Rekaman

Oleh : Faridatul Khasanati

Langit gelap. Hujan turun dengan derasnya berhari-hari. Matahari seolah padam. Tak ada bedanya siang dan malam. Alam tak lagi bersahabat dengan manusia. Semua yang terjadi tak sama lagi. Berbeda dari biasanya. Tanah mulai longsor di mana-mana. Tergerus banjir. Lembah-lembah semakin dalam, ambles. Pohon-pohon bertumbangan. Terjadi retakan dan patahan-patahan di berbagai belahan bumi. Berkilo-kilo luasnya, bermeter-meter dalamnya. Jalan dan jembatan porak poranda. Gedung-gedung tinggi tak tersisa. Rumah pemukiman tak terkata lagi bagaimana bentuknya. Tanda-tanda hari itu telah tiba.

Semua orang cemas kebingungan. Berlari-larian tak tentu arah. Tak mengingat apapun kecuali ketakutan. Mencari perlindungan ke mana saja. Suara bergemuruh memenuhi jagat raya. Diikuti goncangan dahsyat dan ledakan yang sangat keras. Gunung-gunung berapi meletus. Menyemburkan segala isinya. Mengeluarkan apa saja yang ada di dalamnya. Lava dan batu-batuan merah membara berhamburan ke langit. Limpahan lahar panas meluap ke atas bumi. Melanda semua yang dilewati tanpa tersisa. Gempa dan letusan di laut mengganaskan gelombang bergunung-gunung. Melahap semua yang ada.

"Miii..." Aisyah, anakku yang berumur tiga tahun memelukku dari belakang. Membuyarkan bayangan yang membuat hati ciut mengkerut. Keringat menetes menambah dingin tengkukku. Sementara Basith tersenyum melihat hasil rekamannya. Hafalan surat al Qoriah dan al Zalzalah, tugas daring kelas dua MI. Semoga Allah SWT melindungi kita pada hari itu.

#Pentigraf 31

#Tagur ke 45