Pagi yang cerah. Tak banyak yang bisa kulakukan di rumah mertua. Karena hampir semua pekerjaan dapur sudah dikerjakan Ibu. Beliau jagonya masak. Rasa masakannya selalu mantul marantul. Membuatku minder jika harus dibandingkan dengan masakanku.

Mumpung cuaca cerah, aku berniat mencuci baju. Mesin cuci ada di rumah bagian belakang, bersebelahan dengan kebun.

Tak sengaja kulihat pohon pepaya itu. Pepaya california yang dulu bijinya tidak sengaja tumbuh itu kini sudah tinggi. Buahnya sangat manis. Persis orang-orang yang sedang membaca kolom ini. Hehehe

Kutengadahkan kepala untuk melihat sang pohon lebih jelas. Daun pisang agak menghalangi pandanganku.

Astaghfirullahal adzim.. Buah yang sejak kemarin kunanti matangnya itu sudah tinggal separuh.. Warna oranyenya menyeruak diantara kulitnya yang koyak dimakan sesuatu.

Siapa lagi pelakunya kalau bukan codot. Codot adalah sejenis kelelawar pemakan buah. Naluri kecodotannya sangat terampil memilih buah. Salah satunya adalah buah pepaya yang kutunggu itu.

Rupanya dia juga mengincarnya. Dalam hal ini aku kalah telak, karena dua hal:

1. Aku tak punya skill untuk memilih buah yang matang sempurna

2. Aku tak selincah kaum codot dalam hal panjat-memanjat pohon.

Seperti kebanyakan orang, aku juga merelakannya. Masa iya aku mau mengejar-ngejar si codot untuk meminta pertanggungjawaban dan ganti rugi..

Terlebih lagi sekarang bulan Ramadhan. Bulan suci penuh Rahmat Allah. Bulan yang sangat dinanti ummat Islam di seluruh dunia. Momen yang sangat baik untuk beramal sholeh. Contohnya adalah bersedekah.

Bersedekah sangat dianjurkan untuk membuat hati lebih lapang dan bahagia. Seperti saat ini, aku mengikhlaskan buah pepaya idamanku untuk kusedekahkan padanya. Mendadak aku merasa bahagia.

Dengan tersenyum aku bisa berbisik, "Ah.. Indahnya bisa berbagi denganmu, codot.."

tantanganGurusiana hari ke-4