FADLIN, S.Pd

Fadlin, S.Pd, bungsu dari lima bersaudara ini lahir di Aceh Timur pada 26 April 1983. Ayah dari satu Putri ini aktif menulis di beberapa Platform Online, salah ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Mengenang Tsunami Aceh

Mengenang Tsunami Aceh

Oleh FADLIN

#Tagur hari ke-360

Hari ini 26 Desember 2022, 18 tahun silam musibah besar itu telah terjadi, namun kisah pilunya masih membekas indah di telingaku yang telah memporak-porandakan bumi Serambi Mekkah. Kejadian yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya walau hanya dalam mimpi tapi pada hari itu kejadian itu benar-benar terjadi. Aku hampir tak percaya dengan apa yang kulihat didepan mataku pada hari itu. Kota yang begitu indah dalam sekejap berubah seperti kapal pecah.

Hari itu minggu pagi 26 Desember 2004 aku yang sedang menimba ilmu di salah satu perguruan tinggi di Banda Aceh bangun seperti biasa melaksanakan shalat subuh. Keheningan pagi itu sungguh sangat terasa ditambah dengan dinginnya udara pagi. Pagi itu aku yang sedang berwudhu di luar rumah menatap ke atas langit dan merasa sesuatu yang aneh sedang mendera di hatiku. "Ada apa dengan pagi ini, suasananya berbeda sekali dengan pagi-pagi sebelumnya." Ucapku keheranan dalam hati.

Seperti biasa setiap minggu pagi setelah selesai shalat subuh aku jalan jalan pagi disepanjang jalan rumah kost. Pagi itu jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi namun tak banyak orang yang ku temui di jalan. Karena merasa aneh sendiri aku pun berputar arah balik ke kosan. Belum pun aku membuka pintu kulihat gerbang bergetar dan tubuhku juga ikut bergetar. Dalam hitungan detik gempa besarpun terjadi. Aku berteriak memanggil kawan sekamar yang sedang terlelap di lantai dua. Dia mendengar teriakanku namun sudah tak bisa turun karena gempa terlalu kuat. Hampir lima menit gempa berkekuatan besar mengguncang namun ketakutan yang kami rasa sungguh sangat luar biasa.

Belum habis rasa takut kami di buat oleh gempa besar, tiba-tiba terdengar teriakan bahwa air laut naik. Aku pun berlari menyelamatkan diri bersama dengan yang lain. Berbagai macam suara ku dengar dari mulut mereka, ada yang berdoa, menangis, dan berteriak minta tolong. Tak ada pertolongan dari siapapun semua orang sibuk menyelamatkan diri masing-masing. Ditengah ketakutan itu aku berpikir apakah hari ini akan kiamat. Aku tak tau entah berapa km kecepatan aku dalam berlari hingga aku sampai di tempat yang lebih tinggi.

Dengan ketakutan bersama yang lain, aku menyaksikan air yang maha dahsyat itu meluluh lantakkan sebagian kota Banda Aceh. Aku sempat mencubit tanganku sendiri berharap kalau apa yang sedang aku saksikan di depan mata adalah mimpi, namun sayang apa yang ku saksikan bukan mimpi melainkan fakta yang tak akan terlupakan sepanjang masa.

Aceh Timur, 26-12-2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ya allah kisahnya sungguh ikut merasa seolah peristiwa itu baru saja terjadi dahsyatnya allah berkehendak Setelah lari ber kilo-kilo meter itu setelah itu gmn pak?

27 Dec
Balas



search

New Post