Farhan Akbar Muttaqi

Tinggal di pinggiran Purwakarta. Guru yang terus belajar. Pengelola website www.matapendidikan.com...

Selengkapnya
Navigasi Web
Yang Lebih Bahaya dari Valentine Day

Yang Lebih Bahaya dari Valentine Day

Ada yang menarik dari 14 Februari tahun ini. Banyak instansi pemerintah di berbagai daerah memberikan himbauan agar muda-mudi di wilayahnya tak turut merayakan Valentine day yang jatuh setiap tanggal 14 Februari. Termasuk, dinas pendidikan.

Valentine day dari berbagai aspeknya memang tepat untuk ditolak. Mau dibantah dengan beragam argumen, momen Valentine day memang acapkali digunakan oleh muda-mudi untuk bertindak diluar kewajaran (bahasa jujurnya: kurang ajar). Bukan hanya tukar kado atau coklat, momen ini juga acap digunakan untuk melakukan aktivitas ena' ena' yang sejatinya menabung petaka di ujung dunia. Belum lagi varian versi sejarahnya kental dengan budaya-budaya yang ceritanya vis a vis dengan aqidah kebanyakan penduduk negeri ini.

Coba saja cek kakek google. Bejibun data tentang terungkapnya tindakan mesum yang dilakukan aneka segmen masyarakat. Termasuk anak sekolahan yang saban hari masih menadah minta uang jajan.

Namun, sebetulnya ada persoalan yang lebih elementer ketimbang valentine day. Valentin day hanya sebuah momen. Terjadi satu tahun sekali. Satu kali dari 365 hari. 24 jam dari 8760 jam. (Selanjutnya hitung sendiri..)

Nyatanya, prilaku-prilaku mesum yang kerap terjadi saat Valentine Day, terjadi juga di luar Valentine day. Di ribuan jam yang lain setiap tahunnya. Cek lagi saja ke kakek google, bagaimana suguhan fakta memilukan itu nyata adanya. Bukan hanya di hari Valentine saja. Anak sekolahan yang sudah biasa berzina, sudah biasa berciuman, sudah biasa beradegan tak senonoh, yang sudah hamil di luar nikah, juga yang sudah menjadi pembunuh janin-janin tak berdosa.

Jelas ini tindakan dosa. Perkaranya lebih besar ketimbang secarik kertas ujian yang dikerjakan dengan nilai nol. Menyangkut masa depan. Dunia dan akhirat. Guru juga punya andil atas itu.

Kalau mau ditelusur, pangkal masalah pergaulan bebas mungkin adalah cara pandang terhadap kehidupan yang menjadikan kebebasan sebagai standar dalam bersikap. Doktrin-doktrin permisifisme (serba boleh) yang mungkin masuk secara halus dalam berbagai jaringan dan media informasi telah membuat sebagian anak-anak menganggap apa saja boleh dilakukan. Kebebasan menjadi pijakan. Menjadi alasan dan pembenaran atas berbagai tingkah laku yang menjadikan manusia sederajat dengan hewan.

Namun titik kritisnya, jangan-jangan, cara pandang semacam itu juga dibentuk oleh sekolah. Dimulai melalui para guru ikut membenarkan berbagai tingkah laku anak didik yang melanggar aturan. Baik aturan sekolah maupun aturan agama.

Prilaku bergaul yang mendobrak batasan itu, saya amati mulanya adalah dengan pelanggaran-pelanggaran sederhana yang tidak diberi tindakan. Jangankan sekedar dinasehati, namun justru dibiarkan. Anak terlambat, dibiarkan. Anak bergurau dikelas, dibiarkan. Anak ngobrol dan main HP, dibiarkan. Anak jail dan mencolek-colek teman perempuannya, dibiarkan. Anak berpakaian kurang sopan, dibiarkan.

Itu terkesan sederhana, namun menjadi benih untuk pelanggaran aturan yang lebih besar. Bahaya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Degradasi moral melalui perayaan Valentine Day terima kasih sudah menginspirasi. Salam kenal dan salam literasi

15 Feb
Balas

Betul pak. Salam kenal juga pak..☺

15 Feb

Tulisan yang menginspirasi untuk introspeksi diri sebagai guru dan orang tua..pak Trimksh salam kenal, salam literasi..

15 Feb
Balas

Alhamdulillah..semoga bermanfaat. Salam kenal juga Bu..

15 Feb

Subhanallah, paparan yang luar biasa, menggugah pikiran, menggetarkan jiwa, betapa kelakuan muda mudi yang sudah sangat jauh dari ajaran agama disebakan karena pembiaran. Sukses selalu dan barakallah

15 Feb
Balas

Alhamdulillah..terimakasih apresiasinya. Baru mulai nulis di sini.. salam kenal

15 Feb

Sepakat..Pak..

15 Feb
Balas

Nauzubillah min dzalik... Dan guru adalah ujung tombak perjuangan ahlak murid agar terjauh dari semua itu. Tulisan yg keren pak. Salam kenal, salam literasi

15 Feb
Balas

Salam kenal juga, terima kasih apresiasinya bu

15 Feb

Betul sekali pak Farhan .. semoga saya pribadi bisa lebih peduli lagi pada anak didik saya ..aamiin Terima kasih sudah mengingatkan

15 Feb
Balas

Aamin bu..saling mengingatkan..

15 Feb
Balas



search

New Post