Fahmi

Tinggal di Kota Pekalongan. Keseharian mendidik generasi Z, di SMA Negeri 1 Pekalongan. Agar menjadi generasi yang akhlaqul karimah....

Selengkapnya
Navigasi Web

MENGGORENG SISWA JADI “GILA”

Mencetak lulusan menjadi berhasil bukan pekerjaan mudah. Akan tetapi juga, bukan pekerjaan sulit. Apalagi, menjadi “gila” setelah lulus. Maksud “gila” disini adalah menjadi siswa yang mempunya skill berwawasan global. Baik skill pengetahuan, tetapi juga keterampilan. Lebih dari itu, adalah sikap terhadap guru yang telah berjasa memberikan semuanya mengenai ketiga skill tersebut.

Baru saja, selama lima hari, pada tanggal 20 sampai dengan tanggal 24 September 2017, sebanyak 65 orang guru yang sebagian besar berasal dari SMA Negeri 1 Pekalongan berdarmawisata ke Malaysia dan Singgapura. Serta, dengan segala fasilitas kelas satu. Bukan itu, yang “gila”. Tetapi, sebanyak guru tersebut, diberangkatkan oleh seorang siswa yang telah lulus. Itulah yang “gila”.

Sebelum berangkat, pada saat siswa tersebut mengutarakan keinginannya untuk mengajak darmawisata ke luar negeri, memang sempat tidak percaya. Bahkan kata Bapak Sulikin, M. Pd., Kepala SMA Negeri 1 Pekalongan yang berhak memberi ijin untuk hal tersebut, mengatakan anak ini “gila. Menurut logika kita, bahwa memberangkatkan guru sebanyak itu, bukanlah murah biayanya. Tapi kenyataannya terealisasi sesuai yang direncanakan.

Selanjutnya, bagaimana menggoreng siswa jadi “gila”? Itulah pertanyaan yang perlu kita diskusikan. Untuk itu, marilah kita renungkan perbedaan mengajar dan mendidik. Sebab, pengertian mengajar dan mendidik beda. Mengajar berarti partisipasi dengan siswa dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi (Suparno, 1997). Sedangkan menurut Hamalik (2003), bahwa mengajar ialah menyampaikan pengetahuan, mewariskan kebudayaan, menciptakan kondisi belajar, memberikan bimbingan belajar, kegiatan mempersiapkan untuk menjadi warga Negara yang baik sesuai dengan tuntutan masyarakat, dan proses membantu menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari kepada siswa di sekolah.

Sedangkan, menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, bahwa mendidik usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

Untuk itu, maka marilah kita sebagai guru, disamping berkewajiban menyampaikan pengetahuan dan keterampilan, agar melebihi standar kompetensi kelulusan yang telah ditetapkan pemerintah melalui Permendikbud Nomor 20 Tahun 2016. Lebih dari itu, pengetahuan dan keterampilan kita bungkus dengan keteladan sikap untuk selalu mengucapkan terima kasih atas kebaikan orang lain yang telah berjasa, baik yang lebih muda, apalagi yang lebih tua. Itulah, gambaran bagaimana menggoreng siswa jadi “gila”, yang mengerti mengucapkan terima kasih kepada gurunya.

Pekalongan, 27 September 2017.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post