Faidah Setyaningsih

Teruslah menulis meskipun tidak ada orang yang membacanya....

Selengkapnya
Navigasi Web
Mutu Karena Pengelolaan (bukan) Mutu Karena Input

Mutu Karena Pengelolaan (bukan) Mutu Karena Input

Oleh: Faidah Setyaningsih

Android di meja bergetar. Refleks tangan menyambar dan mendekatkan benda itu ke dekat telinga.

"Bulik, saya mau tanya. Kemarin anak saya sudah diterima di SMA M kok hari ini katanya namanya tidak ada." ujar suara di ujung sana dengan nada tergesa.

"Berarti ada pendaftar lain yang sudah menggeser posisinya." jawab saya mencoba menjelaskan.

"Lha terus anak saya mau sekolah di mana? Mau daftar pakai jalur zonasi jarak rumah jauh dari SMA mana pun. Mau daftar pakai jalur prestasi nilai anak saya dikurangi gara-gara akreditasinya SMP-nya B." cerocos wanita setengah baya yang jarak rumahnya dari sekolah K 6,5 km, jarak dari sekolah P 6 km dan jarak dari SMA M 7,5 km.

Hiruk-pikuk PPDB Online 2020 beberapa hari lalu masih begitu terasa. Kegalauan orang tua yang khawatir anaknya tidak mendapatkan sekolah masih juga terjadi. Bukan hanya mereka yang berprestasi yang gagal masuk sekolah impian. Calon siswa baru pun kesulitan masuk lewat jalur zonasi akibat jarak rumah yang di luar zona. Bahkan calon siswa di dalam zona pun tidak tertampung oleh sekolah terdekat.

Aturan tentang PPDB sudah disempurnakan dengan Permendikbud No. 44 Tahun 2019 tentang PPDB tahun 2020. Di dalamnya mengatur bahwa sekolah dapat menerima calon peserta didik dari jalur zonasi sebanyak minimal 50 persen dari total daya tampung, jalur afirmasi sebanyak 15 persen, perpindahan orang tua sebanyak 5 persen dan jalur prestasi antara 0 - 30 persen.

Tetapi, aturan baru tersebut tidak serta merta menghilangkan kekacauan yang terjadi di dalam masyarakat. Masih banyak yang mengeluhkan sistem zonasi justru membuat masyarakat semakin kesulitan mengakses pendidikan. Padahal tujuan utama PPDB zonasi adalah pemerataan pendidikan. Agar pendidikan dapat diakses siapapun. Utamanya mereka dari masyarakat bawah. Dengan sistem zonasi diharapkan orang tua dapat menyekolahkan putra-putrinya di dekat rumah. Sehingga biaya hidup dan transportasi dapat ditekan.

Di sisi lain, PPDB sistem zonasi perlahan telah mengubah wajah sekolah. Input siswa dengan prestasi yang hampir sama antara sekolah, telah mengikis stigma sekolah "favorit" dan sekolah "pinggiran." Saatnya sekolah berkompetisi untuk menaikkan kualitas pendidikan dengan pengelolaan yang baik. Di saat input telah merata. Untuk menunjukkan kualitas output, proses menjadi sangat penting.

Sekolahku, 30 Juni 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mungkin ini lebih baik, Bu. Jadi, sekolah betul-betul bisa berkompetisi untuk melejitkan kan peserta didiknya. Keren olinya ,Bu.

30 Jun
Balas

Terima Bu Lusi, saya setuju...

02 Jul

Keren opininya. Terkinu tentang PpDB

30 Jun
Balas

Terima kasih ibu Ririn... Salam kenal dan salam literasi..

30 Jun

Wow keren!

30 Jun
Balas

Terima kasih.... Salam literasi...

02 Jul



search

New Post