Kandasnya Sebuah Harapan

Aku sudah siap melaksanakan tugas hari ini. Sebagai pembimbing pada sebuah yayasan pendidikan yang lagi naik daun di kota kami, aku harus mampu mempersiapkan diri. Baik secara materi, penampilan dan emosional. Aku tak ingin tempatku bekerja kecewa dengan pekerjaanku. Aku berusaha semaksimal mungkin untuk selalu menjadi terbaik baik dalam penyampaian materi, strategi membimbing dan penampilan tentunya.

Sebelum kegiatan dilakukan, pagi ini ada apel bersama di aula kantor. Ruangan yang indah, bersih dan rapi di tata dengan asri. Kulihat disetiap barisan teronggok sekumpulan warna dan nada yang sama. Rupanya empat belas orang pembimbing lainnya memakai pakaian yang sama dengan rekan yang mereka bimbing. Sangat cantik dan tentunya indah dipandang mata. Terus terang saja aku ingin sekali seperti mereka. Matapun mulai jelajatan mencari dimana kiranya rekanku berada. Rasa ingin tahu tentang keberadaan mereka menjadi sangat tinggi karena ingin melihat seperti apa busana yang mereka kenakan.

Matapun tertuju pada barisan bagian samping disisi kiri aula. Dengan langkah pasti ku ayun langkah kehadapanmereka. Pakaian mereka cantik, tapi warna-warni. Tak seperti rekan lainnya yang berbusana dengan warna yang sama. Aku malu tentu saja. Rekan yang kubimbing ini juga sepertinya ada rasa asing juga. “Mereka kompak ya, pakai seragam semua,” Kata salah satu diantara mereka. Aku merasa ada yang mengusik hati. Kemudian dengan enteng rekan yang lainnya menjawab supaya pertemuan besok mengenakan pakaian yang senada agar bisa mengimbangi. Aku hanya bisa mendesah, waah payah.