SEORANG SAHABAT

Oleh : Faridatul Khasanati

Kata-katanya kadang pahit kalau dirasa. Meskipun sering disampaikan dengan canda tawa. Tak mau bicara serius dalam hal apapun. Ketika meminta pendapatnya jangan harap akan mendapat jawabnya. Bahkan lebih sering menanya balik atau menyerahkan padaku agar memutuskan sendiri. Namun selalu memperhatikan, dan selalu ada dalam setiap kesulitan. Kadang heboh bertanya dan mencariku. Namun saat bertemu seolah tak peduli. Bertanya pun tidak. Benar-benar menyebalkan.

Hanya menjagaku sepanjang waktu seperti pada adik kecilnya. Tanpa menyentuh sedikitpun hatiku. Bahkan seperti tak terlihat. Namun terasa begitu dekat. Begitu terbiasanya hingga membuatku sering menghubunginya meskipun sekedar ngobrol saat suntuk. Dialah yang pertama muncul di pikiranku saat langkahku mentok. Yang kutahu dia seorang yang baik. Ya, itulah kata yang tepat untuknya. Mulia sesuai namanya.

Berteman dengannya selama empat tahun masa perkuliahan seperti berhadapan dengan saudara sendiri. Sedikit menyebalkan saat sering menjebakku dengan leluconnya. Persahabatan yang berlanjut di media pun tak jauh beda.  Selalu menebakku dengan tepat, bisa menjebakku dengan telak meskipun tak lagi bersua sejak wisuda. Masing-masing berjuang pada lininya. Dia seorang aktivis organisasi yang ambisius. Penuh semangat. Pengusaha sukses. Sangat bertolak belakang denganku. Aku tidak tahu bagaimana bisa bersahabat dengannya sekian lama.

#pentigraf 29

#Tagur ke 42