Oleh Fadlin, S.Pd

#Tagur hari ke-274

Senja menggantung. Malam berganti. Semburat pilu kembali menyebur di hatiku saat aku menatap tangis pilu yang membuncah dari mulut bocah mungil itu. Namanya Raiyana. Sejak dalam kandungan, dokter memvonis Raiyana dengan hidrosefalus, yaitu penumpukan cairan di rongga kepala. Kian hari, cairan kian menumpuk, menekan otak dan bola mata Raiyana. Diameter kepala Raiyana kini mencapai 68 cm.

Cairan di rongga kepala Raiyana terus menekan organ-organ di kepalanya, tangis pilu tak henti-hentinya keluar dari bibir mungilnya. Matanya begitu tertekan, ia terancam kebutaan. Rasa pusing yang hebat juga tentu ia rasakan, namun tak dapat disampaikan karena kemampuan bicaranya yang masih terbatas. Tubuh Raiyana semakin kurus karena pengaruh sakitnya dan kekurangan nutrisi. Jika dibiarkan, jangankan memimpikan masa depan, Raiyana mungkin tak bisa bertahan hingga beberapa hari ke depan.

Hatiku tersayat melihat Raiyana. Ia tak didampingi oleh ibunya. Ibunya telah meninggal dan ayahnya memilih pergi karena kondisi Raiyana yang tak kunjung sembuh. Kini, satu-satunya yang Raiyana miliki adalah sang Bibi yang dengan setia merawat Raiyana di rumah kontrakannya. Untuk kesembuhan Raiyana, seharusnya ia rutin berobat ke rumah sakit, namun hingga kini Raiyana hanya menerima pengobatan alternatif karena terkendala biaya.

Aceh Timur, 01102022