Hargailah karya dengan cara membelinya. Demikian ungkapan yang sering terlontar untuk merespon mereka yang sering kali ingin meminta gratisan dari karya orang lain. 

Dengan membeli kita menghargai bahwa menghasilkan sebuah karya adalah proses yang tidak mudah. Wajar jika kemudian kita memberikan apresiasi dengan cara membelinya. Meskipun secara nominal mungkin harganya tidak seberapa. Tapi, cukup sebagai bentuk penghargaan atas perjuangan mereka dalam menghasilkan karya.

Lalu, bagaimana kita menghargai karya kita sendiri? Konon katanya, seorang penulis harus percaya diri untuk menghargai karyanya sendiri. Salah satunya dengan tidak mudah memberikan secara cuma-cuma pada mereka yang sukanya gratisan tanpa menghargai sulitnya proses menulis. Belum lagi ongkos cetak sebuah buku tidak pula murah.

Apakah memberikan buku karya sendiri secara gratis pada orang lain pertanda kita tidak menghargai karya? Tentu tidak selalu demikian. Motif tiap orang dalam berkarya tentu tidak sama. Tidak bisa dipaksa untuk sama.

Ada yang menghargai karya dengan cara menjualnya. Semakin laku keras semakin merasa dihargai. Tentu sah-sah saja.

Ada pula yang hanya mampu berkarya tetapi tidak bisa menggaet pembeli. Bukan berarti dia tidak menghargai karya ketika kemudian memilih untuk menghadiahkan karya untuk orang-orang pilihan di hari istimewa. Justru, itu menjadi ladang amal yang pahalanya terus mengalir apabila berisi ilmu yang bermanfaat.

Jadi, dijual atau diberikan cuma-cuma. Berbayar atau gratis penghargaan pada karya tetap yang utama.

Jika ingin karya kita dihargai, hargai juga karya orang lain.

Salam literasi...