Farida Hanum

Orang ndeso yang punya angan-angan jadi penulis....

Selengkapnya
Navigasi Web
TUHAN TOLONG HAPUS AIR MATAKU (2)

TUHAN TOLONG HAPUS AIR MATAKU (2)

Hari ini aku memang izin kerja karena badanku lagi meriang, sepertinya akan terserang flu, makanya aku harus bedrest sesuai anjuran dokter. Apa jadinya kalau aku tadi ngantor? Tentu bunda jatuh tidak ada yang menolong. Ya, meskipun setiap hari mbak Nur selalu membersihkan rumah bunda, tapi itu hanya sekedar bersih-bersih aja. Tapi keseharian bunda hanya sendirian, kecuali kalau cucunya pulang sekolah pasti akan menemaninya. Atau kalau hari Minggu, cucu-cucu yang lain akan berkunjung ke rumah neneknya.

“Ya Allah, Engkau maha penyayang, memberiku sakit agar aku bisa istirahat, sehingga bisa menolong bunda yang terjatuh”. Tak terasa mataku basah.

Rasanya sakitku langsung hilang saat terkejut melihat bunda yang terjatuh dan berlumur darah di kakinya. Badanku terasa ringan dan berkeringat dingin, entah itu keringat sehat atau keringat penyakit yang keluar, yang jelas badanku masih terasa melayang dan kepala masih kliyengan. Aku mencoba merebahkan tubuhku ke atas Kasur. Pinginnya aku memejamkan mata, tapi bayangan bunda yang terjatuh dengan kaki yang berdarah masih mengganggu fikiranku. Aku bangun dan kembali menengok bunda. Tampak bunda masih terbaring di tempat tidurnya.

Aku mencoba mendekati beliau, aku duduk di tepi ranjang, kupijit pelan kaki bunda. Dan, ternyata kaki bunda hangat. Bunda terbangun saat merasakan tanganku memegang kakinya.

“Maaf bun… kalau aku mengagetkan bunda. Masih pusing bun?” aku bertanya sambil kuraba kening bunda. Ternyata keningnya pun panas.

Bunda hanya menjawab dengan anggukan kepala, sambil matanya tetap terpejam, bunda memiringkan tubuh rentanya membelakangi diriku.

“Bun… kita ke dokter ya, badan bunda panas.” Pintaku

“Gak usah nak, nanti juga baikan kok.” Tolak bunda

“tapi bunda harus dapat obat untuk panasnya, sudah beberapa hari ini bunda sering mengalami demam.”

Akhir-akhir ini bunda sering mengalami demam, demam itu kadang-kadang muncul, tapi tiba-tiba juga akan hilang dengan sendirinya. Terkadang kondisi badannya sangat fit, tapi secara tiba-tiba langsung melemah tak bergairah. Apalagi ketika berada diluar rumah dan terkena pancaran sinar matahari secara langsung. Kulit keriputnya langsung memerah, tubuhnya lemah tak bertenaga, nafasnya berhembus tak beraturan, jalannya sempoyongan. Kalau sudah seperti itu hilang keceriaan di wajah bunda, senyum tipisnya sirna, sisa wajah cantiknya makin tertutup oleh derita menahan rasa sakitnya. Tapi berulang kali diperiksakan ke dokter, semua dokter mengatakan hal yang sama bahwa itu adalah penyakit bawaan orang tua. Heeem…apa benar setiap orang tua menderita seperti bunda? Perasaan sebelum ayah meninggal tidak mengalami sakit yang seperti itu? aku makin penasaran dengan penderitaan bunda saat penyakitnya datang tiba-tiba.

“Assalamualaikum, mama!!” Teriak Kania mengagetkan lamunanku tentang bunda yang lemah tak berdaya. Buru-buru aku meninggalka rumah bunda, karena khawatir teriakan Kania makin keras dan mengganggu tidur bunda,

“waalaikum salam, mama tadi di rumah nenek, nak.” Jawabku menghampiri Kania. Tampak Kania sedang melepas tali sepatunya.

“Nenek kenapa ma?” Tanya Kania.

“Biasa, pusingnya datang lagi, tadi nenek juga terjatuh, gara-gara pusingnya tiba-tiba muncul. Kakinya berdarah akibat terkena pecahan kaca.” jelasku.

Kania mendengarkan ceritaku dengan serius. Memang Kania sangat sayang sekali dengan neneknya. Bagaimana tidak sayang, setiap apa yang dia minta, nenek selalu mengabulkan. Setiap hari, nenek selalu memberikan uang saku lebih untuk ditabung. Itulah nenek, setiap apa yang dia miliki, selalu dia berikan untuk cucu kesayangannya. Kini, Kania juga ikut merasa sedih saat mendengar nenek terjatuh dan terkena pecahan kaca. Tiba-tiba saja Kania memegang tanganku dan mengajakku ke rumah nenek.

Tampak nenek masih terbaring, berulang kali dia membalikkan tubuh reotnya ke kanan dan ke kiri. Tidur yang gelisah, ya tidak biasanya nenek tidur gelisah seperti ini. pasti ada yang dirasakan sakit. Aku makin khawatir dengan keadaan bunda. Aku menjauh dari kamar nenek, mencoba menelpon mas Beny.

“Assalamualaikum, mama baik-baik saja kan?” mas Beny mengawali percakapan dengan bertanya tentang keadaanku. Ya, memang mas Beny sudah tahu kalau aku izin tidak masuk kerja, karena demam yang aku rasakan. Tapi demam itu tiba-tiba saja lenyap, saat melihat bunda terjatuh.

“Waalaikum salam pa, mama gak apa-apa, tapi nenek pa tadi pagi terjatuh, pusingnya tiba-tiba datang. Seperti biasanya tiba-tiba saja pusing, tapi kali ini kayaknya pusingnya makin menjadi pa, makanya nenek terjatuh.

“Gimana sekarang kondisinya, ma ?.”

“Belum ada perubahan pa, kasihan nenek. Kita bawa ke dokter ya pa, papa bisa pulang cepat kan?” Aku bertanya penuh pengharapan

“InsyaAllah ma, mama siap-siap aja supaya papa pulang langsung bawa nenek ke dokter.”

Pukul 15.30 wib, Mas Beny sudah tiba di rumah, dia begitu cemas dan khawatir. Mungkin karena mas Beny, putra paling dekat dengan bunda, mas Beny adalah putra sulung dari bunda, karena putra pertama dia yang paling disayangi oleh bunda, ya, karena mas Beny-lah yang setia menemani bunda hingga hari tuanya. Semua adik-adik mas Beny tidak ada yang berkeinginan untuk tinggal dekat dengan bunda. Tentu saja mas Beny sebagai putra yang tertua harus rela mendampingi bunda di masa tuanya. Bunda orang yang paling sabar yang aku temui selama ini. makanya meskipun aku hanya anak menantu, tapi kedekatan kami layaknya anak dan ibu kandung. Apapun yang bunda keluhkan atau inginkan bunda selalu komunikasi denganku.bagiku, bunda adalah sosok wanita yang bisa ditiru terutama kesabarannya dalam ngopeni anak-anaknya hingga sukses semua.(bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Luar biasa tulisanya bunda hanum,makin kriuk kriuk ,renyah unt dibaca

09 May
Balas

Bs aja bu...sy bnyk bljr dr org2 hebat spt njeneng

09 May

Hanyut.....

10 May
Balas

Mengalir indah...saya masih belajar membuat cerpen

09 May
Balas

Sama bun..ini jg proses beljr.monggo di koreksi.sy akan lbh senang

09 May

Semoga nenek segera sembuh...ya bunda. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah.

09 May
Balas

Nenek sdh dipanggil sm yg Esa.

09 May

09 May
Balas

Terima kasih tlah mampir.salam literasi

09 May



search

New Post