Farida Hanum

Orang ndeso yang punya angan-angan jadi penulis....

Selengkapnya
Navigasi Web
TONGKAT UNTUK AYAH (2)

TONGKAT UNTUK AYAH (2)

4. TONGKAT UNTUK AYAH

Tak terasa ayah mengalami sakit stroke sudah hampir tiga bulan. Selama itu pula ayah rajin terapi. Ayah memiliki semangat yang kuat untuk sembuh. Ayah sudah tidak menggunakan kursi roda lagi. Ayah sudah mulai belajar berjalan. Ayah belajar berjalan dengan menggunakan tongkat. Tapi sayangnya tongkat ayah bekas tongkat yang dipakai kakek. Tongkat kakek berkaki tiga dan sudah berkarat. Kakek juga terserang stroke. Kakek sudah lama meninggal dunia. Tongkat kakek disimpan ayah di gudang. Karena sudah cukup lama tongkat kaket jadi berkarat. “ kasihan ayah, tongkatnya sudah jelek.” Najwa berbicara sendiri. “ Aku harus membelikan tongkat untuk ayah.” Pikir Najwa.

Najwa menghampiri ibunya di dapur. Ibunya menyiapkan makanan untuk ayahnya. Najwa ikut membantu membawa piring ayah. “ ibu, kasihan ayah, tongkatnya sudah jelek, Najwa ingin membelikan ayah tongkat .” Najwa meminta persetujuan ibunya. Ibunya mengangguk dan membisikkan sesuatu ke telinga Najwa. “ Huss.. jangan keras-keras !, nanti sore ayo ke toko alat kesehatan, kita carikan ayah tongkat yang bagus.” Bisik ibu. Najwa hanya mengangguk karena khawatir ayah mendengarnya.

Sore hari, setelah Najwa mengaji. Ibu mengajak Najwa ke toko alat kesehatan di Sidoarjo. Ibu dan Najwa berangkat dengan mengendarai sepeda motor. Sementara ayah dititipkan kepada paman Hudi, saudara jauh ayah. Rumah paman Hudi tidak jauh dari rumah. Setiap kali ibu meninggalkan ayah, paman Hudi yang bertugas menjaga ayah.

Di toko kesehatan, ibu memilih-milih tongkat yang cocok dan enak untuk di pakai ayah. Saking banyak macamnya, ibu kebingungan. Najwa membawa tongkat berwarna coklat. “ Ibu..ini ada tongkat bagus ..” Najwa menunjukkan tongkat yang ia bawa. Ibu mengambil tongkat itu dari tangan Najwa. “ waah..benar nak..kayaknya ini enak, coba lihat tongkatnya bisa dilipat.” Jelas ibu sambil mencoba melipat tongkat.

Di toko tersebut dijual berbagai macam jenis tongkat untuk penderita stroke. Ada tongkat yang melingkar seperti huruf “U”, tongkat ini dipakai untuk penderita stroke yang baru belajar berjalan. Ada tongkat yang berkaki tiga, ini di pakai untuk penderita yang sudah mulai lancar berjalan. Sedang untuk ayah adalah tongkat yang berkaki satu, karena ayah sudah bisa berjalan meskipun jalannya masih sedikit pincang.

Ibu memutuskan untuk membeli tongkat pilihan Najwa. “ Ayah pasti senang.” Kata Najwa kepada Ibu. “ iya..mudah-mudahan ayah tambah semangat belajar berjalan, dan bisa bermain bersama kamu lagi.” Harapan ibu. “ Amin..” sambut Najwa.

Ibu dan Najwa bergegas kembali pulang. Mereka tidak sabar untuk melihat reaksi ayah, melihat tongkat barunya. Sesampai di rumah, Najwa berlari dan memanggil ayahnya. “ ayah..ayah..! Najwa pulang.” Teriak Najwa. Najwa terus mencari ayahnya. Tapi ayahnya tidak terlihat. Najwa terus mencari ke teras belakang, dimana biasanya ayah senang berlama-lama di teras belakang. Ayahnya duduk santai di teras belakang, sambil melatih tangannya yang masih belum bisa di gerakkan.

“ Assalamualaikum, ayah..” Najwa mengagetkan ayahnya.

“ Wa’alaikum salam, eh..anak ayah sudah datang.” Jawab ayah.

“ coba lihat apa yang dibawa Najwa.” Kata Najwa sambil menunjukkan kotak yang dibungkus tas kresek di tangannya. “ Coba ayah tebak ! kira-kira apa yang dibawa Najwa.”

“ Pasti obat ayah..atau makanan untuk ayah ya…” ayah berusaha menebak.

“ Salah… !” Najwa mentertawakan ayahnya.

Najwa memberikan bungkusan kepada ayah. Najwa membantunya membuka bungkusan tersebut. Dan…ayah terbelalak kaget bercampur bahagia.

“ ini tongkat untuk ayah.” Kata Najwa.

“ terima kasih, nak…ayah senang sekali.” Kata ayah dengan nada gembira.

Ayah mencoba tongkat baru itu, ia berjalan mengelilingi teras sambil tersenyum tanda bahagia. Najwa ikut gembira, melihat ayahnya semakin semangat belajar berjalan.

Hari ini, hari Minggu. Najwa libur sekolah. ia ingin menemani ayah berlatih di teras belakang rumah. Dengan tongkat barunya ayah belajar berjalan, Najwa menggandeng tangan ayah sambil menyanyi. Ayah semakin semangat berlatih.

Selesai berlatih jalan, ayah mengerakkan badannya ke samping kanan dan ke kiri, berulang kali. Kemudian menggerakkan kepalanya ke bawah dan ke atas. Ayah melakukan olah raga ringan sesuai dengan kemampuan tubuhnya. Ayah sudah mulai berkeringat. “ ayo nak, istirahat.., ayah sudah capek.”

Ayah sudah terlihat segar. Setelah berolah raga ringan dan berjemur di terik matahari pagi. Ayah menikmati sarapan nasir berkuah sop buatan ibu. Makan ayah sudah tidak seperti dulu lagi. Kalau dulu, ayah sering makan di luar rumah, bersama teman kantornya. Tapi sekarang, dokter melarang makan makanan yang berlemak, ayah harus banyak makan sayur.

Berkat tongkat yang diberi Najwa serta kesungguhan ayah berlatih membuahkan hasil yang menyenangkan. Ayah sudah bisa berjalan.

5. AKU SAYANG AYAH

Ayah sudah bisa berjalan tanpa bantuan tongkat lagi. Kesehatan ayah semakin membaik. Tapi ayah masih belum bisa bekerja. Karena tangan ayah belum bisa digerakkan secara sempurna. Ayah masih harus menjalani terapi untuk tangannya.

Ayah sudah bisa bermain lagi dengan Najwa. Ayah selalu menemani Najwa belajar. Kegembiraan ayah sudah mulai terlihat lagi. Ayah sudah tidak murung lagi. Ia selalu melakukaan apa saja sesuai dengan kemampuan tangan ayah, karena ayah harus melakukan apa saja dengan tangan kirinya.

Setiap pagi, ayah selalu berlatih di teras belakang rumah. Sambil berjemur di terik matahari pagi, ayah menggerakkan tangannya dengan alat bantu tarik. Kemudian berjalan mengitari halaman rumah, dua sampai tiga kali putaran, selain itu ayah juga sudah mulai bisa bersepeda meskipun menggunakan sepeda statis, itu dilakukan rutin setiap hari.

“ assalamualaikum..” teriak Najwa masuk ke dalam rumah.

“ wa’alaikum salam.. eh ..anak ayah sudah pulang sekolah.”

“ ayah..aku tadi dapat nilai seratus.”

“ hebat, anak ayah !”

“ kan ayah selalu mengajari najwa berhitung..makanya Najwa dapat seratus.” Kata Najwa memuji kehebatan ayahnya.

Ayah menggandeng tangan Najwa dan mengajak ke kamarnya. Ayah menunjukkan sesuatu kepada Najwa. “ selamat ulang tahun nak..” kata ayah sambil memberikan bingkisan kado buat Najwa. Najwa kaget !, ia lupa kalau hari ini ulang tahunnya. Ayah sengaja merahasiakan kado untuk Najwa. Diam-diam ayah menyuruh paman Hudi untuk membelikan sepatu yang selama ini diingnkan Najwa. Najwa kemudian membuka kado ayah. “ yeah…horee .. sepatu yang Najwa inginkan ..asyiik..!” Najwa berteriak. Ia tidak sabar memakai sepatu barunya. Sambil berputar-putar najwa menyanyikan lagu sepatu baru. Ia berlari menghampiri ibunya yang baru keluar dari kamar mandi. “ibu..lihat sepatu baruku, bagus sekali.” Najwa berkata sambil mengangkat kaki kanannya. “heem..iya bagus, pas di kaki Najwa.” Puji ibu. “ tapi masih ada satu lagi hadiah untuk najwa.” Ibu kemudian mengajak Najwa ke ruang tamu. Di ruang tamu tampak terlihat sepeda baru. “ ini hadiah ibu untuk Najwa, karena Najwa tambah pintar.” Ibu mendekati sepeda pink yang cantik. Najwa semakin kaget, ia tidak menyangka kalau ayah dan ibunya sangat sayang kepadanya. Di hari ulang tahunnya yang ke 8 ini, Najwa mendapatkan hadiah yang berlimpah.

Sore hari, ibu mengajak Najwa memeriahkan hari ulang tahunnya dengan makan di restoran kesayangan Najwa. Ayah juga ikut mendampingi ibu. Dengan berjalan yang masih tertatih-tatih ayah tetap semangat mendampingi ibu memeriahkan ulang tahun Najwa. Ia makan dengan lahapnya. Sementara ayah begitu senang melihat kegembiraan Najwa.

“ Terima kasih, ayah..ibu… aku sayang kalian.” Najwa memeluk mereka berdua. “ semoga ayah sehat selalu dan tidak sakit lagi,amin..” doa Najwa tulus. Ayah memeluk erat Najwa. “ terima kasih, nak..ayah sayang kamu.”

Tak terasa air mata menetes di pipi ayah, ayah sangat terharu melihat Najwa yang semakin besar dan semakin pintar. Dalam hati ayah berjanji akan terus menjaga kesehatannya dan semangat melakukan terapi demi untuk buah hatinya. Ayah tidak ingin sakit lagi, ayah ingin bisa berjalan sempurna tanpa menggunakan tongkat lagi. agar ayah bisa bermain bersama Najwa setiap hari dengan bahagia.

Setelah puas merayakan hari ulang tahun Najwa, mereka kembali pulang. Di tengah perjalanan, najwa tertidur sambil terlihat senyuman menghiasi wajah cantiknya. Najwa terlihat sangat gembira.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post