FA. Suprapto Mukti Nugroho

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Tugas Daring Nol, Gegara Kuota

Tugas Daring Nol, Gegara Kuota

Mata orang sejagad dibuat “bengong” dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu cepat. Betapa tidak, setiap orang siapapun dia, dari kalangan manapun, strata sosial apapun kini ke mana-mana menggenggam telepon seluler atau smartphone (gawai). Bahkan, banyak yang memiliki lebih dari satu. Yang mengagumkan, para ahli tidak butuh waktu lama untuk merubah menjadi gawai yang sangat “cerdas” dengan fitur-fitur aplikasi yang sangat menjanjikan. Bahkan dapat dibilang, setiap hari selalu ada kehadiran gawai dengan teknologi yang semakin canggih.

Di tengah pandemi Covid-19, dikeluhkan banyak penjual di pasar tradisional, mal atau bahkan pusat-pusat perdagangan modern lainnya termasuk ritel mulai menjerit. Dari laporan CNBC Indonesia, semua pedagang tampak “lesu” dan omset merosot tajam 50% hingga 60%. Berbeda dengan pengguna smartphone (gawai) bukan menurun namun justru sebaliknya menunjukkan angka yang sangat melejit. Sebut saja penggunaan gawai di kalangan peserta didik. Dari jenjang TK hingga sekolah menengah bahkan perguruan tinggi, semua hanyut dalam pusaran daring sehingga menggunakan perangkat pintar ini. Otomatis pengguna perangkat pintar ini meroket, dan bahkan menjadi piranti yang selalu di hati di kalangan peserta didik.

Semenjak tanggal 16 Maret 2020, dunia pendidikan seakan diputar arah khususnya dalam proses pembelajarannya. Semua harus online atau daring. Tentu saja awalnya sempat “kelabakan” bagi guru dan tentu juga berlaku untuk peserta didik dan dampak yang paling terasa adalah orang tua/wali. Orang tua harus mendampingi putra-putrinya, juga memberi fasilitas untuk kebutuhan pembelajaran. Ada gejala menarik dan unik setelah hampir 2 (dua) bulan pembelajaran secara daring. Banyak orang tua yang mengeluhkan kesulitan mendampingi putra-putrinya dalam belajar, serta borosnya penggunaan paket data internet. Efeknya, tugas pembelajaran awalnya lancar namun akhir-akhir ini kurang efektif karena banyak juga peserta didik yang terpaksa tidak dapat mengakses tugas-tugas pembelajaran karena limitnya kuota paket data yang dimiliki.

Sudah saatnya, para pengelola pendidikan mulai berpikir keras untuk mengatasi ini semua, misalnya saja memberikan bantuan paket data internet pada peserta didik atau bantuan cerdas lainnya. Mungkin hal itu yang perlu segera diusahakan mengingat bantuan operasional sekolah dari pemerintahpun memberi keluasaan pada sekolah untuk mengaturnya, agar pembelajaran di sekolah dapat berjalan dengan baik dan lancar. Saatnya kita bertindak, bukan berwacana lagi.

Temanggung, 27 April 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terima kasih bu..

28 Apr
Balas

Keren pak.... tentang hal ini memang betul.... tapi bagaimana pun kita tetap berusaha untuk melaksanakan dengan baik sesuai dengan kondisi masing masing sekolah dan lingkungannya... semoga covid-19 ini segera berakhir...meski memang banyak hikmah dibalik ini..salam

27 Apr
Balas



search

New Post