Fadli Hasan

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Negara butuh Pejabat Jujur dan Pintar

Era modern seperti saat ini banyak sekali orang-orang yang berpendidikan lulus S1, S2 bahkan sampai lulus S3. Bukan hal yang aneh di era modern ini untuk mendapatkan gelar sarjana, master maupun doctor atau mungkin sampai profesor karena rasa ingin tahu dari manusia itu sendiri.

S1 bukan hal yang mudah dalam proses nya, misal masa transisi dari siswa SMA yang proses pembelajarannya berbeda dengan menjadi Mahasiswa yang harus belajar mencari tahu. Siswa atau peserta didik istilah yang biasa disebutkan sekarang ini yang mencari ilmu dengan bertanya kepada guru dan mengiyakan jawaban dari guru. Berbeda dengan Mahasiswa yang bertanya kepada dosen walaupun kadang-kadang ada hal yang mungkin belum perlu disaat itu karena kebutuhan rasa ingin tahu seorang mahasiswa lebih banyak dibanding dengan siswa atau peserta didik. S2 maupun S3 pasti lebih dari S1 yang biasa membuat makalah/materi diskusi dalam suatu mata kuliah sesuai silabus yang dibuat oleh dosen.

Ada pribahasa "makin tinggi padi maka makin merunduk", dengan maksud "makin tinggi ilmu yang diperoleh, maka makin rendah diri". Menjadi luar biasa ketika para lulusan S1, S2, S3 maupun profesor memakai ilmu yang mereka miliki untuk dijalankan bukan diingkari yang berakibat positif atau negatif. Karena sangat heran bagi saya seorang yang hanya lulusan S1 melihat ada beberapa anggota dewan "DPR" dan pejabat negara "menteri" dipenjara karena kasus korupsi. Korupsi mempunyai dua efek kepada pelakunya, efek pertama kebahagiaan duniawi jika mendapatkan keuntungan dari hasil yang subhat. Efek kedua menambah beban fikiran atau beban hidup karena takut ketahuan.

Mungkin dua efek tersebut tidak pernah terfikirkan oleh para koruptor ketika melakukan korupsi karena mungkin para koruptor masuk dalam salah satu diri manusia "dia yang tahu tapi seolah-olah dia tidak tahu". Jadi lucu ketika dihubungkan dengan title yang dimiliki oleh para koruptor, kenapa? Karena para koruptor bisa kita sepakati bersama sebelum mereka lulus S1 ada yang namanya membuat skripsi dengan proses yang tidak mudah. Proses tersebut melewati beberapa bab, bab pendahuluan, bab teori yang dikutip dari banyak buku, bab metode penelitian, bab hasil dan analisa dan terakhir dengan bab kesimpulan.

Bagi saya dengan melewati beberapa bab tersebut harusnya semakin bijaksana bukan bijaksini dalam membuat program, undang-undang maupun legalitas yang dibuat untuk kemaslahatan bersama. Bijaksana lebih baik dibanding bijaksini yang hanya memikirkan perut dan fashion sendiri tanpa memikirkan sekitarnya.

Negara butuh orang pintar untuk solusi bukan manipulasi. Negara butuh orang pintar untuk keuntungan bukan kebuntungan. Negara butuh orang pintar untuk keragaman bukan kekacauan. Orang pintar itu memberi solusi, keuntungan dan keragaman.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Setuju pak fadli

14 Jul
Balas

Setuju pak fadli

14 Jul
Balas

Mantap pak Fadli, "Korupsi mempunyai dua efek kepada pelakunya, efek pertama kebahagiaan duniawi jika mendapatkan keuntungan dari hasil yang subhat. Efek kedua menambah beban fikiran atau beban hidup karena takut ketahuan." Top ulasannya.

14 Jul
Balas

Orang pintar itu memberi solusi, keuntungan dan keragaman....bener banget, Pak

14 Jul
Balas

Sebuah analisa cerdas. Pengamatan jangan pijaksana pijak sini. Tentulah kiranya perlu person yang bernurani dan peduli bangsa. Dalam kenal.pak

14 Jul
Balas



search

New Post