PESTA TENGKLENG YANG DINANTIKAN

Hari raya Iedul Qurban merupakan salah satu hari yang disambut dengan suka cita. Banyak yang melakukan perenungan tentang makna berkurban, namun banyak pula yang menjadikannya sebagai kegembiraan tahunan dengan melimpahnya daging kurban. Tentu saja hal ini tidak berlaku di seluruh daerah. Namun kecenderungan meningkatnya jumlah hewan kurban sangat terasa di wilayah perkotaan.

Salah Satu yang menjadi catatan bagi panitia penyembelihan hewan kurban adalah tidak boleh menjual bagian dari hewan kurban. Namun seringkali memberikan bagian berupa kulit, kaki dan kepala hewan kurban juga bukan sebuah pilihan, mengingat pemanfaatannya yang tidak mudah. Meskipun kepala hewan kurban dapat dikonsumsi, namun mengolahnya bukan perkara mudah.

Berawal dari adanya kepala sapi yang sulit untuk dibagikan, muncullah ide untuk mengolahnya menjadi masakan istimewa khas Solo yaitu tengkleng. Masakan tengkleng merupakan jenis kuliner khas yang dibuat dari kepala dan kaki kambing. Namun karena ukurannya yang kecil, kepala kambing masih ada yang meminati untuk diolah sendiri. Sedangkan kepala sapi yang ukurannya besar dan tulangnya lebih tebal, sulit untuk ditangani sembarang orang. Maka tidak banyak yang minat terhadap kepala sapi.

Memecah dan mengolah sendiri kepala sapi menjadi tengkleng tentu sangat merepotkan dan berat. Beruntunglah ada pedagang tengkleng yang di musim hari raya kurban dan tasyrik bersedia menerima pengolahan kepala kambing atau sapi. Maka cara paling sederhana untuk mengolah kepala sapi adalah dengan menitipkan pengolahannya kepada ahlinya.

Satu kepala sapi menghasilkan sangat benyak kikil, selain lidah, dan otak. Menghabiskan sendiri satu olahan kepala sapi sangatlah berlebihan. Maka hasil olahan tersebut dibawa ke toko, dimana di sana banyak teman yang bersedia membantu menghabiskan. Dan tentunya hal tersebut sangat menyenangkan. Ternyata membagikan masakan tengkleng kepala sapi diharapkan oleh teman-teman yang tahun sebelumnya sudah merasakannya. Maka kebiasaan tersebut terus berlanjut hingga sekarang.

Tahun ini ternyata ada yang menyumbang satu kepala sapi karena ingin ikut memeriahkan pesta tengkleng. Tentu saja sumbangan tersebut diterima dengan tangan terbuka. Hal itu berarti ada 3 kepala sapi yang dimasak, dan itu luar biasa banyak. Namun ternyata berita pesta tengkleng telah menyebar. Acara yang mulai rutin tersebut telah dinantikan banyak orang. Tetangga kampung ikut menanyakan. Teman kantorpun ikut kebagian. Dan sekalipun tahun ini kami tidak menyembelih kurban sapi, ternyata kami mendapat kesempatan berbagi untuk banyak orang.

Pagi ini adalah tasyrik terakhir. Masakan pertama kepala sapi sudah datang dan dibawa ke kantor. Nanti malam masih ada 2 jimbeng (istilah untuk panci besar) masakan yang siap dibagikan. Harap-harap cemas apakan masakan sedemikian banyak akan habis. Semboyan makan dengan lauk nasi, masih saja menimbulkan kekhawatiran jika sampai menyisakan masakan tersebut. Semoga akan banyak yang hadir nanti malam.

Aku menantikan kalian, di Toko Permata Tsabita, Laweyan Solo. Datang ya.