Farida Hanum

Orang ndeso yang punya angan-angan jadi penulis....

Selengkapnya
Navigasi Web
GURU MBELING

GURU MBELING

GURU MBELING

Oleh: Farida Hanum

Teori menulis P.Emcho tentang “Tulisan Sampah pun Penting” menyemangati saya untuk nekat ngeshare artikel saya meskipun tidak layak dikonsumsi orang lain. Ini adalah proses belajar, agar makin terasah untuk menghasilkan tulisan yang top markotop seperti yang sering dikatakan beliau.

Saya teringat perkataan seorang teman dari sekolah lain yang saat itu sedang mengawasi ujian nasional di tingkat SD. Beliau mengatakan, bahwa baginya, mengajar itu yang penting terselesaikan semua materi yang harus diberikan kepada anak-anak. Namun, jika harus membuat perangkat dan segala bentuk administrasi sekolah dia angkat tangan. Dia enggan menjadi guru yang serius. Hidupnya terlalu santai dan tidak mau membuat beban yang merugikan diri sendiri. Baginya membuat perangkat itu sesuatu beban yang memusingkan. Makanya dia memberikan lebel pada dirinya sendiri dengan sebutan guru mbeling. Bahkan sudah menjadi ciri khasnya, julukan guru mbeling tersebut. Baginya yang penting profesi guru yang dia sandang tidak banyak tuntutan. Harus ini harus itu, “pokoe mulang” begitu katanya. Yang ada dalam pikiran saya, kok masih ada ya guru model seperti ini. statusnya guru professional tapi juga guru mbeling, hem,menarik sekali.

Saya mulai tertarik dengan istilah guru mbeling, kata mbeling sangat familiar sekali di telinga kita saya mencoba mencari definisi mbeling. Mbeling berasal dari bahasa Jawa, yang menurut S.Prawiroatmodjo dalam Bausastra Jawa-Indonesia (Jakarta-CV haji Masagum,1988), artinya nakal, keras kepala. Sedang nakal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (Jakarta – Balai Pustaka, 1986) artinya suka berbuat kurang baik (tidak menurut, mengganggu, terutama bagi anak-anak), buruk kelakuan (lacur dsb). Sedang keras kepala artinya tegar, tidak mau menurut,(mengalah dsb). Misalnya: jika ada anak yang nakal berarti disebutnya anak mbeling. Sederhana sekali. Anak yang tidak mengikuti aturan dalam masyarakat maka dia bisa disebut dengan anak mbeling. Saat masih sekolah dulu istilah mbeling umum diucapkan terutama dikalangan remaja. Mbeling bisa diartikan dengan ugal-ugalan, memberontak, membangkang, seenak perut sendiri, semau gue, dan termasuk perusak norma-norma dalam masyarakat. Remaja yang suka bikin onar selalu dibilang dengan mbeling. Atau bisa juga anak yang sering telat atau sering mbolos disebut juga dengan anak mbeling, dan biasanya hukuman anak mbeling disuruh menulis satu lembar kertas dengan tulisan” saya tidak nakal lagi atau saya tidak akan mengulangi lagi” begitu selalu hukuman yang ringan saat-saat kita bikin ulah. Istilah mbeling selalu identik dengan nakalnya seoarang anak atau remaja. Lantas bagaimana jika kata mbeling itu menempel pada diri seorang guru? Maka bukan berarti guru tersebut nakal atau istilah kerennya ‘mbethik’, bisa jadi guru tersebut tidak mau mengikuti aturan yang mengikatnya. Atau bisa juga dikatakan bahwa guru tersebut memiliki pola berfikirnya di luar kebiasaan atau disebut dengan nyeleneh. guru yang nyeleneh itu bisa bersifat positif, tapi pada umumnya nyeleneh itu selalu mengarah pada hal-hal negatif seperti misalnya sering bolos dan tidak melaksanakan kewajiban mengajar. Atau guru yang tidak bisa menjaga martabatnya sebagai seorang guru (mbangkang) maka inilah yang disebut dengan guru mbeling.

Jika pada masa sebelum abad 21, guru mbeling adalah guru yang nyata-nyata malas dengan tugasnya, selalu berontak dengan kebijakan kepala sekolah, bahkan loyalitas kepada sekolah makin diragukan. Guru yang selalu bikin onar dengan segala bentuk pertentangannya. Maka guru mbeling di era digital, era dimana banyak tantangan yang dihadapi seorang guru dalam mendidik, era dimana banyak pengaruh buruk yang menghantui siswa adalah guru yang sadar akan tanggung jawabnya sebagai pendidik. Mbeling terhadap hal-hal yang membatasi kreativitas dan perjuangannya sebagai pendidik yang benar dan bertanggung jawab. Demi prinsip pendidikan, martabat dan panggilan jiwanya sebagai pendidik, ia berani bersusah-susah dan memperjuangkan pembelajaran di luar kebiasaan, mbeling seperti inilah yang mampu merubah pendidikan menjadi lebih baik, karena kreativitas dan inovasi seorang guru mbeling.

Kalau selama ini, proses belajar di sekolah umumnya hanyalah seputar guru mengajar dan menjelaskan, murid mendengarkan dan mencatat. Maka dizaman millennial seperti sekarang ini, dimana cara belajar dan karakter siswa mengalami banyak perubahan serta didukung oleh kemajuan dan perkembangan digital menuntut guru untuk selalu menemukan tehnik-tehnik baru dalam mengajar, serta dituntut untuk selalu kreatif dan inovatif agar murid bisa terlibat secara aktif, untuk memancing rasa keingin tahuan mereka. Jika guru hanya terpaku pada cara-cara mengajar yang monoton serta satu arah, maka muridnyapun akan menjadi sosok murid yang pasif, terserah apa kata guru. Guru yang seperti ini yang akan merugikan anak. Guru mbeling biasanya memiliki seribu cara untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang kreatif, mereka tidak mau mengikuti aturan baku tentang tata cara mengajar yang seharusnya. Bagi mereka menciptakan tehnik-tehnik baru dalam mengajar itu merupakan suatu keharusan, agar mereka bisa menciptakan pembelajaran menyenangkan dan tentu saja membuat anak lebih nyaman dalam belajar.

Guru mbeling yang seperti inilah yang tentunya akan disukai muridnya. Sikap mbeling yang bisa ditularkan kepada muridnya adalah mengajak muridnya untuk kreatif, mengembangkan segala bentuk inovasi tanpa khawatir menyalahi peraturan. Yang terpenting adalah anak bisa bereksperimen dan bereksplorasi untuk menghasilkan sebuah karya. Jadi menjadi guru mbeling sah-sah saja selama jalur mbelingnya masih dalam kisaran pengembangan metode dan media pembelajaran. Yang menjadikan siswa makin kreatif dan inovatif. So, guru mbeling beneran sudah gak zaman, hari gini menjadi guru dituntut untul lebih kreatif, inovatif dan tentu saja professional yang sesungguhnya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

guru mbeling positif

20 May
Balas

siiip, betul sekali

20 May

guru mbeling positif

20 May
Balas

guru mbeling positif

20 May
Balas

guru mbeling positif

20 May
Balas

guru mbeling positif

20 May
Balas

guru mbeling positif

20 May
Balas

guru mbeling positif

20 May
Balas

guru mbeling positif

20 May
Balas

guru mbeling positif

20 May
Balas

Luar biasa tulisan yang renyah dam bergizi, barokallah

20 May
Balas

bisa aja,pak

20 May

Bunda..., pengen jadi "Guru Mbeling" yang kreatif dan inovatif...ah. Salam sehat dan sukses selalu. Mohon maaf lahir bathin. Barakallah.

20 May
Balas

ngge bun..asal bukan mbeling beneran.hehe

20 May

Jempol..

20 May
Balas

siip, ayo kapan giliran pean menulis?

20 May



search

New Post