Takdir Hidup
Oleh Fadlin, S.Pd
#Tagur hari ke-364
"Sah" ucap nyaring pak penghulu sambil melirik ke arah yang menjadi saksi di pernikahanku. Batinku menjerit sang kata sakral itu mendarat di telingaku. Mulutku yang biasanya lantang kini terasa terkunci saat laki-laki itu menghalalkanku di depan ayahku. Ingin rasanya aku menangisi takdir yang telah membawa aku kepada lelaki itu. Aku berusaha sekuat tenaga menepikan kalimat yang menggerogoti hatiku "Bagaimana aku bisa hidup dengan dia, sementara aku sama sekali tidak mencintainya."
Kupeluk ibuku dengan butiran bening yang telah membanjiri wajahku. Aku tau ibu juga merasakan jeritan hatiku. Namun ia membalut kesedihannya dengan indah. Sesekali kulihat ia menyapu butiran bening yang mengairi kedua lesung pipinya. Kulihat lelaki yang telah menghalalkan itu tersenyum dengan bijak kepadaku. Aku tau ia adalah lelaki yang baik. Namun ia belum mendapatkan ruang hatiku.
Ratusan tangan mulai menyalamiku dengan berjuta harapan namun tak satu pun harapan mereka itu mengena di hatiku. Aku yang berharap bahagia dengan seseorang malah sebaliknya harus berdiri di pelaminan dengan yang lain. Tiba-tiba tiba suasana pecah berubah menjadi tangisan saat mantanku hadir memberi ucapan selamat kepadaku.
Aceh Timur, 30122022
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Jodoh, tak kan tertukar.