fataty maulidiyah

Nama lengkap fataty maulidiyah Guru di MAN 2 mojokerto

Selengkapnya
Navigasi Web
Bagaimana Seharusnya Menyikapi KBBI (Sebuah Sudut Pandang Orang Awam)

Bagaimana Seharusnya Menyikapi KBBI (Sebuah Sudut Pandang Orang Awam)

Tantangan Menulis Gurusiana

Hari ke-2

*Bagaimana Seharusnya Menyikapi KBBI*

(Sebuah Sudut Pandang Orang Awam)

Oleh: Fataty Maulidiyah

Sebagai seseorang yang sering kena tilang dan semprit oleh pakar polisi bahasa, maupun penjaga aksara di kelas-kelas kepenulisan yang saya ikuti berkaitan dengan seringnya saya menulis kalimat yang tidak sesuai dengan KBBI, saya mulai diserang virus GEGANA (Gelisah, Galau dan Merana).

Saya jadi takut menulis, takut posting dan selalu merasa berdebar-debar, barangkali saya kena tilang tanpa surat. Sehingga mempengaruhi citra saya sebagai jebolan Fakultas Tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya yang berlokasi di Jl.A.Yani depan kantor POLDA Jatim dan Graha Pena. (Wah! Kok ngelantur), sebagai lulusan UINSA yang tidak paham tata bahasa yang benar.

Beberapa “Semprit” yang pernah saya alami,seperti:

Benar : Mengonsentrasi

Salah :Mengkonsentrasi

Benar: Pernah Tahu

Salah: Pernah Tau

Benar : Swafoto

Salah : Selfie

Benar : Boga Bahari

Salah : Seafood

“Jangan pakai kata itu, itu salah ! Yang benar adalah ini. Lihat KBBI kalau tidak percaya!”

Saking seringnya kena semprit, mulailah saya berpikir dan merenung. Apa iya KBBI menjadi hakim atas *benar dan salah*nya sebuah bahasa? Saya kok kurang sreg, ya. Hingga timbulah pertanyaan lain. Dalam keadaan apa bahasa yang sesuai KBBI digunakan?Apa ada yang salah pada sebuah bahasa, jika dia sudah bisa dipahami sebagai alat komunikasi dalam suatu bangsa atau masyarakat? Yang penting, kan dipahami?

Jadi mulailah saya mencari informasi.

KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan kamus ekabahasa yang disusun oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Bada Bahasa). Didalamnya memuat puluhan mungkin juga ratusan ribu kata yang telah ditetapkan sebagai kata-kata baku di dalam bahasa Indonesia.

Baiklah seharian ini tadi saya merenung dan mencari informasi berkaitan dengan KBBI. Apa, mengapa, bagaimana, kedudukan dan fungsinya.

Kedudukan KBBI

Hadirnya kamus sebagai identitas kekayaan negara akan selalu berdampingan dengan pengembangan bahasa di negara tersebut. Pengembangan bahasa yang dilakukan Pusat Bahasa akhirnya menerbitkan Kamus Besar Bahasa Indonesia hakikatnya membawa berkah sebagai usaha meningkatkan mutu pemakaian bahasa Indonesia yang telah menjadi bahasa negara.

Kamus sebagai salah satu usaha pengembangan bahasa Indonesia harus dilakukan, karena kita membutuhkan suatu alat komunikasi yang canggih untuk mempersatukan bangsa yang besar. Bangsa yang terbentang dari Sabang sampai merauke yang masyarakatnya multilingualisme. Masyarakat tersebut memiliki kesanggupan untuk memakai lebih dari dua bahasa. Keberagaman bahasa itu, pandangan dari segi politik merupakan suatu kendala yang besar dalam usaha mempersatukan bangsa. (Maulana, KOMBASASIN: Kedudukan dan Fungsi Kamus Besar Bahasa Indonesia di Lingkungan Akademisi )

Mengutip pernyataan Putu Wijaya dalam sebuah rubrik bahasa Majalah Tempo, “apa hanya dengan bersenjata kamus itu, seluruh teks, ekspresi, dan narasi dengan bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulisan, menjadi jelas?

Bagi orang Indonesia sendiri, jawabannya mudah. Karena bahasa tidak harus dimengerti tetapi dirasa. Tanpa kamus itu pun, segalanya sudah jelas. Kata-kata sudah menyambung rasa tanpa mesti lebih dulu dipahami. Tetapi, bagi mereka yang “ibunya” tidak berbahasa Indonesia, kamus itu pun masih belum cukup. Karena bahasa Indonesia seperti sebuah peta buta”. Oleh karena itu, kedudukan dan fungsi KBBI bagi masyarakat merupakan masalah nasional tidak hanya di lingkungan akademisi.

Kamus dapat menjadi senjata dalam usaha pengembangan bahasa Indonesia. Melalui kamus, khazanah perbendaharaan bahasa yang menggambarkan tingkat peradaban bangsa yang memilikinya. Oleh karenanya kamus merupakan sesuatu yang dibanggakan oleh setiap bangsa yang memilikinya karena hal tersebut adalah sebuah kebudayaan besar.

Nah! Dari sedikit informasi yang saya himpun, saya sebagai orang awam alumni fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam UINSA, mengambil kesimpulan, bahwa KBBI bukanlah tentang benar dan salah, tetapi tentang baku atau tidak baku.

Tentunya menggunakan kata-kata baku harus disesuaikan dengan tempat dan keadaan. Andaikan saya memesan Nasi Goreng seafood di sebuah warung,

“ Pak, Saya pesan Nasi Goreng Boga Bahari yang pedas, Ya!”

Atau setelah jalan-jalan dengan teman lalu berkata,

“Ayoookkk, kita swafotooooooooo !”, daripada memilih kata Selfie.

Bisa-bisa saya dikira orang Badan Bahasa yang sedang keliling-keliling untuk berdakwah.

Penggunaan kata-kata baku sangat penting dalam kegiatan pembinaan bahasa, seperti dalam kelas-kelas menulis, dunia akademik, teks-teks buku dan sebagainya.

Maka dari itu, alangkah baiknya kalau “nyemprit saya” pakailah kalimat:

“Jangan pakai kata itu, itu tidak baku ! Yang baku adalah ini. Lihat KBBI kalau tidak percaya!”.***

RestArea Rumah Kemlagi, 2 Januari 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semangat Bu Fataty walau sering kena semprit petugas, tulisan njenengan selalu OK

02 Jan
Balas

Sempritan bagi saya adalah bentuk kasih sayang dan perhatian.. Siap.. Makasih, Bunda Effi..

02 Jan



search

New Post