itu selalu bergosip ketika berkumpul. Padahal Islam sangat melarang umatnya bergosip (ghibah).

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Salam kenal kembali. Bunda

22 Aug
Balas

Wow kereen tulisannya bun, sukses ya

22 Aug
Balas

Ilmu sosiolog adinda fadhila emang keren.

23 Aug
Balas

Keren bunda, Cerita Tilik ini memang apik dan mengandung banyak pesan didalamnya. Bu Tejo dan Yu Ning adalah gambaran karakter yang sering kita temui dalam kehidupan bermasyarakat. Kepedulian, kerjasama/gotong royong masih sangat kental dalam cerita TIlik. Ditambahi bumbu gosip dari ibu-ibu warga desa saat dalam perjalanan menjenguk Bu lurah dalam cerita nya semakin asyik untuk di tonton. Sukses selalu bunda. Salam kenal dan salam literasi.

22 Aug
Balas



search

New Post