Oleh Fadlin, S.Pd

#Tagur hari ke-362

Namanya Latifa gadis putih bertubuh tinggi yang kini tinggal serumah dengan orang tuaku di Jakarta. Meskipun tinggal serumah dengan orang tuaku, Latifa samasekali tidak memiliki tali persaudaraan dengan keluargaku.

Kepribadiannya yang baik dan santun serta parasnya yang ayu tak sedikit membuat mata para lelaki bakal terhipnotis bila melihatnya. Meskipun ia bukan anak kota namun kecantikan alaminya mampu mengalahkan gadis-gadis yang tinggal di perumahan elit tempat orang tuaku tinggal.

Saat ini aku bekerja di luar kota. Sebulan sekali aku pulang ke rumah orang tuaku. Sampai saat ini aku masih saja betah melajang meskipun usiaku sudah matang untuk menikah. Ada beberapa kenalan yang dikenalkan oleh orang tua dan teman-temanku namun belum ada yang mengena di hatiku.

Sebetulnya dua tahun yang lalu aku sudah menaruh hati terhadap Latifa, namun aku kunci rapat-rapat perasaanku, lantaran ada beberapa pertimbangan yang membuat aku tidak berani.

Dari sikapnya yang canggung bila bertemu denganku, aku bisa melihat matanya kalau dia juga punya hati terhadapku. Mengingat usiaku yang sudah siap untuk menikah aku pun mencoba mendekati Latifa dan mengutarakan isi hatiku. Awalnya ia menolak keras tapi akhirnya ia menyetujui untuk menjalin hubungan denganku.

Enam bulan sudah aku menjalani hubungan backstreet dengannya. Malam itu aku sengaja tidak memberitahukan Latifa kalau aku pulang ke rumah orang tuaku. Rasa lelahkuku hilang saat melihat wajah cantiknya membukakan pintu untukku.

"Mas Andre, aku pikir siapa. Kok pulang gak bilang-bilang dulu." Ucap terkejut Latifa saat membukakan pintu untukku.

Malam itu usai makan malam dengan segenap keberanian, aku menyampaikan kepada ibuku bahwa aku ingin menikahi Latifa. "Kamu serius ingin menikah dengan Latifa." Ucap ibuku.

Bersambung...

Aceh Timur, 28122022