fara pranjia

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Pilu Generasi Gen Z

Pilu Generasi Gen Z

Saat Anda menyaksikan acara berita di layar kaca tv Anda ataupun membaca berita di handpone Anda, berita yang terkait dengan rusaknya moral anak bangsa sekarang ini menjadi hal biasa. Siswa SD yang berpacaran, banyaknya remaja wanita hamil sebelum menikah dan tawuran pelajar. Tidak hanya itu jika kita lihat media sosial, tempat dimana seseorang dapat begitu mudahnya berinteraksi dengan orang lain, kita akan lebih banyak menemukan hal-hal yang akan membuat kita tidak habis berpikir, seperti sepasang murid SD dengan bangganya memposting foto kemesraan mereka, peluk-peukan dan adegan dewasa lainnya yang mereka lakukan seperti hal yang biasa saja, padahal sudah baligh saja belum tentu. Masih banyak kejadian-kejadian sejenis yang terjadi disekitar kita, belum lagi yang tidak terkespos media, seolah perstiwa-peristiwa tersebut sudah menjadi hal yang biasa terjadi di sekitar kita.

Sehingga fenomena-fenoma ini menjadi pertanyaaan bagi kita semua apa yang salah dengan generasi muda zaman ini ? Mengapa sangat banyak terjadi fenomena penyimpangan moral ? Tentulah banyak sekali faktor-faktor yang menyebabkan rusaknya moral generasi muda zaman ini.

Padahal jika generasi muda suatu bangsa rusak, maka rusaklah pula masa depan bangsa tersebut. Karena generasi mudalah yang akan meneruskan perjuangan generasi sebelumya. Oleh karena itu para generasi sebelumnya, terutama para orang tua harus mengetahui apa yang menjadi penyebab rusaknya moral generasi muda zaman ini.

Anak-anak adalah seorang imitator, tidak seperti orang dewasa yang sudah dapat menentukan sikapnya berdasarkan pemikiran yang dia yakini, hal ini berbeda untuk anak-anak. Oleh karena itu, teman bermainnya atau lingkungannya, pola asuh orang tua, media yang diamati akan sangat berpengaruh terhadap karakter seorang anak.

Mari kita mulai penjelasannya dari teman bermainnya, Rasulullah Saw pernah bersabda : “Seseorang itu tergantung pada agama temannya. Oleh karena itu, salah satu di antara kalian hendaknya memperhatikan siapa yang dia jadikan teman”. HR Abu Dâwud no. 4833. Berdasarkan hadits tersebut kita dapat ambil perumpamaan jika seseorang bergaul dengan orang yang sering pergi ke masjid, maka dia cepat atau lambat mengikuti temannya, jika anak Anda bergaul dengan anak-anak yang suka jalan jalan, pasti cepat atau lambat anak Anda akan tidak betah di rumah karena ingin ikut temannya. Jikalau karena teman saja dapat mempengaruhi agama seseorang, maka hal yang mudah untuk mempengaruhi karakternya.

Kemudian poin kedua yaitu didikan orang tua. Tentulah sangat jelas bahwa karakter seorang anak sangat berpengaruh dari pola asuh orang tua. Pemberian pelajaran nilai-nilai moral tentulah tidak cukup jika hanya diberikan oleh guru. Karena interkasi peserta didik dengan guru tidaklah sebanyak interaksi antara anak dengan orang tua. Karena penanaman nilai moral dan nilai agama bukanlah sebuah proses transfer ilmu saja, dibutuhkan pembiasaan-pembiasaan dan keteladanan supaya nilai-nilai tersebut dapat tertanam dengan kuat dalam diri peserta didik. Dengan demikian pekerjaan orang tua bukan hanya ‘memarahi’ anak dan berkata ‘itu tidak boleh’ dan sebagainya, orang tua haruslah menjadi tauladan bagi anak-anaknya sehingga dengan sendirinya anak akan mengikuti kebiasaan orang tua. Bukankah pepatah mengatakan buah jatuh tidak jauh dari pohonnya ?

Kemudian poin yang ketiga adalah media yang media yang dikonsumsi. Tidak perlu dipungkiri lagi bahwa sekarang kita berada di zaman informasi digital. Dimanapun manusia di muka bumi ini berada, selama dia memiliki handpone dan sinyal saja, orang tersebut dapat mengakses informasi meskipun sumber informasi tersebut beribu-rubu mil jauhnya. Hal ini berlaku juga terhadap anak-anak. Anak-anak umur tiga tahun sudah bisa mengoperasikan sebuah gadget sudah menjadi hal yang biasa. Anak SD sudah memiliki akun media sosial juga sudah menjadi hal yang biasa.

Maka, membatasi dan mengawasinya adalah salah satu solusinya. Jangan pernah membiarkan anak Anda memiliki hak penuh untuk gadget yang Anda berikan kepadanya, jika dia masih sangat kecil, seperti anak-anak di Jenjang SD ataupun anak-anak SMP yang belum memahami konsep tanggung jawab. Bahkan perlu Anda ketahui bahwa Steve Jobs saja membatasi anak-anaknya dalam penggunaan teknologi, hal ini diungkap Steve Jobs di tahun 2010 lalu, dalam New York Times. Jika memang anak Anda memerlukan teknologi tersebut untuk mengerjakan tugas, dampingilah mereka atau suruh mereka mengerjakan tugasnya di tempat terbuka sehingga Anda dapat mengawasinya.

Itulah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi karakter seorang anak, meskipun bila dijelaskan lebih rinci, masih banyak faktor-faktor yang mepengaruhi karakter seorang Anak. Akhir kalimat semoga generasi selanjutnya adalah generasi yang memiliki moral yang sehat dan taat dalam beragama. Sehingga dapat menjadikan bumi Indonesia menjadi bangsa baldatun thoyibun wa rabbun ghafur.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

terimakasih pencerahannya. Informasi yang sangat bermanfaat

24 Jul
Balas

prihatin, skrng lagi krisis moral...semoga generasi selanjutnya adalah generasi yang memiliki moral yang sehat dan taat dalam beragama....aamiin

24 Jul
Balas

Fenomena akhir zaman, kita memang harus jadi org tua yang struggle

28 Jul
Balas



search

New Post