Part II

Di kota ini dia tinggal bersama kakak sepupunya,dengan harapan bisa merubah pola asuh yang selama ini salah bersama orang tuanya. Harapan tinggal harapan. Aturan di rumah kakaknya tidak bisa merubahnya kearah yang lebih baik.

Puncak kekecewaanku,senin tanggal 20 Januari 2020,terulang kembali untuk yang ke dua kalinya dia tidak ikut upacara bendera dengan alasan tidak pakai dasi. Bukan karena tidak ikut upacara bendera saja yang membuatku kesal,tetapi dia membuat keonaran dengan membakar benda yang ada di gudang sekolah.

Panggilan orang tua diberikan untuk yang kesekian kalinya tapi tidak pernah disampaikan,takut katanya. Wali kelas menghubungi walinya melalui groub WA kelas. Singkat kata curhatan kakak sepupunya mengejutkanku dan wali kelasnya,tentang kelakuannya di sekitar lingkungan tempat tinggal kakak sepupunya. Kenakalan yang sudah melampaui batas anak seusianya.

Dari cerita kakak sepupunya,dia berani berhutang ke tetangga,demi sebungkus rokok. Mencuri barang- batang tetangga. Dia cendrung lebih suka dengan barang-barang orang lain dan dengan berbagai cara harus dimilikinya,walau barang-barang yang dicuri tidak dipergunakannya. Aku takut terlampau dini menyebutnya kleptomania.

Ku panggil dia,masih seperti biasa kupujuk,kusentuh hatinya dengan mengingatkannya tentang kondisi ibunya yang sakit,dirumah sendirian,ayah berlayar. Menangis dia,dalam tangisnya dia berjanji tidak akan nakal lagi,apa bila nakal lagi,dia bersedia di keluarkan dari sekolah. Ya Allah ,kupeluk dia,tanpa kusadari aku gagal untuk tidak menangis. Jujur,sebagai seorang ibu,sebenarnya ada rasa kasihan bila melihatnya. Seusianya seharusnya dia tinggal bersama orang yang begitu dicintai dan di rindukannya.