CELOTEH GURU KALA PANDEMI (BISMILLAH TAGUR 2 KEMBALI)
CERITA GURU DI KALA PANDEMI
Mendidik, memberi pengetahuan, serta mengajarkan pengalaman adalah kewajiban yang harus dijalankan oleh seorang guru. Dikenal sebagai sosok yang tanpa tanda jasa membuat guru harus rela menanggung pahitnya pendidikan meski upah tidak selalu melegakan hati. Walaupun kini, guru bisa bernafas lega sebab diberlakukannya sistem perekrutan pegawai negeri sipil. Namun, ada sebagian guru lainnya yang belum beruntung sehingga harus selalu bijak mencukupi segala kebutuhan.
Kondisi demikian tidaklah membuat satu langkah seorang guru untuk mundur dari profesinya. Berbekal niat tulus ikhlas dalam mencerdaskan generasi bangsa, guru mengajarkan siswa untuk dapat memberi manfaat di kemudian hari. Guru juga selalu berupaya dengan segala kemampuan yang dimiliki untuk melatih siswa memiliki mental pemenang sekaligus menjunjung nilai adab ketimuran. Meski pada akhirnya, realita menampilkan tantangan yang harus dihadapi, terlebih di kala pandemi seperti ini.
Pandemi menyajikan cerita baru dalam dunia pendidikan. Sekolah, ruang kelas, kantin, dan juga perpustakaan sekolah mendadak sepi dari keramaian. Bel yang selalu berbunyi menandakan jam masuk pun juga tidak bersuara lagi. Suara jejak kaki penuh harapan juga tersapu oleh hembusan angin. Sekelompok laba-laba mulai berani membiakkan sarangnya dengan bahagia di sudut-sudut ruang kelas.
Canda tawa kegirangan khas yang biasa ditampakkan siswa ketika pulang sekolah juga menyelinap pergi. Interaksi penuh makna antara guru dan siswa terkalahkan oleh sibuknya jari-jemari dengan gawai. Kegeraman atas tingkah laku siswa yang sebelumnya hilir mudik, kini perlahan jadi kenangan. Belum lagi tumpukan tugas, materi, serta bahan ajar lainnya yang mulai diubah sedemikian rupa. Segalanya disatukan dalam satu ruang di dunia maya.
Aktivitas tatap muka harus ditunda dan diganti. Pembelajaran langsung melalui pertemuan di kelas perlahan dialihkan pada pertemuan virtual. Banyak nama yang semakin beken dan populer seperti Zoom, Google Classroom, Edmodo, Google Meet, dan aplikasi lainnya yang menunjang proses pembelajaran. Semua diupayakan agar siswa masih bisa mendapatkan haknya dalam belajar.
Kebijakan paling bijaksana berkali-kali dibuat agar semua rakyat selamat dari virus mematikan. Mas menteri, sapaan akrab menteri pendidikan saat ini, berulang-ulang melakukan koordinasi dengan pemangku kepentingan demi menciptakan suasana belajar yang tetap bisa dinikmati siswa. Pada akhirnya, waktu pembelajaran di sekolah harus digadai dengan segera sebagai langkah preventif pencegahan virus corona.
Dalam hal ini, guru mesti melakukan penyesuaian baik itu dari segi metode, media, dan teknik mengajar. Kreativitas harus dimunculkan kembali supaya rasa jenuh tidak mudah hinggap pada siswa. Pembelajaran jarak jauh diharapkan tetap memicu semangat belajar siswa walau tantangan akan lebih banyak didapati. Segala doa yang terbaik didamba dalam proses pembelajaran yang akan dilaksanakan secara daring di rumah.
Kesibukan guru di pagi hari, seperti membereskan perlengkapan mengajar, merapikan pakaian, menyiapkan media belajar, cenderung berganti dengan moda aktivitas lainnya. Bila sebelumnya, guru terbiasa melangkahkan kaki penuh harap menuju ruang kelas. Kini harus sabar menunggu kehadiran siswa melalui pertemuan virtual. Godaan rasa kantuk, gangguan suara, tuntutan pekerjaan rumah, dan hilangnya motivasi belajar disinyalir menjadi penghambat paling kuat bagi siswa yang belajar dari rumah.
Di titik ini, pertemuan di kelas menjadi begitu mahal bahkan tidak ternilai harganya. Sapaan hangat seorang guru kepada muridnya, mulai dirindukan oleh siswa. Teguran guru yang tidak jarang membuat gerah telinga siswa menjadi hal paling bermakna. Begitu pula sebaliknya, para guru juga merasakan adanya senyum yang hilang dari kesehariannya. Senyum itu adalah senyum khas siswa yang siap belajar untuk mewujudkan segala mimpinya.
Pandemi menyajikan lembaran-lembaran kisah baru. Interaksi langsung sebagai tokoh utama digeser secara paksa oleh tatap muka tak berbatas ruang dan waktu. Tumpukan kertas ulangan siswa terlihat usang dan kuno bila dibandingkan dengan tampilan soal melalui penyedia jasa ujian daring. Buku-buku di perpustakaan pun juga ikut berdebu karena kehilangan antusiasme para siswa. Semua seolah menunjukkan pergerakan yang meski terlihat lambat namun begitu besar pengaruhnya.
Pandemi nampaknya akan tetap menjaga para siswa di rumah pada semester genap ini. Kekhawatiran yang masih dianggap tinggi, membuat mas menteri berpikir 1000 kali bila mencanangkan program pembelajaran tatap muka kembali. Meskipun tidak dipungkiri banyak siswa yang mulai jenuh dengan aktivitas belajar melalu gawai. Namun sekali lagi perlu dikatakan bahwa hal itu mesti ditempuh demi memutus rantai penyebaran virus corona.
Siswa berharap satu hal yakni bisa belajar secara langsung di sekolah. Momen-momen kebersamaan di sekolah begitu sulit digantikan oleh gawai canggih. Kesibukan belajar di kelas yang dulu selalu menguji kesabaran guru tentunya menjadi hal paling diidamkan saat ini. Nama yang disebut secara bergantian oleh guru ketika mengabsen siswa di awal pembelajaran juga menjadi momen yang perlahan lenyap.
Semoga segala doa dan harapan yang baik segera diijabah oleh Yang Maha Kuasa. Kesabaran yang kini memang sedang dipilin dalam pembelajaran jarak jauh diharapkan dapat melatih siswa lebih tahan banting. Begitu pula dengan para guru yang lebih diuji dalam menyediakan kegiatan belajar mengajar yang inovatif dan efektif.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar